"Hikss..hikksss.. Bundaaa.. Hikksss"
"Nala mau Bundaa hiikss..hikksss"
Tangis bocah perempuan berumur 3 tahun disudut taman kota. Tak ada satupun manusia yang memperhatikannya. Hari sudah hampir malam, tapi tak ada satupun gerak gerik manusia yang akan mengajaknya pulang.
Beruntunglah saat itu ada gadis yang melintasi taman, dia mendengar suara tangis anak kecil dan segera menghampirinya.
"Hei, sayang... Kamu kenapa sendirian disini? Dimana mamanya?"
Tidak ada balasan anak kecil itu masih terus menangis. Gadis ini ragu, apakah ini anak manusia atau bukan.. Dia kemudian mensejajarkan dirinya dengan anak itu.
"Sayang, kamu kenapa nangis.. Hey"
Dia menyentuh pucuk kepala anak itu
Anak itu mengangkat kepalanya, menatap mata gadis itu.."BUNDAAAAA"
Anak itu segera memeluk gadis itu sekencang-kencangnya, menangis sejadi jadinya
"Hey,.. Kenapa? Dimana bundamu?"
"Bunda mana aja? Nala kangen ama bunda hiks hiks hiksss"
"Hmm.. Sayang hhmm kakak bukan bunda kamu. Bunda kamu dimana, biar kakak anter?"
"Bunda kan bundanya nala. Napa panggil kakak?"
"Hmm.. Aduh gimana ini?"
Jia bergumam sendiri melihat sekeliling mencari keberadaan ibu gadis cilik ini"Hmm gimana kalau kamu ikut kakak ke minimarket dulu yuk, kita beli minum. Kamu haus kan?" tanya Jia
"Bunda!" panggil gadis itu
"Hmm..hm ii..iya sayang" jawab Jia gagu
"Nala mau ecklim boleh ya Bun ? Nala udah ama gak mam ecklim. Baba ndak boleiin Nala" adu nya pada Jia sambil mempoutkan bibir mungilnya
Jia ragu untuk menjawab apa, pasalnya iya sama sekali tak tahu mengenai gadis ini.
"Baba kan udah ngelarang kamu sayang, artinya itu nggak baik untuk kesehatan kamu, oke?" pinta Jia lembut
"Tapi bun, Nala pengen ecklim hikss" gadis cilik ini mulai menangis
"Oke, tapi makannya bagi sama bunda ya.. Udah dong sayang jangan nangis lagi, jagoan bunda masa nangis sih, hmm.. Ayo beli eskrim"
Nara pun menganggukkan kepala dan memeluk erat leher Jia. Jia menggendong Nara sampai di minimarket, mereka masuk kedalam minimarket.
Nara segera turun dan berlari menuju lemari eskrim.
"Bunda bundaaa!! Nala mau yang ini , yang iniii!!" antusias Nara
"Iya iya.. Ini bunda ambilin. Ayo kita bayar"
Untunglah minimarket sedang sepi, jadi Jia tidak perlu antri
"Nara sini bunda gendong"
"Ndak nau, mau lan sendili"
"Yaudah tapi pegang tangan bunda ya, bunda bayar dulu"
Jia membayar belanjaan mereka dan kebutuhan dirinya. Suasana masih tenang, sampai teriakan Nara mengejutkan Jia.
"BABAAAA!!"
Jia melihat kearah pandang Nara, seorang pria berlari menghampirinya. TIDAK!! Menghampiri Nara lebih tepatnya
"NARA! Kamu kemana aja sayang, papa cari kamu dari tadi?! Baba takut kehilangan kamu" jelas Pria itu pada Nara sambil memeluknya erat
Jia sebenarnya tak ingin mengganggu, tapi dia ingin menjelaskan kejadian tadi
"Maaf, apa Anda Baba nya Nara?" tanya Jia sopan
Pria itu mendongak keatas melihat kearah Jia, dikarenakan dia berjongkok menyamakan tinggi dengan Nara. Dia menatap Jia dingin.
"Iya. Kenapa Anda tidak membawanya kekantor polisi, kenapa malah membawanya kemari? Apa Anda ingin memanfaatkan situasi ini untuk memeras saya?" tuduh pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Baba dari Nara
Jia tidak habis pikir dengan semua tuduhan yang dilontarkan pria ini. Tapi dia berusaha menahan amarahnya.
"Maaf sebelumnya Tuan atas kelancangan saya membawa Nara kemari. Saya memang bersalah tidak membawanya segera kekantor polisi, tapi Nara___" penjelasan Jia dipotong oleh pria tadi
"Anda mau berapa?! Terima kasih telah menolong Nara. Ini cek, isi berapa pun yang Anda mau" pria itu menyodorkan cek kepada Jia
"Hmm.. tampaknya__"
"Baba ama Bunda kenapa malah malah? Baba mau ecklim juga ya?" celoteh Nara membuat keduanya melihat Nara
"Bunda, Baba beliin uga yaaa" pinta Nara sambil menarik tangan Jia
"Nara, siapa yang kau panggil Bunda hmm? Dia bukan bundamu sayang" kata Baba Nara
Nara berhenti menarik tangan Jia, menatap keduanya secara bergantian.
"hiiks hiiiksss.. Baba jahat!! Nala ndak nau ama Baba hiiks hhiiiks" tangis Nara pecah
"Sayang.. Udah jangan nangis dong, ayo kitaa pulang. Oma sama Opa udh nyariin kamu,.. Ayo ah, jangan cengeng gitu" Baba Nara berjongkok menyamakan badannya
"Ndak nau, Nala mau ama Bunda!! Baba jaat ama Nala!! Ndak nau ama Baba!!" teriak Nara
Pria itu berdiri memijat batang hidungnya, tampak pusing dengan situasi ini
"Nala ndak nau pulang kalau Bunda ndak ikut hiiikkss"
Baba Nara menatap gadis dihadapannya yang menampilkan raut muka ingin menangis melihat Nara menangis. Kemudian Jia berjongkok, memeluk Nara, Seungcheol tak melepas kan pandangan dari Jia.
TBC
haiii readers :) Jumpa kembali dengan cerita berbeda... Kali ini, aku bawa Baba Cheol nih hihi
Choi Seungcheol as Baba Nara
Si gemes,.. Choi Nara
Park Jia
Like and Comment juseyoooo ><
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Bunda for Baby Leon
RomanceDipanggil Bunda dan diminta menjadi Bundanya, bagaimana aku bisa menolak bayi mungil menggemaskan ini? Tapi ayahnyaa?? > On Going < Update : Rabu dan Minggu