6

572 28 2
                                    

Gaun pengantin itu tiba-tiba saja sudah ada di sana, bersama Lami yang menunggunya. Dan kemudian dia sudah didandani dengan begitu cantiknya, sehingga hampir tidak mengenali dirinya sendiri di depan cermin.

"Aku senang kita bertemu lagi akhirnya,." Lami tersenyum ramah kepada Siyeon, " tetapi sekarang keadaannya berbeda, kau akan menjadi kakakku." 

Siyeon  tersenyum dan menelan ludahnya dengan gugup, "Kau tahu ini mungkin terlalu cepat untukku.. aku.. aku merasa mual" Siyeon benar-benar merasa gugup. 

Pernikahannya akan berlangsung sebentar lagi, dan perasaannya kacau balau, campur aduk.Ini pernikahan? Ya ampun. Dan dia akan melangsungkannya dengan orang yang bahkan tidak dia kenal dekat. Apakah dia sudah gila? Tetapi harus bagaimana lagi? Insiden di malam pesta itu membuat segalanya berbeda.. dan seperti kata Jeno, Siyeon sudah tidak bisa mundur lagi.

"Kau tidak apa-apa eonni?" Lami menyentuh pundak Siyeon lembut, menyadarkan Siyeon dari lamunannya. Siyeon tampak begitu pucat sehingga membuat Lami cemas.

"Aku tidak apa-apa...mungkin pernikahan ini membuatku sedikit gugup..." jawab Siyeon pelan. 

Lami tersenyum memaklumi, siapa yang tidak gugup kalau baru tahu bahwa akan menikah sehari sebelumnya? oppanya memang keterlaluan, Lami tidak bisa menyalahkan Siyeon, kalau dia jadi Siyeon mungkin dia sudah pingsan di tempat.

"Jeno oppa orang yang baik. Percayalah, ketika dia memutuskan akan menikahimu, maka dia akan menjagamu." Lami tersenyum menenangkan dan menggandeng tangan Siyeon, 

"Ayo aku akan mengantarmu kepadanya."



Mereka sudah menikah. Siyeon termenung, tiba-tiba saja mereka sudah sah sebagai suami istri. Seperti mimpi rasanya. Terjadi begitu saja. Lalu sekarang apa? Siyeon melirik ke arah Jeno yang sedang duduk di sebelahnya, mereka sedang makan malam sederhana bersama saksi pernikahan dan beberapa teman. Lelaki yang duduk di sebelahnya ini, Lee Jeno... Sekarang adalah suaminya. Suaminya... Siyeon melafalkan kata-kata itu berulang- ulang dalam hati. Mencoba membuat hatinya terbiasa. Tetapi rasanya terlalu cepat untuk membuat sesuatu yang berlangsung begitu tiba-tiba menjadi terbiasa untuk hatinya.

"Kau akan senang berada di sana eonni." Suara Lami mengagetkan Siyeon dari pengamatan tersembunyinya kepada Jeno. Dia sedikit terbatuk dan berusaha kembali ke dalam percakapan. 

"Mereka sedang membicarakan apa?"

"Pulau itu, pulau pribadi milik oppa, tempat kalian akan berbulan madu nanti, adalah pulau kecil yang sangat indah, dengan fasilitas yang lengkap tentunya. Oppa punya rumah yang indah di sana lengkap dengan para pelayannya, ada desa kecil di bawah bukit yang hanya berisi 50 kepala keluarga, kebanyakan bekerja untuk oppa. Pulau itu surga kecil yang indah, aku yakin kau akan senang di sana." Lami menyambung perkataannya dan tersenyum kepada Siyeon, membuat Siyeon bingung harus menanggapi apa. 

Mereka akan pergi ke pulau? Jadi mereka tidak akan pulang ke kota mereka? Siyeon harus menanyakan rencana Jeno, kalau tidak dia akan disibukkan dengan kejutan-kejutan yang tidak akan disangkanya.

"Kami akan berangkat nanti, setelah menghabiskan beberapa hari di sini. Aku ingin membuat Siyeon terbiasa denganku dulu." Jeno setengah bergumam kepada Lami, lalu dia menyentuh lembut jemari Siyeon, yang kali ini sudah mengenakan cincin pernikahan darinya, dengan berlian yang lebih besar dan lebih indah dari cincin pertunangannya. 

 "Kau akan menyukai pulauku Siyeon, kita akan tinggal di sana untuk sementara." Siyeon tercenung.

Entahlah... dari kata-kata Lami, pulau itu terisolasi atau memiliki akses terbatas dengan dunia luar. Siyeon benar-benar merasa diculik sekarang.

Unforgiven Hero - JenYeon ver REMAKE BY SHANTY AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang