Malam semakin larut, yang mana berhasil memancing sedikit kantuk gue beserta si kembar untuk segera kembali lagi ke ruang tengah.
Namun, baru aja kita menginjaki kaki disana, disaat yang sama samar-samar telinga gue menangkap suara pagar yang terbuka lebar, dan setelahnya ada suara mobil mulai memasuki garasi rumah.
Baik gue maupun si kembar langsung sama-sama terkejut akan suara itu. Refleks kedua tangan gue yang tadinya lagi menggenggam tangan si kembar sambil berjalan pun gue pererat.
Kepala gue sedikit merunduk ke bawah menyamai tinggi si kembar, “itu kayaknya ada suara mobil papa...”
“ayok, kalian tunggu di deket pintu garasi ya, mama mau bangunin kakak sama adek sekalian siapin kue buat papa.”
Tanpa banyak penolakan, si kembar dengan tangan saling bertaut kini udah berhasil ambil posisi di lokasi yang gue sebutkan, dan tentunya sehabis memastikan keduanya bergerak kesana barulah gue bisa melakukan hal lain sesuai dengan apa yang gue katakan tadi ke mereka.
Butuh waktu sekitar 8 menit si papa bakal beneran memasuki rumah melalui pintu samping, yang mana hal itu udah menjadi kebiasaannya dia, jadi gue bisa sedikit memperkirakan kemungkinan kapan kita bisa kasih surprise yang nggak akan ketahuan sama dia.
Selesai ngebangunin si kakak sama si bungsu, yang syukurnya itu anak berdua nggak susah dibangunin. Kini gue mulai membimbing keduanya untuk segera ke toilet sekedar membasuh muka mereka supaya muka keduanya terlihat lebih segar.
Tentunya juga, disaat yang sama, kue khusus yang sengaja gue pesan dan gue beli untuk ultahnya si papa, kini gue ambil dan mulai gue pasang lilin berbentuk angka 28, dan nggak lupa lilin itu langsung gue nyalain.
Selepas melakukan itu dan juga dua anak gue tadi udah selesai sama urusan toilet, tanpa menunda waktu lagi, kita mulai melangkahkan kaki kembali ke arah ruang tengah, lebih tepatnya ke pintu samping yang menjadi tempat pemberian kejutan buat papanya mereka.
Ahh, gue lupa bilang. Sebenernya si bungsu tadi hampir merengek dikarenakan gue biarin dia cuci muka bareng kakaknya karena gue mau ambil kue tadi, namun untungnya dia nggak lanjut keluarin jurus ambekannya itu dan lebih memilih minta di gendong sama gue supaya sosoknya itu nggak gue hirauin lagi.
Jadi ya gitu deh.. Mau nggak mau, dengan kondisi ngebawa kue tadi, si bungsu udah gue gendong sambil manyunin bibir.
Sepanjang jalan gue juga nggak bisa nahan senyum ngeliatin dia yang kalau dilihat-lihat malah beneran terlihat kayak papanya, nggak mirip sama gue kayak biasanya.
Lantas, pipi gembulnya pun berulang kali gue kecup sampai-sampai ngebuat dia langsung nahan pipi gue dengan pipinya, pertanda dia nggak mau diganggu lebih lanjut.
Menyadari hal itu, gue mulai menghela nafas dan segera fokus lagi ke surprise yang bakal kita kasih ke si papa.
Sesampainya kita di pintu samping, gue langsung berdiri diam bersama anak-anak yang kini juga udah kelihatan lagi raut antusias mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐑𝐄𝐍𝐈𝐓𝐘
Fanfiction➵ 𝐟𝐭. 𝐡𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧 [Sequel Sincerity] 𝙏𝙝𝙚𝙧𝙚 𝙞𝙨 𝙖 𝙠𝙞𝙣𝙙 𝙤𝙛 𝙨𝙚𝙧𝙚𝙣𝙞𝙩𝙮 𝙞𝙣 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙬𝙝𝙞𝙘𝙝 𝙞𝙨 𝙖𝙡𝙢𝙤𝙨𝙩 𝙖 𝙥𝙖𝙧𝙖𝙙𝙞𝙨𝙚, 𝙖𝙣𝙙 𝙞'𝙫𝙚 𝙛𝙤𝙪𝙣𝙙 𝙞𝙩 𝙞𝙣 𝙢𝙮 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮. [was] #65 in Kids ...