[◈] 01

1.8K 246 47
                                    

Tujuh sahabat dari masa kecil kini memutuskan untuk tinggal bersama di dalam satu kos. Mereka melakukan itu tentu mempunyai alasan yang kuat. Mereka ingin hidup mandiri dan tidak mau menjadi beban untuk orang tua masing-masing.

Awalnya, kedua orang tua mereka semua kurang setuju karena mereka sama sekali tidak menganggap anak-anaknya sebagai beban. Tetapi pada akhirnya, keputusan itu disepakati. Tiap bulannya, mereka akan rutin dikirimi uang sebagai pegangan. Tentu, karena mereka belum ada yang memiliki pekerjaan dan masih melanjutkan sekolah.

Lee Heeseung, sebagai sosok yang paling tua pun memilih kuliah terlebih dahulu dibanding mencari pekerjaan. Bukan karena dia tidak ingin bekerja, ia lebih mengutamakan pendidikannya. Kalau bisa, dirinya akan menjalani kuliah sambil bekerja jika sempat.

"Bang Jay, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya!" omel Sunoo pada pria di sebelahnya.

"Berisik bocil," Jay memelankan sedikit laju mobilnya agar Sunoo tidak mengoceh lagi.

Sunoo memukuli lengan lelaki itu karena menyebut dirinya 'bocil'. Padahal, umurnya hanya terpaut satu tahun lebih muda dari Jay.

"Diem, Sunoo. Nanti mobilnya oleng," ucap Jay berusaha mengendalikan mobil yang hampir saja menginjak lubang.

Tujuh sahabat kental itu tengah menempuh perjalanan menuju kos-kosan. Mereka menggunakan mobilnya Jay untuk pergi ke sana. Barang bawaan mereka terbilang cukup banyak karena isi kopernya mencakup baju, sepatu, serta barang-barang yang lain.

Sunoo juga membawa tas kecil khusus untuk menyimpan skincarenya. Ke mana pun dirinya pergi dan sejauh apa pun itu, ia tidak akan pernah lupa membawa harta karunnya. Itu sudah menjadi kewajiban bagi Sunoo.

"Bang Heeseung, kenapa kita nggak tinggal di apartemen aja?" tanya Ni-ki.

Heeseung tersenyum tipis. "Kalo di apartemen, uang tabungan kita semua belum tentu cukup. Belum lagi kalo ada hal yang mendesak nantinya ...," jelasnya.

"Lumayanlah kosannya murah dan cukup buat nampung kita semua," lanjut Heeseung kemudian menepuk-nepuk bahu lelaki bongsor di sampingnya.

"Ni-ki percaya sama Bang Heeseung." Singkat namun mampu membuat Heeseung terenyuh.

Dia sangat menyayangi Ni-ki seperti kakak yang menyayangi adiknya. Ditambah lagi, dia adalah orang yang paling muda diantara mereka semua. Sikapnya yang labil serta penakut membuat Heeseung ingin melindungi Ni-ki dari segala sesuatu yang membahayakannya.

"Semoga orang-orang di sana pada baik-baik," ujar Jungwon sambil menutup matanya dengan kedua tangan yang menyatu layaknya orang yang sedang berdoa.

Jake terkekeh pelan mendengar ucapan laki-laki yang berada di sampingnya itu. "Pasti baik Won, kaya Bang Jake yang ganteng ini. "

"Ngomong sana sama tembok!" ujar laki-laki yang mirip dengan kelinci itu lalu memeletkan lidahnya. Sebenarnya sampai sekarang, Jungwon masih krisis identitas. Entah dirinya mirip kelinci atau bahkan mirip kambing.

Jake mendecak, "Salah apa diri ini."

Gelak tawa mulai terdengar memenuhi isi mobil. Mereka bersenda gurau sambil memakan camilan yang mereka beli sebelum berangkat. Namun, tak lengkap rasanya jika tidak ada sesi menjahili orang.

[◈] Walpurgis Night || ENHYPEN X GFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang