"Merry Christmas, Ma," ucapku dan Kak Wei Min bersamaan.
"Merry Christmas juga anak-anakku."
Meski aku bukan anak kecil lagi, tapi aku menyukai berbagai macam hiasan yang tergantung di pohon natal. Bersusah-payah menatanya kemarin, sekarang dapat dipandangi sesuka hati.
Menjelang siang, bel rumah berbunyi. Ou Di datang berkunjung dengan membawa kado untuk Mama.
"Senior Ou, mau minum apa?" Mama menyebutnya begitu karena menganggap dia sebagai teman kuliahku. Tidak salah karena Ou Di memang kakak tingkat di kampus.
"Apa saja, Mama Zhou, asal tidak dingin. Hehe."
"Bisa saja Senior Ou," balasku.
"Tentu saja, Zhou Yu Min."
"Kado yang kamu berikan itu dari Mamamu kah?" tanyaku.
"Bukan. Aku sudah bekerja lagi."
"Di mana?"
"Di bar S." Ternyata Ou Di kembali menjadi bartender. Kerja paruh waktu yang dilakukannya sebelum mengikuti audisi drama Kebun Meteor.
"Gajimu sepertinya lebih besar dari sebelumnya."
"Ya. Aku sempat ingin membeli kue tar lalu aku urungkan mengingat ada yang tidak suka."
"Bukan kuenya yang aku tidak suka, tapi perayaan ulang tahunnya." Setelah mengatakan itu, aku jadi teringat dengan Papa. Kemarin, sehari sebelum natal, adalah hari ulang tahunnya.
Mencari keberadaan Kak Wei Min, rupanya dia sedang menelepon di ambang pintu kamar. Mengetahui hal itu, aku kembali menemani Ou Di yang sibuk memakan camilan.
Aku tidak perlu bertanya siapa penerima teleponnya.
Enam hari kemudian.
Kak Wei Min masih belum pulang karena harus kerja lembur. Mama dan aku makan malam di rumah seperti biasa. Aku yang lebih suka berada di rumah menikmati tontonan di layar televisi. Ketika jeda iklan, tidak sengaja mataku melirik mama tengah berdiri di depan jendela.
"Akan ada pemandangan menakjubkan saat tengah malam nanti. Perayaan dengan menyalakan kembang api yang berpusat di Balaikota. Langit akan dipenuhi dengan cahaya. Mama selalu menunggu di sini tiap akhir tahun." Mama menjelaskan apa yang dilakukannya padahal aku belum bertanya.
"Masih sekitar dua jam lagi. Apa menunggunya tidak terlalu awal?"
"Lihatlah. Ada beberapa kembang api kecil yang dinyalakan dari perumahan di bawah sana." Apartemen Mama memang berada di lereng gunung. "Langit tidak terlihat kosong karena munculnya percikan-percikan kecil yang bercahaya. Walau dari jauh dan kecil, tetap terlihat cantik, bukan?" Aku mengangguk. Tidak ada kembang api pun, pemandangan dari depan jendela terlihat seperti lukisan langit yang terhampar tanpa batas.
"Ma, aku pergi ke bawah sebentar."
Setengah jam sebelum memasuki tengah malam, aku mengajak Mama melihat pemandangan dari sisi tebing di depan gedung apartemen.
"Kita juga bermain kembang api, Zai?" Aku langsung menyalakan salah satu kembang api sebagai jawabannya. Mama terlihat gembira.
"Mama harap dramamu segera tayang. Mama sudah tidak sabar melihatnya." Mama membuat permohonan yang terdengar seperti permintaan sembari melihatku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Aku dan Mama terus menunggu pemandangan pusat kota yang akan datang sebentar lagi. Menatap langit yang bersiap menyambut ribuan cahaya meluncur dengan liar.
Januari 2001
Perayaan tahun baru Cina. Aku, Kak Wei Min, dan Mama berkunjung ke rumah kakak tertua Mama. Nenek dari pihak Mama telah lama ditinggalkan kakek yang sakit parah jauh sebelum aku lahir. Kakak tertua Mama juga telah lama ditinggalkan suaminya karena bercerai. Begitu juga dengan Mama yang telah lama meninggalkan papa. Tiga perempuan mandiri tanpa lelaki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness From Bad Fortune [Revisi]
Narrativa generaleZai-Zai ingin mengubah nasib kurang mujurnya di kota kelahiran--Yilan, dengan pergi menyusul kakaknya ke ibukota--Taipei. Mengikuti saran mama Zhou, Zai-Zai mendapat pekerjaan penuh waktu dan menjadi bintang besar. Semua terjadi begitu cepat dan tan...