4. Kamong Cafe

30 3 4
                                    

Setelah hampir satu jam scrolling Twitter karena bosan, akhirnya aku memutuskan pergi ke luar untuk jalan-jalan ke taman terdekat sekalian mengambil foto pemandangan yang bagus, biar bisa sekalian kupamerkan di media sosial, haha.

Sejak satu jam yang lalu aku hanya sendirian di apartemen, Cia sedang pergi bertemu kenalannya dari Seoul. Daripada mati kutu di apartemen, lebih baik aku menikmati pemandangan di sekitar sini. Lagian aku juga kadang aku masih sebal dengan diriku kalau mengingat kejadian di bandara kemarin.

Setelah berjalan sekitar 400 meter dari apartemen, aku memilih duduk di bangku panjang taman. Lumayan sepi. Hanya ada beberapa anak kecil yang sedang bermain perosotan dan ayunan.

Aku beberapa kali berswafoto lalu memilih foto terbaik untuk diunggah ke sosial media.

"Rasanya nggak mau pulang aja gue. Seru pasti kalau bisa tinggal di sini beneran." Aku berjalan memilih sudut yang bagus untuk kufoto.

Bughh!

Aku langsung menoleh, mencari sumber suara yang berhasil mengagetkanku. Dalam radius sekitar 10 meter dariku, seorang anak kecil jatuh tengkurap, sepertinya tertabrak oleh seorang laki-laki yang sedang membantunya berdiri. Laki-laki itu lantas mengucapkan maaf beberapa kali sebelum akhirnya berlari tergesa-gesa, meninggalkan anak kecil tadi yang sedang mengusap-usap tangannya dengan mata berkaca-kaca.

Aku langsung menghampiri anak itu saat melihat dia merintih kesakitan.

"Yee, anjir. Nggak tanggung jawab banget. Kalau ini di Indonesia, udah gue tabok kali itu orang."

Aku tidak tahu harus berkata apa karena aku belum terlalu bisa berbahasa Korea. Anak ini sudah ingin menangis, tapi jelas sekali ditahan.

"Mianhae, but your hands was hurt." Bodoamat dengan bahasaku yang belepotan Korea campur bahasa Inggris. Aku memeriksa telapak tangannya yang bercak-bercak merah. Kutuntun dia untuk duduk di bangku terdekat. Aku baru menyadari kalau lutut anak perempuan ini berdarah, walaupun tidak parah, tapi pasti itu sakit untuk anak seusia sekitar enam tahunan.

Beberapa teman anak kecil ini menghampiri. Aku sebisa mungkin menggunakan bahasa tubuh untuk mengatakan kalau mereka harus membawa anak ini pulang dulu. Mereka mengucapkan terima kasih sebelum menuntun anak perempuan tadi pergi.

"Ya!" panggilku sambil memungut gelangnya yang sepertinya tadi jatuh.
Aku langsung menunjukkan gelang tadi.

"Yours?" tanyaku.

Mereka langsung saling pandang sambil saling mengedikkan bahu satu sama lain. Sampai mereka semua menggeleng.

"Ah, okay."

Ihh, padahal cantik gelangnya. Apa buat gue aja, ya? Lagian mereka juga nggak ngaku kalau ini gelang mereka. Yaudahlah.

Aku mengecek jam di ponsel. Pukul 10.13 waktu setempat. Padahal belum terlalu siang, tapi karena sekarang musim panas, suhu udara pun menjadi lebih cepat panas. Katanya kalau sedang musim panas di sini suhu udara bisa lebih tinggi dari Indonesia.

Cia udah pulang belum, ya? Padahal gue mau ajak dia jalan-jalan ke SMTOWN Coex Atrium.

Ketika aku sedang santai berjalan pulang ke apartemen sambil merekam video, tiba-tiba suara salakan anjing membuat detak jantungku berdetak kencang. Tiba-tiba saja ada anjing di belakangku.

Anjir, anjing siapa nih?!

Tanpa aba-aba aku langsung berlari sekuat tenaga. Harusnya aku tidak boleh lari karena anjingnya justru akan mengejar, tapi percayalah itu respons refleks karena aku kaget dan takut.

Don't Go [With EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang