Chap 7: Devils or Angels?

632 80 25
                                    

Suatu saat nanti ketika seorang putri jatuh cinta kepada pangeran apa yang akan putri itu lakukan Bu?

Apakah cerita pangeran berkuda putih itu benar-benar ada?

Apakah Tasya bisa bertemu dengan-nya (pangeran)?

Ibu jika suatu saat nanti aku bertemu pangeran itu, aku harus seperti apa?

Sang ibu hanya diam menatap Anastasia kecil dengan senyuman lembut sembari mengusap rambutnya pelan. Hanya satu kalimat yang ia ingat kala itu.

Jadilah dirimu sendiri

Sembari tersenyum dan menunjuk tepat di hati Anastasia kecil. Gambaran sang ibu yang menatapnya dengan raut wajah tulus selalu membuatnya rindu, selalu dan selalu merindukannya. Puing-puing kenangan yang selama ini disimpan dengan rapat itu kembali. Seakan mengingatkannya akan suatu kenangan yang selalu ia rindukan selama ini.

Anastasia bangun dari tidurnya dengan raut wajah pucat, di samping badannya terdapat baskom berisi air dengan handuk kecil di atas nakas. Terlihat uap panas mengepul keluar dari dalam baskom itu dan kemudian sebuah tangan dengan telaten mengambil handuk itu lalu meremasnya. Sepasang tangan milik seorang wanita paruh baya, posisi wanita itu tepat membelakangi tubuh Anastasia tampak wanita itu tidak tergangu dan tidak menyadari bahwa ada gerakan lain.

Anastasia mengerang pelan menahan rasa sakit di tubuhnya, badannya terasa berat, pandangannya sedikit mengabur, dan nafasnya terasa sedikit sesak. Lalu tenggorokannya juga sakit, 'air' dirinya butuh air sekarang.

"A-air ....," satu kata akhirnya lolos dari bibir pucat Anastasia walaupun dengan suara serak yang terdengar sangat lemah. Pandanganya yang mengabur kemudian perlahan-lahan menjadi sedikit jelas. Di lihat seorang wanita paruh baya di depannya dengan raut khawatir.

Ibu apakah itu engkau? Ibu sudah kembali? Tasya mohon jangan pergi lagi?....

"I-ibu?" dengan suara parau Anastasia berkata. Bayangan sosok sang Ibu yang menatapnya dengan khawatir seperti nyata, namun beberapa detik kemudian perlahan-lahan wajah sang Ibu berubah, berganti dengan wajah yang tidak Anastasia kenali.

"Nona, anda sudah bangun?" ujar wanita itu. Kemudian dengan gerakan cepat namun hati-hati, wanita paruh baya itu membantu Anastasia mengangkat sebagian tubuhnya untuk bersandar ke kepala ranjang, dengan bantal yang di selipkan diantara punggung dan kepala ranjang sebagai tumpuan. Guna menyamankan punggung dan pinggangnya yang sebenarnya terasa keram.

"A-air ....," masih dengan suara lemah Anastasia berkata, sungguh dirinya saat ini sangat membutuhkan Air. Tenggorokannya terasa sakit setelah ia bangun dari tidurnya.

Wanita paruh baya itu, mendengar suara lirihan gadis itupun segera mengambil gelas berisi air di atas nakas samping tempat tidur, seperti memang sudah di siapkan sebelumnya. Kemudian dengan tangannya yang keriput karena usia tua, wanita itu membantu Anastasia meminum isi dari gelas itu, dengan cara memegang sisi-sisi gelas agar tidak tumpah. Setelah dirasanya cukup, hingga hanya menyisakan seperempat air di dalam gelas, wanita itu kemudian membantu Anastasia bersandar kembali menyamankan punggungnya.

Fyuh, rasa lega ketika aliran air itu mengalir melewati tenggorokannya sedikit mengurangi rasa sakit karena dehidrasi. Dimana ini? Siapa wanita paruh baya ini? Pertanyaan-pertanyan itu terngiang di kepalanya bagaikan kaset film yang rusak, namun ketika ia ingin mengatakan isi dari pertanyaan-pertanyaan itu, bibirnya terasa kelu. Hingga tidak satu pun suara yang keluar dari mulutnya.

Wanita itu tidak berhenti begitu saja setelah membantu Anastasia minum, ia kemudian mengecek kening gadis itu dengan telapak tangannya, berulang kali. Kemudian wanita itu berkata sembari tersenyum lega, "Syukurlah, suhu badan nona sudah membaik. Sebentar nona, saya panggilkan tuan di bawah terlebih dahulu."

My Marriage Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang