Bab 1 : Angkasa dan Matcha

297 39 36
                                    

Cuaca yang sangat panas hari ini membuat semua orang merasakan gerah dimanapun berada. Matahari sudah sampai tepat di atas kepala.

Keadaan kelas XI DPIB 1 sangat riuh karena guru mata pelajaran pada saat jam ini masih belum menunjukkan kehadirannya. Ada yang mojok untuk pacaran, ada yang bermain uno, ada juga yang saling bergurau dengan suara yang sangat kacau.

"Heh, DIEM!!" teriak salah satu gadis yang sedang duduk berdua bersama seorang laki-laki. Semua mata langsung tertuju pada sumber suara.

"Chacha kenapa lagi sih?"

Gadis yang berteriak tadi menghembuskan napasnya dengan lembut, "Dengerin ya! Angkasa mau nyatain perasaannya ke Chacha lagi!" ucap gadis bernama Goldie Matcha Faranisa itu, lalu melirik cowok yang duduk di sampingnya. "Cepetan, Angkasa!!" ketusnya.

Semua penghuni kelas mengerutkan kening, tak tahu lagi apa yang diinginkan oleh gadis itu.

"Astaghfirullah, Cha. Kalian berdua udah pacaran dari awal masuk. Apa tiap hari kita harus dengerin perasaannya Angkasa?"

Chacha mengangguk dengan sangat semangat, "Iya dong! Harus denger tiap hari, Vira!"

"Halah nggak penting!"

"Muak tau tiap hari denger!"

Angkasa melihat perubahan wajah Chacha yang tampak murung, "Udah diem! Iyain aja kalo cewek gue minta sesuatu, selebihnya biar gue yang urus. Gitu aja ribet." ujar Angkasa pada teman satu kelasnya, "Astaghfirullah gini amat punya cewek alay," gumamnya dengan sangat pelan hingga tak di dengar oleh siapapun, namun ia hanya bercanda oleh ucapannya sendiri.

Mendengar pembelaan dari Angkasa, senyum di wajah Chacha mengembang dalam waktu singkat.

"Gue sayang sama Cha--"

"Selamat siang anak-anak!" suara berat pria dewasa memasuki kelas yang semula ramai itu.

"Siang, Pak!" jawab serentak.

Guru laki-laki itu menatap Angkasa dengan wajah jahilnya, "Kenapa nggak diterusin, Sa? Mau ngumumin perasaan kamu ke Matcha lagi?" tanyanya yang sudah hafal dengan gerak-gerik seluruh siswa yang ada di dalam kelas.

Angkasa hanya cengengesan, lalu ia mengangguk dengan pelan, "I-iya. Bapak tau aja kalo pacarnya Angkasa nyebelin." jawab Angkasa.

Guru bernama Danu itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan siswanya seperti itu. Pak Danu merupakan guru yang paling digemari oleh kebanyakan siswa, karena beliau sangat santai, tak pernah memberi tugas individu, dan memperbolehkan makan di kelas asal tak berisik dan membuang sampah sembarangan. Kata beliau, bukan karena untuk melanggar peraturan, namun karena gaya mengajarnya yang santai, supaya beliau lebih dekat dengan murid-muridnya.

"Kita mulai mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan hari ini, ya! Kalian bawa laptop?"

"Tidak, Pak!" jawab serempak karena tak ada perencanaan untuk membawa laptop.

"Em, gimana ya?" Pak Danu tampak beripikir sejenak, "Gini aja, Bapak kasih tugas kelompok masing-masing 2 orang aja biar semua bekerja."

"Kelompoknya cewek sama cowok, karena cewek yang telaten, kalo cowok lebih paham tentang konstruksi," lanjut Pak Danu sambil membuka laptop, "Jadi kalian nanti presentasi pake Power Point materinya macam-macam jalan dan bebas pilih kelompok sendiri. Paham?"

"Paham, Pak!" jawab serempak lagi.

"Woy, siapa yang mau sama gue?"

"Nggak mau tau pokoknya gue harus sama yang pinter!"

MATCHASA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang