4. Mahasiswa Musiman

3 0 0
                                    

"Waktunya sudah habis. Kumpulkan lembar jawabannya!" Asisten dosen yang bertugas mengawasi ujian tengah semester terus mengatakan kalimat yang sama berulang-ulang.

Aku mendesah cukup panjang. Setelah itu aku hanya bisa duduk dengan badan yang menelungkup di meja.

Ou Di mendatangi kelasku. "Zai-Zai! Kamu tidur?"

Tidak mendapat respons dariku, ia lalu menepuk pipiku.

"Jangan ganggu aku," jawabku masih dengan posisi yang sama.

Ou Di kemudian duduk di seberang kursi. "Pasti kamu kesulitan dengan ujian matematikanya."

Mendengar perkataan Ou Di, aku bangun dan mengubah posisi dengan menyandarkan punggung pada kursi. "Aku lebih memilih mengerjakan matematika daripada menghafal dialog."

"Apa?"

"Mengingat rangkaian kata-kata tidaklah mudah. Matematika jauh lebih sederhana karena menggunakan rumus yang pasti. Selama bisa menghitung, tidak akan ada masalah," balasku dengan nada santai. Ou Di hanya melongo dengan mulut terbuka cukup lebar. Aku sejenak meliriknya dan bertanya, "Ada apa denganmu?"

"Aku tidak tahu harus berkata apa karena belum mendapat giliran pengambilan adegan hingga sekarang, tapi matematika sangat memusingkan. Bertambah lagi satu hal yang ...." Aku tidak sepenuhnya mendengar apa yang diucapkan Ou Di barusan.

"Kamu tidur lagi?"

"Sudah kukatakan, jangan ganggu aku. Kemungkinan besok pergi ke Chiayi lagi." Aku kembali menelungkup di atas meja. Tidak lama, aku mengangkat sedikit kepalaku. "Kamu ke Chiayi juga, bukan?"

"Sepertinya iya. Aku harus sabar menunggu sampai tiba giliranku." Ou Di mengepalkan tangan kanannya dengan menunjukkan ekspresi seperti mau berperang.

Kembali bersandar pada kursi, lalu aku berkata, "Aku tahu, cukup sulit bisa mendapatkan pekerjaan ini dan aku belum berpengalaman kerja paruh waktu, hanya saja berada di lokasi ...." Ragu mau melanjutkan dengan kata-kata apa, Ou Di kemudian menyela.

"Kamu menganggap kalau syuting drama sebagai kerja paruh waktu?"

"Tentu. Buktinya kita sedang kuliah sekarang. Syuting drama hanya melakukan rekaman selama beberapa bulan saja, bukan?"

"Jawabanmu masuk akal, tapi tidak sepenuhnya benar. Sayangnya, aku tidak bisa menjelaskan." Ou Di menunjukkan ekspresi seperti sedang berpikir. "Berarti kamu tahu kapan syuting akan berakhir?"

"Kapan ya?!" Kini giliranku yang menengadah seperti sedang berpikir.

"Bukankah seharusnya itu tercantum dengan rinci di dalam kontrak?"

"Di dalam kontrak tertulis ...."

"Tidak perlu diingat. Sudah cukup." Ou Di menepuk bahuku agar berhenti.

Melihatnya terdiam, kini giliranku bertanya. "Oh iya, apa aku perlu mengganti uang taksi kemarin?"

"Uang taksi? Tidak perlu. Aku yang memilih naik taksi, jadi aku yang bayar."

"Naik taksinya hanya sampai halte utama Chiayi." Aku menambahi penjelasan dari perkataan Ou Di. Dia hanya nyengir saja. "Kalau naik mobil staf dari awal, mungkin akan sampai tanpa keluar banyak uang."

"Benar juga. Kenapa aku tidak memikirkan hal itu?!" Ou Di terus cekikikan sedangkan aku membalas dengan tatapan datar.

"Tidak jadi masalah. Lagi pula kurasa sebentar lagi kita bisa mengirit biaya transportasi. Aku dengar dari staf, ada kampus lain yang akan dijadikan lokasi syuting. Dan kabar baiknya, kampusnya bertempat di Taipei," ujarnya kemudian.

Happiness From Bad Fortune [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang