Amara Ulani Tarmawinata. Gadis cantik dengan rambut bergelombang indah mengayun di belakang punggung kecilnya, gadis manis yang biasa kerap disapa dengan sebutan Amara oleh orang orang terdekat nya. Tinggal dirumah mewah namun tak berpenghuni membuat Amara kerap dilanda dengan kesepian, kehampaan didalam hidupnya. Kebanyakan orang memang memandang Amara adalah sosok yang sempurna akan tetapi siapa yang tahu, bahwa kehidupan yang dijalanin Amara tak sesempurna kelihatannya.
Bahwa dikehidupan Amara hanya ada kekosongan didalam hati nya. Hanya ada kesepian didalam rongga dada nya. Amara gadis pintar yang kerap menipu banyak orang dengan tingkah bar bar dan senyuman nya. Sehingga setiap orang yang melihatnya tidak akan memiliki pikiran akan kehidupan yang sesungguhnya.
Dimalam ini Amara sedang duduk di kursi yang tersedia di balkon kamar nya sambil menatap langit. Dengan ditemanin secangkir coklat panas yang tadi diantarkan oleh Bi Narsih asisten rumah tangga yang bekerja di rumah nya.
"Kapan ya mama sama papa punya waktu buat gue? Kapan mama sama papa bisa abisin satu hari full bareng gue? Kenapa gue harus serapuh ini sih! Kenapa harus gue yang rasain kesepian kaya gini! Hikss..hiks.. Ma pa Ara kangen sama kalian hiks.. hiks.. kapan kalian pulang?" Ucap Ara sambil memandang langit dengan air mata yang sudah menetes entah sejak kapan.
Keheningan tercipta setelah Ara mengeluarkan apa yang ia rasa kepada kedua orangtuanya entah lah ia sendiri pun bingung kepada orangtua nya. Apakah mereka lupa bahwa mereka masih mempunyai Ara yang harus mereka rawat dan jaga. Setelah merenung beberapa saat setelah menangis dibalkon Ara pun memasuk kamar nya karena hari sudah mulai gelap dan menunjukkan pukul sepuluh malam.
****
Matahari sudah menunjukkan sinarnya akan tetapi Amara gadis cantik dan manis yang memiliki bola mata sebiru laut ini belum juga membuka mata nya. Sampai akhirnya pintu kamar Amara pun diketuk oleh Bi Narsih.
"Non! Bangun non, sudah pagi non kan sekolah hari ini" ucap bi Narsih didepan pintu kamar Nona nya itu.
"Eemmm.. iyaa bi sebentr lagi aku bangun kok!" Teriak Ara didalam kamar nya.
"Yasudah bibi tinggal kebawah ya non" pamit bi Narsih setelah dapat jawaban dari Ara dan lamgsung menuju ke arah dapur.
Didalam kamar akhirnya Ara membuka mata nya dan melihat ke dinding ternyata sudah jam 6 lewat 20 menit. Akhirnya pun Ara beranjak dari tempat tidurnya untuk melakukan ritual pagi yaitu mandi. Beberapa saat kemudian Ara pun selsai dan langsung menggunakan seragam sekolahnya. Setelah dirasa cukup Ara langsung turun ke bawah untuk melakukan sarapan pagi.
Anak tangga diturunin oleh Ara satu persatu hingga anak tangga terakhir Ara melihat bahwa di meja makan tidak terdapat siapa siapa. Sontak Ara yang melihat itu pun menggelar napas nya pelan. Karena harapan nya semalam tidak terwujud dan sang mama dan papa ternyata belum pulang juga. Akhirnya Ara pun melangkah kan kaki nya ke meja makan yang dimana sudah ada bi Narsih yang mempersiapkan sarapan nya.
"Pagi bi" sapa Ara kepada ni Narsih
"Pagi juga non, silahkan dimakan bibi ke dapur dulu yaa" ucap bi Narsih langsung pamit kedapur.
Ara pun melakukan ritual makan nya dengan keheningan yang menyelimuti. Ara pun akhirnya bangkit dari tempat duduk nya setelah selsai memakan sarapan nya dan ia berpamitan kepada bi Narsih.
"Bi Ara brngkt dulu yaa" ucap Ara kepada bi Narsih
"Loh non Ara! Memang nya sudah selesai sarapan nya?" Ucap bi Narsih
Ara menggangguk " udah bi, yaudah Ara brngkt ya bibi assalamualaikum" setelah mencium tangan Bu Narsih Ara langsung menuju garasi nya.
Kasian sekali non Ara semoga tuan dan nyonya segera pulang batin bi Narsih.
Bi Narsih yang melihat Ara sudah pergi hanya memperlihatkan kesedihannya sebab Ara tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orangtuanya. Tuan dan Nyonya nya yang sibuk sampai mereka lupa bahwa memiliki putri yang sangat cantik dan manis itu. Bi Narsih berharap semoga tuan dan nyonya nya mampu memberikan sedikit wktu nya kepada sang nona yamg berbaik hati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Novela Juvenil~ anggap aku ada! Selagi aku masih bernafas dan berpijak dibumi yang sama seperti mu~ Amara Ulani Tarmawinata.