Beneran Demam

5.9K 838 30
                                    

Sorry for typo






🎈



Rusuh, benar benar rusuh sampai rasanya Jeno ingin menangis saat itu juga.

Malam ini ia terduduk lesu di bawah lantai beralaskan karpet bulu biru kamar adiknya, netranya masih setia memandang tubuh kecil berselimut di sebrang sana. Perutnya sudah terisi ramyeon enak, tapi jujur saja, hatinya merasa tak enak mengingat dirinya bisa makan enak, tapi adik kecilnya tidak. Boro boro makan enak, bubur saja susah masuk tadi.

Oh iya rusuh, tadi di perjalanan menuju klinik mobilnya mendadak rusuh seketika kala Renjun kembali muntah. Untung ada kantongnya, tapi poinnya bukan itu, karena saat itu tak ada yang keluar dari perut Renjun kecuali air.

Terbayang kan bagaimana rasa tak nyaman saat perut mual tapi sebenarnya tak ada yang keluar? iya seperti itu. Renjun yang malang.

:(

Jeno sampai gemetar saat menyetir, ikut menangis juga saat suara tangisan serta rintihan adiknya menggema dalam mobil.

Tapi setelah ditangani dokter Renjun kecilnya tak apa apa. Jeno tak tahu penyebab pasti karena hanya Minhyung yang pergi berkonsultasi dengan dokter yang jelas mulai sekarang Renjun harus makan teratur, mandi di waktu yang tepat dan teratur, dan cuci tangan yang teratur. Serba teratur lah.

Dan, jangan lupa cuci tangan yang bersih setelah memegang pakan ikan, jangan sampai masuk kedalam tubuh.



"Kak Jeno.."

Jeno tersadar dari lamunan kala suara lirih sang adik bergumam. Ia bangkit dan mendekat pada Renjun, adiknya itu terlihat menahan tangis. Aduh gemas, tapi jangan cubit sekarang. Tahan kak Jeno.

"Mau apa?" tanya Jeno lembut.

Renjun melengkungkan bibirnya kebawah dengan lucu. Ia mengangkat kedua tangannya ke udara meminta di gendong.

Jeno terkekeh gemas lalu meraih tangan itu dengan senang hati. Tubuh Renjun melayang di udara lalu masuk dalam gendongan Jeno. Pipinya menempel pada pundak dengan tangan memeluk manja leher sang kakak. Hembusan hangat nafas Renjun Jeno rasakan di tengkuknya. Geli.

"Masih mau muntah?" tanya Jeno.

Renjun menggeleng. Tangan kecilnya beberapa kali mengusap usap punggung Jeno.

"Yasudah Injun tidur lagi."

"Mau minum." ucap Renjun.

Jeno lalu duduk diatas kasur dengan Renjun dalam pangkuannya. Ia meraih segelas air dan menyodorkannya pada sang adik.

Renjun menerima air itu lalu meminumnya pelan. Hanya sedikit, untuk membasahi tenggorokannya saja yang kering.

"Tidur lagi, ya?" tawar Jeno.

Renjun mengangguk sebagai jawaban. Jeno dengan hati hati kembali membaringkan Renjun diatas kasurnya. Menepatkannya senyaman mungkin agar Renjun tak merasa sakit karena salah posisi.

"Kak Minhyung mana?" tanya Renjun.

"Ada di bawah, lagi beres beres. Kenapa?"

"Mau lihat kak Minhyung." rengek Renjun.

Menghela napas, Jeno mengangguk pelan dengan berat hati. Bukannya apa apa ya, jika ada Minhyung, Jeno jadi tidak bisa mengelus elus pipi Renjun saat tidur nanti. Padahal kan pipi Renjun itu sama menggodanya seperti nintendo saat tengah belajar. Ingin dimainkan terus. Nagih.

Langkah Jeno berayun menuju dapur dimana kakaknya berada. Lelaki dewasa yang sudah seharusnya menikah itu tengah mengaduk sesuatu dalam gelas.


"Kak." panggil Jeno.

Minhyung yang merasa terpanggil menoleh menatap objek. Matanya menangkap Jeno yang berdiri agak jauh dari tempat ia berdiri.

"Renjun nyariin kakak." lanjut Jeno.

Minhyung menyerngit. "Loh kok bangun? kamu gangguin ya?"

Jeno memutar bola matanya lalu berdecak. "Bukan lah! cepat kemari!" serunya.

Minhyung mendelik karena nada sewot adiknya. "Aku amankan minumanku dulu, sana duluan!" ucapnya.

Yah tidak jadi maling Jeno, yasudah tak apa apa. Nanti saja bikin sendiri. Dia akhirnya kembali masuk ke dalam kamar Renjun disusul Minhyung tak lama kemudian.

"Injun?"

"Heum?"

Jeno tersenyum saat deheman Renjun masuk gendang telinganya. Lagi sakit saja lucu.

"Ada apa, hm?" tanya Minhyung saat dirinya duduk di bawah.

Renjun menggeleng kecil lalu meraih tangan kakak tertuanya lalu meremas kecil. Matanya kembali tertutup perlahan.

"Kak Minhyung dan kak Jeno temenin Injun bobo." ucap Renjun.

Minhyung tersenyum gemas. "Iya kakak temenin." jawabnya.

Jeno mengelus dahi adiknya yang masih berada di suhu tak normal itu. Hanya sebentar, karena Minhyung memukul pahanya pelan tanda menegur.

"Tsk!"

Jeno berdecak sebal dan memelototi kakaknya. Lalu kembali mendapat pukulan lain dari Minhyung.

"Sakit tahu kak! jangan kasar dong!" sewot Jeno.

"Berisik!"



🎈







Hai, sorry nggak tepat waktu sesuai janji. Hm.. ada work lain juga di akun aku. Siapa tahu suka kalian cek aja ya.

By the way, adik kalian juga kaya Renjun gak kalo sakit? manja gitu? senggol bacok hahahaha. Ponakan aku kalo lagi sakit kesenggol dikit nangis, berisik dikit nangis. Kan gemes ya, gemes pengen cubit biar nangisnya makin kenceng.

Jangan lupa vote dan komen.

Tidur, Makan, Main! (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang