3

307 26 4
                                    

Lima menit lagi bel masuk berbunyi. Tepat ketika Adele turun dari vespa hijau milik Ilham Wajahnya kembali bersungut-sungut padahal tadi moodnya membaik ketika berkeliling, namun setelah melihat jam, wajahnya kembali kesal.

"Astaga, gue kan gak bawa tas, gimana gue mau belajar?" tanyanya pada diri sendiri.

"Pake buku gue juga bisa," ucap Ilham santai.

"Ogah, mending gue bolos." Ucapan Adele membuat Ilham menatapnya tajam.

"Apa?" Adele mengangkat dagunya menantang.

"Lo udah cukup goblok, masih mau bolos?" Tanya Ilham sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Adele terdiam dan berdecih. "Terus kalo goblok gak boleh mbolos? Terus yang boleh mbolos cuma kalangan pinter kayak lo?"

Adele memutuskan berjalan ke kelasnya duluan. Meninggalkan Iham yang tidak percaya bahwa Adele masih memakai helm dan jaketnya. Diam-diam Ilham tersenyum kecil.

"Jadi dia yang kemaren lo bawa ke tongkrongan lo itu?" Suara itu membuat Ilham mengangkat sebelah alisnya. Di sampingnya sudah berdiri cewek cantik berambut hitam legam yang berusaha menampakkan senyuman terbaiknya.

"Selamat, ya. Gue kira dia bakal lebih baik dari gue," katanya dengan wajah mengejek.

"Seenggaknya dia gak mudah didapetin kayak lo." Ilham meninggalkan cewek tersebut dengan dada yang bergemuruh.
****
"Sumpah??!!!" Adele berteriak histeris.

"Sumpah Dele, kan dah ada di grup. Makanya dibaca dong!"

Adele terduduk lemas. Baru saja temannya bilang hari ini di jam pertama ada ulangan mtk. Dia lupa semua jurusan pasti ada matematikanya.

'Masalahnya kalau gue mau belajar sekarang juga pakai apa?' Batin Adele. Ia mengusap jidatnya. Ini semua gara-gara cowok jenius itu.

"Gue gak sempet buka grup, sekarang aja gue gk bawa hp. Jangankan hp tas aja gue gk bawa."

"Kok bisa!?" Tanya Arlint heran.

"Kiki jemput gue jam setengah 6 kurang, bayangin dia gak ngasih kesempatan buat ambil tas, untung gue udah pake seragam." Jelas manusia cerewet.

Arlint menghela napasnya. Otomatis kali ini Adele akan menyontek padanya, lagi lagi dan lagi.

"Hehehe lo tau ya Lint apa yg gue pikirin?" Adele menyenggol bahu Arlint.

"Enggak, gue gak tau." Ujar Arlint dengan wajah malas.

"Liiinnttt." Adele kembali merajuk, membuat Arlint menatapnya sipit.

"Woy Dele! Dicariin," panggil salah satu temannya yang duduk didekat pintu.

"Brisik ah lu! Gue lagi ngerayu Arlint nih!"

"Cepet Dele! Dicari mas Kiki tuh," ujar temannya lagi lebih pelan.

Adele mendengus, ngapain sih Ilham nyariin. Perasaan tadi juga baru ketemu. Dengan perasaan dongkol Adele menemui Ilham yang sedang berdiri dengan cool lantaran di sekitarnya banyak yang memperhatikan.

"Ngapain sih Ham, gue mau ulangan matematika nih," Adele bersedekap.

"Nih buat belajar." Ilham menyerahkan buku tulis dan sebuah pulpen. Hal tersebut membuat sekitarnya heboh berbisik. Adele mendelik pada mereka. Menyuruh mereka berhenti menggodanya.

"Thanks." Adele mengambil buku dan pulpen itu dengan cepat ketika akan berbalik, Ilham memanggilnya.

"Dele." Panggil Ilham yang segera mendapat tatapan 'apa lagi?' dari Adele.

CRAZY JENIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang