Bangun pagi hari ini seperti halnya mimpi buruk bagi Yunhee. Seluruh isi berita di televisi hanya membicarakan tentang kasus penembakan yang menyeret salah satu Jaksa Ilsan. Selain itu juga banyak warga sipil yang mulai mengaitkannya dengan kasus Ha In Kyu dan segala kejanggalannya. Harga saham perusahaan tempat In Kyu bekerja dulu juga menurun drastis hari ini. Bahkan langit abu-abu dan awan-awan yang menggembung pekat warnanya di Ilsan serasa mendukung hal itu. Pasalnya, tepat ketika orang-orang baru saja ingin beraktivitas seperti biasa, membangun semangat untuk siap bertarung dengan segala pekerjaan dan keperluan lainnya. Dengan tiba-tiba saja, tanpa ada aba-aba. Hujan turun begitu deras, hingga wanita Bae harus mengambil payung hitamnya dari balik dashboard kemudi.Tepat ketika tujuan dari singgahannya sampai, Yunhee lantas menghentikan Audi A6 mewahnya dengan nuansa grey yang tampak mendominasi. Ia lantas membuka pintu itu, bersamaan memakai kacamata hitamnya. Berjalan dengan sedikit mencincing dress hitam senada dengan blazer formalnya, oh sial ini sangat merepotkan. Lalu tak lama kemudian ia mulai melihat sekilas penampilannya dari balik kaca mobil sambil salah satu tangan memegang payung. Sebentar, bukankah ini seperti penampilan untuk menghadiri pemakaman. Kenapa semuanya serba hitam, begitulah pikirnya.
Sempat merutuki diri sendiri sesaat, walaupun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ia tetap cantik bahkan untuk memakai berbagai jenis model pakaian sekalipun. Wanita Bae pada akhirnya berjalan cukup anggun, sebelum meraih pematik api dari balik saku dan menyalakan rokoknya. Pergi ke lapas tempat Ryu di tahan dan mengunjunginya. Entahlah, ia hanya mengikuti naluri alaminya sedari tadi. Persetan dengan itu, ia tidak peduli lagi mau nanti Ryu mengusirnya ataupun yang lainnya.
Yunhee sudah duduk dengan kaki yang menyila satu, sambil menyebat rokoknya yang hampir menemui titik kapas manisnya dengan lamunan yang kian tak menentu. Menunggu giliran untuk bisa ke ruang kunjungan. Diam-diam hatinya tergerak gelisah. Tidak tahu nanti bisa menyiapkan diri untuk melihat kondisi Ryu saat ini atau tidak. Karena Yunhee yakin, Ryu pasti sangat kacau. Emosinya pasti juga meluap-luap tak terbendung, walaupun ia tahu pasti pria itu mencoba untuk menahannya dan bersikap dewasa. Wanita Bae teramat yakin bahwa Ryu pasti juga sudah melihat berbagai berita yang bisa saja menyurutkan seluruh karirnya saat ini.
Tak lama kemudian suara salah satu petugas terdengar dan mempersilahkannya untuk masuk. Tangannya tiba-tiba saja terasa begitu dingin dan gemetar, tapi mencoba ia tahan walaupun itu terasa susah. Kemudian sedikit menerbitkan senyum tipisnya sambil menatap Ryu yang kini sudah berada di depannya. Duduk, dengan kantong mata yang tampak menggembung—hitam. Keduanya dipisahkan oleh kaca atau mika yang cukup tebal dengan lubang-lubang kecil di depannya. Gambarnya seperti di drama biasanya, jadi kalian pasti bisa membayangkan dengan jelas bagaimana kondisinya di sana.
Sedangkan Ryu hanya terdiam sesaat, mungkin ia bingung bagaimana bisa Yunhee menemuinya. Wanita Bae adalah orang pertama yang berkunjung, tepat setelah ia berada dari balik jeruji besi dingin itu. Ia lantas mengangkat kedua kurva birainya, dan tersenyum singkat dengan tatapan sendu yang Yunhee benci sekali. "Jika tidak kuat menatapku, jangan paksakan dirimu untuk itu."
Yunhee meneguk salivanya kasar. Sial, ia ingin mengumpat bagaimana Ryu berbicara tepat menyerang pada ulu hatinya yang telah mati sekalipun. Tidak, ia tidak boleh merasa lemah. Lemahnya nanti saja kalau sedang sendirian. Ingat tidak boleh ditunjukkan. Maka dengan itu Yunhee hanya memasang air muka biasanya yang terkesan dingin dan angkuhnya kembali. "Kau itu jangan berlebihan. Lihat, aku bahkan bisa menatapmu tajam sekarang." sahutnya cepat sambil menahan pupil matanya agar tidak bergetar.
"Kau baik-baik saja? apakah lantainya cukup dingin di sana?" tanya Yunhee dengan spontan. Mendengar itu Ryu kembali terkejut, karena wanita Bae jarang sekali menanyakan kondisi seseorang kelewat lembut seperti ini. Ryu hanya mengangguk dengan air muka teduhnya, seakan tengah menyakinkan Yunhee bahwa semuanya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lethe ✔️
FanfictionSeteguh dan sekuat apa keyakinan itu berpijak di antara kerasnya batu, suatu saat pasti juga akan jatuh, atau mungkin tergelincir dan meragu. Kembali lagi, semuanya tidak ada yang pasti dan bertahan lama. Dunia punya porosnya sendiri, untuk selalu b...