14

92 10 0
                                    

Pagi ini benar-benar rusuh di rumah itu. Adele mondar-mandir mencari dasinya, Abang keluar masuk kamar mandi karena mules. Bunda sedang sibuk masak karena Bude sedang ada acara, cucunya sunatan. Adele sampai menaiki tangga berkali-kali memastikan kalau saja tiba-tiba dasinya muncul dan menggantung di pintu.

"Dele! Udah dulu lari-larinya. Bunda pusing nih dengernya dari tadi gludak gluduk. Cari apa sih!" Teriak Bunda tanpa mengalihkan pekerjaannya.

"Dasi Adele Bun, hari senin nih." Balas Adele dari lantai atas.

"Coba cari di tempat setrikaan, Bude lupa nyetrika paling." Ujar Bunda lagi.

BRAKK

"Astaghfirullah, kenapa sih Bang? Ngagetin aja." Bunda berjengit dan menatap putranya bingung.

Abang tampak lemas setelah menutup pintu kamar mandi. Ia bersandar, mulutnya sedikit terbuka. "Aku gak berangkat dulu ya, Bun, mules banget."

Bunda menghela napas, tangannya lincah memindahkan nasi goreng udang ke piring. "Bunda kan udah bilang, gak usah makan seblak apalagi kalau Adele yang ngajak. Udah sana naik, Bunda bikinin bubur entar."

Abang mengangguk dan berjalan tertatih sambil memegang pantatnya, baru lima langkah berjalan ia kembali menegang dan kembali berlari ke kamar mandi, menutupnya dengan keras membuat Bunda kembali berteriak.

"Abang! Pelan-pelan aja!" Teriak Bunda.

"Bun gak ketemu astaga, Bunda ngerasa lihat enggak? Loh Abang kenapa?" Adele turun dengan rambut acak-acakan.

"Nyarinya pake mata Dek, jangan pake mulut. Abang sakit perut, besok lagi jangan ajak makan seblak malem-malem." Omel Bunda.

Adele mencebikkan bibirnya. "Terus aku berangkat sama siapa?"

"Nanti Bunda anter." Ujar Bunda sedikit berteriak karena berbicara sambil mengambil gelas.

"Loh Bun, katanya mau bikinin aku bubur." Sahut Abang dari kamar mandi.

"Buburnya beli di jalan jadinya." Balas Bunda.

"Dasinya gimana dong Bun?"

"Gak usah pakai dasi, paling entar dihukum." Jawab Bunda enteng.

"Bunda seneng kalau aku di hukum?" Tanya Adele heran.

Bunda hanya tertawa dan menyuruh Adele untuk segera memakan nasi goreng udangnya.
***
Adele menatap kecut gerbang sekolah. Ia sedang tidak ingin di hukum. Lagian kemana perginya sih dasi laknat itu. Ia menyalami Bunda dengan lemas.

"Pinjem teman kamu yang punya dua, jangan lemes gitu ah."

"Iya Bunda."

Adele menghembuskan napasnya kesal. Ia memasuki area sekolahnya dengan wajah ditekuk. Rasanya aneh hanya dia yang tidak memakai dasi. Padahal ini hari senin dan semua wajib beratribut lengkap.

"Anjir lah ini, ketemu lagi sama tante bk."

Karena keasyikan merutuki kebodohannya ia tidak sadar jika sudah menghalangi jalan. Hingga sebuah bahu menyenggolnya sengaja. Adele mengaduh merasakan benturan yang cukup keras. Ia mendongak, matanya seketika beradu dengan kedua mata indah berbulu lentik akibat dicapit itu.

"Jalan pakai mata, bisa gak?" Ucap Hevana yang sengaja menabraknya.

"Mon maap, jalan pakai kaki." Entah setan mana yang tiba-tiba membuat dirinya jadi emosi.

"Jadi cewek kegatelan lo, katanya jadian sama Kiki, tapi deket-deket sama Abang. Lo sadar diri dong, muka buluk lo gak pantes ada di samping mereka." Kata-kata Hevana terdengar pelan dan menusuk.

CRAZY JENIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang