Tadi subuh Hyunjin mendapat kabar dadakan dari salah satu cabang perusahaan yang dia pimpin. Katanya dia harus menghadiri pertemuan penting dengan salah satu kolega bisnisnya dan harus dia yang datang, sebab saat ini yang menjabat direktur utama itu adalah dia. Mau nggak mau dia harus ngehadirin pertemuan itu nanti sore.
Awalnya kabar dadakan itu enggak terlalu ngebikin gue kaget, ya karena dia kayak gini tuh udah biasa.
Namun, sayangnya, ada satu hal mengganjal yang terus aja ngebikin dia uring-uringan di pagi buta ini. Pastinya masih menyangkut soal pertemuan nanti yang dilaksanain di beda kota. Belum lagi dia ada sempet bilang ke gue kalau kepergiannya itu bisa memakan waktu sampai satu minggu full, yang berarti dia baru bisa pulang itu di hari minggu.
Hyunjin galau, dia bingung, mau ikut rapat itu atau mau tetap laksanain janji yang dia beri pada Vano di hari sabtu sore; kemarin lusa, yang terus aja dia tunda dikarenakan kondisinya masih belum juga membaik.
Iya, Hyunjin masih inget soal janji liburan yang dia janjikan, dan karena itulah dia ragu mau pilih yang mana.
Mau senengin keluarga kecilnya atau mau fokusin perusahaannya yang menyangkut banyak orang.
Gue sebagai istri yang pengertian pun cuma kasih saran ke dia buat fokusin perusahaannya lebih dulu. Soal liburan bareng anak-anak itu menjadi urusan gue. Toh kalaupun dia pulangnya hari minggu, minggu depannya kita masih bisa laksanain liburan yang Vano mau.
Tapi sayangnya, dia masih ragu akan keputusan yang dia ambil. Dia cukup sadar, kalo liburan yang dia janjiin kali ini itu gagal, besar kemungkinan anak bujangnya satu itu bakalan pundung ke dia. Sama kayak tahun lalu, Vano pernah diingkarin gini juga, yang berakibat selama satu bulan penuh sulung kembar kita itu nggak mau bertegur sapa dengan papanya sendiri.
Lagi-lagi gue berusaha tenangin dia, nggak lupa kasih tahu kalo anaknya itu enggak bakal pundung lagi. Yeah,, walaupun bisa dibilang agak susah ngebikin anaknya itu enggak pundung, seenggaknya tahun ini ada kemungkinan pundungnya nggak bakal selama tahun lalu.
Gue yakin, kali ini Vano mau paham akan gagalnya liburan yang dia mau sejak lama.
Berhubung hari ini adalah hari senin, hari dimana anak-anak harus bersekolah, disaat mereka pada kumpul sarapan dan udah siap pergi dianter supir kita, gue lebih dulu meminta atensi semua anak kita disana.
Tepat dugaan Hyunjin, Vano langsung terdiam tanpa ekspresi disaat ngedenger kalo papanya itu lagi-lagi gagal tepatin janjinya.
Sadar akan raut tak bersahabatnya, Vano langsung gue dekati dan gue peluk sebentar, sekedar kasih pengertian lewat pelukan dan kecupan di puncak kepalanya.
“abang jangan marah ya, sayang. Papa bukannya nggak mau tepatin janji ke abang, tadi pagi mama denger sendiri kok kalo hari ini papa harus berangkat ke luar kota. Mama harap abang mau paham, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐑𝐄𝐍𝐈𝐓𝐘
Fanfiction➵ 𝐟𝐭. 𝐡𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧 [Sequel Sincerity] 𝙏𝙝𝙚𝙧𝙚 𝙞𝙨 𝙖 𝙠𝙞𝙣𝙙 𝙤𝙛 𝙨𝙚𝙧𝙚𝙣𝙞𝙩𝙮 𝙞𝙣 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙬𝙝𝙞𝙘𝙝 𝙞𝙨 𝙖𝙡𝙢𝙤𝙨𝙩 𝙖 𝙥𝙖𝙧𝙖𝙙𝙞𝙨𝙚, 𝙖𝙣𝙙 𝙞'𝙫𝙚 𝙛𝙤𝙪𝙣𝙙 𝙞𝙩 𝙞𝙣 𝙢𝙮 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮. [was] #65 in Kids ...