9. Memberi Di Saat Menerima

2 0 0
                                    

Seminggu sebelumnya.

*

Masa ujian akhir semester dimulai kembali. Lebih berat daripada semester sebelumnya karena syuting yang tiada henti. Akan tetapi, adanya keinginan yang lain membuatku tetap bersemangat menghadapi ujian.

Pulang dari kampus, aku mampir ke sebuah mal untuk membeli satu setelan pakaian. Belum pernah memberikan apapun selama tinggal di Taipei, gaji pertama harus buat mama. Berkat kontrak iklan dan tampil di acara televisi, aku sudah mendapatkan uang hasil kerjaku tanpa perlu menunggu gaji drama yang baru bisa didapat setelah syuting berakhir nanti.

Tidak sengaja melihat manekin yang dipajang depan etalase, aku berpindah ke toko perhiasan. Mencari gelang yang cocok untuk mama. Bukan emas, gajiku hanya sanggup membeli perhiasan perak. Walau begitu, aku meminta perak dengan kualitas terbaik. Selagi menunggu pelayan toko membungkusnya, mataku tertarik dengan sebuah cincin, tidak jauh dari deretan gelang.

**

"Aku perlu bersiap untuk ujian. Ada jadwal kelas sore. Terima kasih untuk minumannya."

Da S melihatku pergi begitu saja. Sempat beberapa kali memanggil namaku, aku berpura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan menuju ruang ganti.

Melihatku pergi, Da S mendekati asistennya, Liu, dan mengajaknya bicara. Sembari menunjuk-nunjuk ke arah pria incarannya itu.

Mengganti pakaian dan menghapus riasan, aku pergi menuju kampus bersama manajer Zhi dan asisten Wang.

Pulang dari kampus.

"Wajahmu terlihat muram, Zai. Ada masalah dengan ujian hari ini?" tanya manajer Zhi.

"Tidak. Tidak apa, Xiang Li Ge. Aku hanya lelah syuting saja." Aku sampai berakting segala untuk menghindari kecurigaan manajer Zhi.

"Lain waktu aku bawakan vitamin untukmu. Kata nenekku itu bagus sekali untuk kesehatan. Aku merasa tidak memerlukannya, tapi kamu sepertinya lebih butuh."

"Terima kasih. Sebenarnya aku lebih butuh saran."

"Saran? Saran untuk apa?"

"Ah, tidak-tidak. Bukan apa-apa." Aku mencoba tidur selama perjalanan pulang. Pikiranku yang kemana-mana selama seharian ini membuatku lelah.

"Besok aku akan menjemputmu lebih pagi. Istirahatlah lebih awal hari ini."

"Sampai jumpa besok, Xiang Li Ge. Bye bye."

Berjalan menuju lift, ada bibi Chang sedang menggenggam beberapa kantong belanjaan.

"Kenapa Bibi hanya sendirian?" tanyaku.

"Eh, Zai-Zai sudah pulang. Tidak usah kamu bawakan, Bibi bisa sendiri. Kamu pasti lelah sekali."

"Tidak apa-apa. Laki-laki tidak boleh bertangan kosong melihat wanita menggenggam barang bawaan, Bibi Chang."

"Anak baik. Mamamu mengajarkan anaknya dengan benar." Aku membalas pujian bibi Chang dengan menyunggingkan senyum.

Di dalam lift.

"Mamamu terus memberitahu segala pekerjaan yang kamu lakukan pada para tetangga di lantai kita. Pasti dia bangga sekali." Aku tersipu mendengarnya.

Bagaimana dengan papamu di Yilan, Zai?" Aku terpaku.

"Kabarnya bagaimana?" tanya bibi Chang lagi.

"Baik. Papa masih bekerja dan sedang sibuk dengan anaknya yang masih kecil."

Happiness From Bad Fortune [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang