12 | The finale

170 20 78
                                    

Karena takut kepanjangan,
untuk final chapter dibagi dua, ya.
Jangan lupa 'play' bgm-nya
supaya feelnya lebih dapet.

Jang Seokjin termangu yang kontemporernya disinggahi oleh kemelut bingung dan amarah yang kini tengah mengobrak-abrik emosinya. Antara percaya dan tidak. Antara yakin dan dikhianati. Kacau. Pening. Hingga Jungkook pada akhirnya harus membawanya pergi dari kebisingan, dan pesta yang mendadak buruk dengan sisa pecahan gelas penuh cairan wine yang sudah membasahi karpet-karpet mewah itu.

"Hyung, ada apa?" Serta merta Jungkook bertanya dengan hati-hati. Mencoba memahami jika suasana hati kakak tirinya sedang kelewat buruk. Seokjin tidak menjawab, ia hanya memberikan ponselnya kepada pria Ko. Dan saat itu juga kedua alis tebal yang menukik bersamaan air mukanya sudah jelas membuktikan semuanya. Jungkook memang tak handal untuk menampakkan ekspresi kepura-puraan. Maka dari itu umpatannya pun sudah keluar. Dirapalkan penuh api yang membara.

"Dasar bedebah gila."

Setelahnya Jungkook langsung pergi dengan langkah yang sedikit lunglai. Maklum, efek mabuk dan winenya masih sedikit mendominasi kepalanya. Tapi ia baik-baik saja. Menyambar jas abu dan memakainya singkat sebelum mengambil kunci mobilnya dari balik saku. "Aku akan pergi dengan Jimin, atau mungkin Taehyung. Kau temui saja Minjae dan urus semuanya."

"Sedari awal aku sudah tidak yakin dengan bedebah itu. Tapi kau benar-benar keras kepala, Hyung."

Jungkook menghilang setelahnya. Ia lantas kembali ke Penthouse Jimin dan mencari eksistensi seseorang di sana. Jimin langsung berada dihadapannya. Rupanya si pria Kwon telah menunggu kembalinya Jungkook dan menanyakan apa yang terjadi. Tetapi sebelum pertanyaannya terjawab, nyatanya pria Ko malah lebih dulu mencecarnya dengan pertanyaan dan kedua jelaga yang masih berpendar ke segala ruang, mencari seseorang.

"Kau lihat Han Taehyung?" tanya Jungkook sambil berjalan menuju balkon. Memeriksa keberadaan Taehyung. Seingatnya tadi sebelum ia pergi, si pria dingin itu masih berada di sana.

Jimin menyusul lalu berucap. "Dia sudah mabuk, lalu pamit pulang. Kepalanya terlampau pening, katanya." Mendengar itu sukses membuat punggung Jungkook berbalik dengan cepat. Lantas menampilkan wajah tidak percayanya tentang kalimat Jimin barusan.

"Dan kau percaya begitu saja? Dia itu suka dramaking, Kwon Jimin."

Pria Kwon menghela napas kasarnya. Sudah lelah dan muak dengan drama keduanya. "Kau itu kenapa sih, kalau membahas Taehyung jadi sentimental seperti itu? Kalian sudah dewasa, saekkia. Apa susahnya berdamai."

Jungkook yang sedang menyalakan rokoknya hanya tersenyum miring. Tangan yang memegang pematik itu mendadak terdiam. "Persetan dengan kata berdamai. Aku tidak punya waktu untuk bernegosiasi tentang hal itu."

Ngomong-ngomong Taehyung itu Melankolis. Kalau sudah mabuk akan cosplay jadi pria kesepian. Jadi bucin sekali. Jadi suka mengingat hal-hal sedih mengiris bawang. Karena pada dasarnya ketika dalam jangkauan sadar, kepribadiannya berubah jadi dingin kembali. Tapi kalau sudah mendapat pengaruh alkohol, jadi berubah-ubah suasana hatinya. Lebih cepat dan tidak terduga. Ya, namanya juga pria kesepian yang mencoba tegar. Bahkan kadang Jimin selaku teman pendengar keluhan hati, mendadak geli dan muak. Taehyung kalau sudah cinta dengan seseorang, suka stuck di tempat.

Tenor milik pria Ko tiba-tiba saja memecah hening yang ada. Menatap Jimin dengan air muka seakan ada sesuatu yang sedang darurat untuk dilakukan, dan Jimin menyadari hal itu. Maka ketika Jungkook mengajaknya untuk pergi di tengah malam seperti ini, Jimin sudah menyiapkan atensinya penuh.

"Tunggu saja di basemen. Aku akan turun dalam lima menit. Aku perlu menyiapkan sesuatu terlebih dahulu. Mengisi ulang peluru."
.

.

The lethe ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang