Tepat sebelum kalimat perintah Cari dan bawa Min Yoongi kepadaku dalam keadaan apapun itu hadir. Harusnya Yunki sudah mempersiapkan banyak hal. Melarikan diri dan menghilang dalam sekejap seperti biasanya lantas pergi membeli tiket pesawat sekali jalan, mengubah identitas dan penampilannya, hidup berpindah sesuai misi atau pulang ke pulau pribadinya.Ngomong-ngomong Min Yoongi itu nama samarannya di dunia informan. Ia tentu tidak memakai nama dan marga aslinya karena ada alasan yang tidak mendukung hal itu. Namun sepertinya kini Han Yunki sudah bosan melakukan jalan itu. Sudah merasa kuno, ia lantas bergerak agak berbeda kali ini. Sengaja untuk ditangkap, diadili, dicaci maki, dan sudah pasti salah satu siksaan itu ada di depannya. Pria Han jelas sudah mengetahui segala konsekuensinya sejak awal. Tetapi memang bukan Han Yunki jika tidak bermain dan berendam dalam kubangan bahaya setiap saatnya.
Bahkan ketika tamparan, pukulan itu masih mengudara hingga membuat hidungnya pengar menahan aroma anyir yang perlahan keluar dan juga napas hangat bercampur sesak yang menyapa raganya. Yunki masih tersenyum tipis penuh teka-teki. Ia lantas bertanya dengan sekujur wajah penuh memar membiru. "Apa yang kau dapatkan dengan menyiksaku seperti ini, Daepyonim? Bukankah kau hanya membuang waktumu saja?"
Pria di depan Yunki hanya melayangkan pukulannya kembali. Kali ini menendang sebelah bahu Yunki hingga pria itu terhuyung ke belakang. "Diam kau, bajingan!"
Yunki kembali ke posisi awalnya, berlutut dengan kedua tangan yang terikat ke belakang. Kemeja putihnya sudah berubah warna menjadi merah di bagian punggung. Pria Han hanya tertawa setelah mendengar tuturan itu bersamaan terbatuk-batuk, memuntahkan darahnya. "Ya, aku memang bajingan. Tapi kau lebih dari bajingan, Tuan."
"Enyahlah, sialan."
Yunki kembali tersenyum seperti orang gila yang terlambat meminum obat penenang atau malah bertemu candu barunya. Bagi Yunki segala kata umpatan yang keluar itu bukan membuatnya takut, tetapi malah semakin menunjukkan bahwa lawannya kini perlahan menelan kekalahan. Jua memperlihatkan jika ketakutan itu semakin merangsek masuk, membebat erat kekalutan hati Tuan Kim yang membuatnya semakin menjadi-jadi tak terkendali di dalam sana.
"Apa kau tidak merasa jika aku selalu menyimpang dari perintahmu?" tanya Yunki dengan seringai tajam dan alis tertekuk satu. Pribadi bersurai hitam mullet di belakang itu hanya menatap penuh keremehan. Bahkan rangkuman tatapnya dapat dalam seketika membuat harga diri Tuan Kim seakan diperosotkan saat itu juga.
Tuan Kim perlahan kembali mendekat, menarik dasi Yunki yang masih terpasang di kerah kemeja, hingga membuat leher Yunki tercekik. "Kau benar-benar membuatku murka, Min Yoongi. Bukankah sedari awal aku hanya memperintahkanmu untuk mengurus kasus In Kyu dan Yunhee. Kenapa kini kau malah tergabung dengan The Seven Elite dan menjadi pengacara Ryu Namjoon?"
"Kau membuyarkan seluruh rencanaku, saekkia."
Yunki berdehem, sebelum pada akhirnya juga mendekatkan wajahnya ke salah satu rungu Tuan Kim dan berbisik di sana. "Tugasku memang membuat semuanya menjadi kacau, Daepyonim. Jika kau kacau, maka aku senang." tuturnya sembari merekahkan senyumnya. Licik, itulah Han Yunki. Tidak ada yang tahu tujuan pasti apa yang ingin pria Han capai. Bahkan Tuan Kim diam-diam frustrasi di setiap aliran darahnya. Berpikir di tengah hening dan baru menyadari sesuatu jika Yunki bukanlah informan biasa. Dia lebih dari sebuah bahaya.
"Lagi pula, jika kau benar-benar menginginkan In Kyu untuk di tahan tanpa ada keadilan untuknya. Harusnya kau cari pengadilan yang petinggi kejaksaannya memiliki koneksi olehmu. Sedari awal kau memang bodoh, Tuan."
"Kalau yang seperti Kim Hoseok dan Jang Seokjin, jelas belum bisa. Kau harusnya membutuhkan yang sekelas anggota dewan atau mahkamah agung."
"Contohnya anggota dewan, Jaksa Han Kangjoo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The lethe ✔️
FanfictionSeteguh dan sekuat apa keyakinan itu berpijak di antara kerasnya batu, suatu saat pasti juga akan jatuh, atau mungkin tergelincir dan meragu. Kembali lagi, semuanya tidak ada yang pasti dan bertahan lama. Dunia punya porosnya sendiri, untuk selalu b...