23

14 2 0
                                    

Sejak kejadian di rooftop, Adele perlahan menghindari Ilham. Ia berangkat sekolah sebelum Ilham menjemputnya, mengembalikan jaket melalui Jinu dan setelah latihan ia segera pulang dengan taxi, ia tidak ingin Ilham menatapnya seperti di rooftop, dan pastinya akan terasa canggung.

"Udah siap buat turnamennya?" Tanya Abang yang baru bergabung di meja makan. Ia mengacak rambut adiknya.

"Abang please, gue gak mau sisiran lagi." Adele mencubit lengan abangnya gemas.

"Aduh aduh, iya sorry. Lagian lo ngapain sih makan buru-buru." Ucap Abang.

"Gue mau berangkat pagi, bye." Adele segera merapikan piring kotornya dan berpamitan kepada Bunda. Ia buru-buru keluar dan sedikit berlari menuju halte bus.

"Botol minumnya Dele!" Teriak Bunda namun sudah tak Adele hiraukan. Saat ini yang ia pikirkan adalah berangkat pagi agar tak bertemu Ilham.

"Kenapa sih dia? Piket pagi ya?" Tanya Abang.

"Katanya iya, udah h-berapa Bang turnamennya?" Tanya Bunda.

Abang terlihat menghitung dengan jarinya, "mmm tiga hari lagi."

Bunda mengangguk, ia ikut duduk di seberang Abang, namun bel rumah berbunyi dan terdengar seseorang mengucapkan salam.

"Nah kebetulan." Ucap Bunda senang.
***

"Buset, berangkat pagi lagi lo?" Sapa Topek yang selalu berangkat pagi.

"Iya biar keliatan rajinnya." Jawab Adele asal.

"Heran, biasanya lo selalu telat tapi udah semingguan lo berangkat pagi." Ucap Topek lagi.

"Ini namanya revolusi diri tau gak lo." Ucap Adele pede.

Topek memasang wajah tanda tanya, sepertinya salah kalau meladeni Adele. Ia kembali sibuk dengan hp-nya. Membiarkan Adele kini merenung sendiri.

Kelas perlahan mulai ramai. Beberapa orang mulai piket. Adele melihat Sisil yang datang dengan wajah sumringahnya. Kemudian disusul Arlint dan Tsal yang asik mengobrol.

"Sumpah ya Dele lo kerasukan apa lagi sih, sekarang lo berangkat pagi mulu." Ucap Sisil menaruh tasnya asal.

"Gue rajin dibilang kerasukan, gue males juga salah ckck." Balas Adele.

"Ya maksud gue apa motivasi lo gitu loh." Sisil mengedikkan bahunya.

"ADELEEEE."

Adele memutar matanya, sudah pasti ini Sekar dengan suara cemprengnya. Dan benar saja Adele melihat Sekar masuk dengan gaya rempong khasnya. Di belakangnya ada Sera melambaikan tangannya disertai wajah galaknya.

Mereka sudah di bangku masing-masing kecuali Sisil yang masih berada di bangku Adele. Tsal dan Arlint masih asik membahas sesuatu.

"Kok gue gak pernah lihat lo berangkat sama Kiki lagi." Ucap Sisil tiba-tiba.

"Tahu dari mana lo." Adele menoyor jidat Sisil.

"Eh semua orang tau kali kalo lo pacar Kiki, tiap hari kan dia ngintilin lo terus." Sisil mencibir sambil merapikan poninya.

"Nah gue juga baru ngeh, ada apa sih." Ucap Sekar yang kini menarik kursi untuk duduk di dekat Adele.

"Bertengkar ya lo?" Tebak Sisil.

"Emang tiap hari berantem kan mereka?" Sambung Sekar.

"Kalian apaan sih, gue bosen aja berangkat telat mulu." Jawab Adele asal.

"Lo juga jarang bareng dia, biasanya ke kantin diikutin, latihan juga diikutin." Sekar memicingkan matanya.

"Gak ada apa-apa biasa aja deh perasaan. Kalian kenapa sih? Jangan-jangan lo sama Panar...."

CRAZY JENIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang