Chapter 5

4 0 0
                                    

Viona sedang berada di kamarnya. Untuk saat ini ia ingin sendiri. Betapa tidak terpuruknya dia jika dihadapkan kejadian yang aneh dan menyakitkan seperti itu. Ia hanya memandang langit-langit kamarnya sambal melamun di atas kasurnya. Air matanya mengering.

Ruang tamu dipenuhi pertanyaan. Tante Bulan yang adalah ibunya Viona khawatir, melihat anaknya datang-datang langsung berlari ke kamar dan menangis. Vino sedang menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Aduh Vino, tante khawatir banget tadi. Tante kira kalian kecelakaan. Jadi begitu ya...., ya sudah biarin aja Nana sendiri dulu untuk sementara. Makasi ya Vin udah jagain Nana, tolong jangan kasih Nana deket-deket sama sembarang orang lagi," kata tante Bulan sambil memegang tangan Vino.

"Iya tante, maaf Vino ga bisa jagain Nana..." kata Vino.

"Ga apa Vino, Tante tau Vino selalu ngasih yang terbaik buat Nana. Sekarang Vino pulang dulu, nanti mama nyariin. Biar tante yang urus Nana," kata tante Bulan sambil mengelus punggung Vino.

Vino mengangguk dan beranjak pulang. Tapi di rumah ia tidak tenang, melihat kondisi Viona terakhir kali menangis membuat Vino ingin sekali menenangkan Viona.

Vino tak habis pikir, mengapa Bima tega melakukan hal yang tidak berguna itu.

Gila si Bima, gue ga terima batin Vino.

Tiba-tiba ponsel Vino berdering dan terlihat nama Nana Bocil Bego, ia langsung mengangkat telepon itu.

"Halo Na, kenapa Na? Udah makan? Mau Gue beliin mak-" ucapan Vino terpotong.

"Kak sini," kata Viona dengan suara serak.

Tanpa pikir Panjang Vino langsung bergegas menuju rumah Viona. Sampai sana, ia mengatakan pada tante Bulan bahwa Viona ingin bertemu dengannya.

Sampai di depan kamar Viona, Vino mengetuk pelan. Pintunya tidak di kunci, Vino langsung masuk.

Disana terlihat Nana sedang duduk melengkung di atas lantai sambil menatap keluar loteng kamarnya, hampa.

Vino langsung duduk di samping Viona. Viona tak menoleh.

Hening. Satu kata untuk situasi yang mereka hadapi sekarang. Vino menoleh melihat Viona yang hanya menatap pintu kaca di depannya. Di luar pintu terlihat langit malam dan lampu-lampu rumah tetangga.

"Kak," kata Viona.

"Hmm," jawab Vino tanpa menoleh.

Hening lagi. Sekarang Vino hanya ingin mendengarkan ucapan Nana, tanpa berkata apapun. Menurutnya, saat Viona terpuruk ia hanya ingin didengarkan.

Setelah melewati beberapa menit keheningan, akhirnya Viona angkat bicara.

"kak, Nana bego ya?

"Baru tau?," kata Vino tanpa akhlak.

"Emang kak Vino ga bisa diharapkan," kata Viona sambil bersender dibahu Vino.

"Martabak?" tanya Vino tiba-tiba.

"Kok tau? Kak Vino bisa baca pikiran Nana?" Viona terherankarena memang itu yang sedang dibayangkan olehnya.

Vino langsung bangkit dari duduknya dan menarik kepala hoodie yang Viona pakai. Walaupun terlihat kasar, tetapi Vino sebenarnya merasa lega karena Viona akhirnya sudah mendingan.

Mereka langsung ijin ke pasar malam pada tante Bulan.

"Eh, kemana berdua malem-malem?" tanya Om Kris, ayah Viona.

Viona hanya diam melewati ayahnya, sedangkan Vino menghampiri om Kris.

"Biasa om, ngambek," bisik Vino dan langsung berpamit kedapa om Kris

Om Kris hanya ber-oh ria. Tetapi langsung menghampiri tante Bulan.

"Itu Nana kenapa bu?" tanya om Kris penasaran.

"Iya nanti ibu cerita, hush us mandi dulu bau banget. Langsung makan ya, aku udah nunggu dari tadi," kata tente Bulan dan mengusir om Kris ke kamar mandi.

***

Seperti biasa, pasar malam terlihat ramai. Saat sampai, Viona langsung menuju abang martabak langganannya.

"Kak beliin jus alpukat, Nana yang beli martabak," perintah Viona.

Vino sangat anteng di suruh-suruh Viona, biasanya memang sangat susah. Tapi karena sikon juga sih Vino begini. Selesai membeli jus, Vino langsung menghampiri Viona di penjual martabak. Terlihat Viona melamun duduk.

Masih aja tu anak sedih, batin Vino

Viona terkaget saat merasakan dingin di pipinya, pelakunya yang tak lain adalah Vino.

"Nih alpukat, eh jus alpukat," kata Vino

"Makasi," jawab Viona tanpa merespon kejahilan Vino.

Gak asik banget, batin Vino.

"Ini dik, martabaknya," kata abang martabak.

Vino langsung membayar dan duduk Kembali di samping Viona.

"Mana uang lo Na?" tanya Vino sambil menyodorkan tangan kanannya.

Perhitungan banget ni orang, batin Viona.

Viona langsung memberikan uang kepada Vino.

"Baper banget si lo, bercanda kali," kata Vino sambilo memasang kepala hoodie Viona kasar,

Viona langsung cemberut dan ingin beranjak pergi. Tapi ditahan oleh Vino. Vino memang gak ada akhlak, orang lagi sedih di bercandain.

"Eh eh. Ngapain pergi, sini duduk," kata Vino sambil menarik tangan Viona.

"Maaf ya Nana yang cantik dan pintar menabung tapi ga pinter itung-itungan. Udah berhenti ngambeknya. Kan udah dibeliin martabak sama jus, pake uang gue lagi. Jarang-jarang kan kesempatan di traktir orang ganteng," kata Vino sambil mengelus kepala Viona.

"Iya makasi," jawab Viona dengan muka masam.

"Bakalan terus gak di certain kejadian detailnya?" tanya Vino.

"Gak penting, udahlah males bahas itu lagi," jawab Viona sambil memakan martabaknya.

"Mana HP lo?" tanya Vino lagi.

Viona langsung memberikan HP-nya. Vino membuka HP Viona dengan sidik jari. Sebenarnya Vino memasang sidik jari di HP Viona untuk mengawasi Viona. Viona juga tau akan hal itu, ia juga merasa tidak ada privasi jika dengan Vino. Kalau ada pun, Vino akan mengetahuinya dengan cepat.

Vino langsung membuka room chat Viona dengan Bima. Terlihat disana Bima sangat perhatian dan lembut pada Viona. Vino yang membacanya merasa jijay dan gelay.

"Emang bego ya Na. Udah tau kek buaya begini, dipercaya juga ckck," kata Vino sambil membaca isi room chat Viona dan Bima.

Viona hanya mengangguk malas menanggapi Vino yang mengomel terus. Sudah 30 menit lebih menghabisi waktu, mereka langsung beranjak dan menuju parkiran.

"Ga ada yang pengen di beli lagi?" tanya Vino

Viona hanya menggeleng. Saat ingin menaiki motor, di gang dekat parkir mereka mendengar ada kerumunan anak yang sedang memukuli seseorang. Ingin menghampiri, Viona di cegat oleh Vino.

"Tunggu sini, biar gue yang cek," kata Vino.

Vino menghampiri kerumunan anak yang kurang lebih berumlah 4-5 orang disana sedang memukuli seseorang.

"Woi awas awas ada polisi lewat!" teriak Vino dari ujung gang.

Hebatnya, sekumpulan anak-anak itu langsung kabur dan tersisa orang yang dipukuli tadi.

Vino langsung menghampiri orang itu,

"Bima?!" 


<3 te amo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love From ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang