10

479 24 4
                                    

Siyeon termenung di dalam kamarnya, masih bingung memikirkan perkataan Karina tadi. Perempuan itu bilang kalau Jeno selalu membayangkannya ketika bercinta, selalu menyebut namanya.... bagaimana mungkin? Siyeon kan tidak mengenal Jeno sebelum ini? Apakah Siyeon yang dibayangkan oleh Jeno adalah Siyeon yang lain? jantung Siyeon serasa diremas. Mungkinkah itu? mungkinkah pernikahan impulsif, dan semua hal yang dilakukan dengan terburu-buru ini disebabkan Jeno menginginkan seorang pengganti untuk Siyeon yang dicintainya. Toh kalau dengan Siyeon, Jeno tidak perlu repot-repot seperti dengan Karina, karena namanya sama. Jadi Jeno tidak perlu menjelaskan apa-apa dan Siyeon juga tidak akan tahu kalau dia digunakan sebagai pengganti. Siyeon mendongak ketika Jeno memasuki kamar, mengernyit ketika melihat Siyeon duduk melamun di ranjang,

"Sayang, kenapa? Aku menunggumu di bawah untuk makan siang, tetapi kau tidak turun."

Jawaban Siyeon hanya berupa desahan napas yang berat, bingung apakah dia harus menanyakan hal ini kepada Jeno atau tidak. Jeno ikut menghela napas, dengan lembut dia melangkah dan berlutut di depan Siyeon yang sedang duduk di atas ranjangnya,

"Tentang Karina lagi, apakah dia mengganggumu?" 

Siyeon menatap Jeno, mencoba mencari kedalaman hati suaminya itu di balik tatapan matanya yang lembut. Apa sebenarnya yang ada di benak Jeno? Kenapa dia tidak pernah tahu?

"Karina mengatakan kepadaku, bahwa kau selalu memanggil nama 'Siyeon' ketika bercinta....bahwa kau selalu membayangkannya sebagai 'Siyeon...' Siyeon mendesah, 

"Dan aku berpikir, tentu Siyeon yang kau bayangkan itu bukan aku, karena kita baru saling mengenal..."

Ekspresi Jeno tidak terbaca. Tetapi lelaki itu dengan lembut merengkuh tangannya dan menggenggamnya dengan erat, 

"Kau lebih percaya Karina atau kepadaku sayang? Aku... Suamimu."

Siyeon mencoba percaya. Sungguh dia mencoba. Tetapi cara Karina mengucapkannya tadi, perempuan itu sungguh- sungguh tampak terluka. Mungkinkah Karina hanya berakting untuk menyebabkan kesalahpahaman di antara Siyeon dan Jeno?

"Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh Karina. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi seburuk apapun yang dikatakan orang, kau bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu..." Jeno menundukkan kepala dan mengecupi jemari Siyeon, 

"Rasanya sangat sakit, ketika kau mencintai seseorang, tetapi tidak dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah dan dibuang begitu saja."

"Jeno... tidak... bukan begitu...." Siyeon menggenggam jemari Jeno, "Aku tidak akan membuang cintamu. Aku, maafkan aku mungkin aku sedikit terpengaruh karena cara Karina mengungkapkannya tadi begitu meyakinkan." Siyeon menghela napas panjang, "Mulai sekarang aku tidak akan mendengarkannya lagi."

"Terima kasih Siyeon." 

 Kedua mata mereka sejajar, Jeno yang berlutut dan Siyeon yang duduk di atas ranjang, lalu mereka berciuman dengan lembutnya. Bibir Jeno melumat bibir Siyeon dengan penuh perasaaan, membuatnya terlena. Lidahnya menelusur pelan kemudian, mencecap rasa yang sudah lama dirindukannya, rasa yang sangat dikenalnya. Siyeon mendesah ketika Jeno mendorongnya terbaring di ranjang, dengan kaki menjuntai di bawah dan Jeno yang berdiri membungkuk di atasnya,

"Kita tidak bisa melakukannya sekarang. Ini waktunya makan siang. Taeil akan mencari-cari kita..." Siyeon berbisik dalam napasnya yang sedikit tersengal.

"Taeil sudah mencari sejak tadi, lebih tepatnya mencarimu. Itu sebabnya aku menyusulmu kemari, karena kau tidak turun untuk makan siang." Jeno mencumbu leher Siyeon yang menyimpan aroma khasnya yang manis, "Aku rasa Taeil akan mengerti, kita kan sedang berbulan madu."

Unforgiven Hero - JenYeon ver REMAKE BY SHANTY AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang