Siyeon melangkahkan kakinya menuju asrama tempat dia tinggal dulu. Dia tidak tahu harus kemana. Asrama inilah satu- satunya rumahnya selama ini. Mungkin dia akan meminta tolong kepada Taeyeon ahjumma untuk menampungnya selama beberapa saat. Sebelum dia bisa mengatur kehidupannya dan pergi ke tempat sejauh mungkin, yang tidak bisa ditemukan oleh Jeno. Dengan hati-hati dia mengetuk pintunya, berharap Taeyeon ahjumma ada di rumah dan tidak sedang keluar. Pintu itu terbuka, Taeyeon ahjumma sendiri yang membukanya.
"Siyeon? Pagi sekali kau datang, ayo masuk nak..." Perempuan itu menoleh ke belakang Siyeon,
"Di mana suamimu? Katanya kalian akan datang berdua?"
Air mata langsung mengalir deras dari sudut mata Siyeon ketika mendengar Taeyeon ahjumma menyebut Jeno sebagai 'suaminya', dia menangis terisak-isak membuat Taeyeon ahjumma menatapnya kebingungan,
"Oh Aigoo, Siyeon kau kenapa? Kau sakit sayang? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi kepadamu?"
Siyeon mengusap air matanya, menatap Taeyeon dengan sedih, "Saya telah dibohongi oleh Jeno ahjumma... semua yang dia lakukan, semuanya palsu. Dia... dia adalah lelaki yang membunuh ayah saya." Tangis Siyeon makin keras, membuat tubuhnya limbung dan Taeyeon langsung memeluknya, mengusap punggungnya menghibur.
"Aigoo nak... sudah nak, jangan menangis... Jangan pikirkan semua hal dengan emosi, kau tidak akan menemukan jalan keluar." Hibur Taeyeon ahjumma dengan lembut, menunggu sampai isakan histeris Siyeon berubah menjadi isakan pelan.
Setelah isakan Siyeon mereda dan sedikit tenang, Taeyeon ahjumma menghela Elena ke kamar yang selama ini ditempatinya,
"Istirahatlah dulu. Tenangkan pikiranmu. Kamarmu masih sama seperti saat kau tinggalkan dulu. Tenangkan pikiranmu dulu ya nak. Pikirkan semuanya baik-baik."
Taeyeon ahjumma mengantarkan Siyeon masuk kamar dan membantunya berbaring."Nanti ahjumma akan mengantarkan segelas teh panas ke kamarmu." gumamnya sebelum menyelimuti Siyeon dan melangkah pergi keluar kamar.
Jeno yang sedang menyetir tanpa arah, mencari Siyeon tidak bisa menemukannya. Dia teringat kepada asrama itu, dan menyadari bahwa Siyeon belum mengetahui hubungan Jeno dengan Taeyeon. Kemungkinan besar Siyeon pulang ke asramanya dulu. Jeno memutar balik arah mobilnya hendak menuju asrama ketika ponselnya berdering,
"Siyeon ada di sini." Suara Taeyeon ahjumma yang lembut terdengar di seberang sana.
Dan mata Jeno terpejam sejenak, merasakan kelegaan mengaliri tubuhnya mendengar informasi yang diterimanya. Tadi dia sudah cemas luar biasa. Pikirannya dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif, takut kalau Siyeon nekat dan melakukan sesuatu di luar akal sehatnya. Mengetahui kalau Siyeon sudah aman diasrama sungguh melegakannya.
"Apakah dia baik-baik saja, ahjumma?"
"Dia datang dan menangis, ahjumma sudah menenangkannya dan sekarang dia beristirahat di kamarnya. Dia sudah tahu semuanya."
"Sebuah insiden membuatnya mengetahui semuanya, dan Siyeon salah paham,mengira saya menipunya, karena dia mengetahui semuanya bukan dari saya." Jeno menjelaskan dengan singkat kepada Taeyeon ahjumma, lalu makin mempercepat laju mobilnya,
"Saya akan segera datang untuk menjemputnya."
"Menurut ahjumma jangan dulu." ahjumma berucap dengan hati-hati, "Dia masih sangat kalut dan emosional, ahjumma takut kalau nak Jeno datang menjemputnya sekarang, itu akan mendorong Siyeon untuk kabur lagi. Lebih baik kita biarkan dia tenang dulu. Setelah dia tenang ahjumma akan mencoba mengajaknya berbicara. Baru setelah itu nak Jeno bisa datang kemari untuk menjemputnya."
Benak Jeno menolak saran itu. Dia sudah tidak tahan ingin menemui Siyeon ,menjelaskan kepadanya, kalau perlu mengguncang-guncangnya agar perempuan itu mau menerima penjelasannya. Dia tidak apa-apa dibenci Siyeon, dia tidak apa- apa kalau Siyeon tidak mau memaafkannya. Tetapi Jeno tidak mau kalau Siyeon tidakmempercayai bahwa Jeno sungguh- sungguh mencintainya. Untuk yang satu itu, Jeno harus menjelaskannya kepada Siyeon, membuat perempuan itu percaya kepadanya.Tetapi logikanya tahu bahwa saran Taeyeon ahjumma ada benarnya juga. Siyeon tidak akan mau menerima penjelasannya kalau dia sedang kalut dan emosi. Percuma saja, Jeno menjelaskan dengan cara apapun, Siyeon tidak akan mau mendengarnya. Dia harus menunggu Jeno berkepala dingin, sehingga mereka bisa berdiskusi dan tidak saling melemparkan kemarahan dan perdebatan satu sama lain. Jeno berharap dia masih punya kesempatan. Kesempatan menjelaskan kepada Siyeon, kesempatan untuk didengarkan. Dan untuk yang satu itu, Jeno rela menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero - JenYeon ver REMAKE BY SHANTY AGATHA
RomantizmJeno Lee adalah seorang pengusaha sukses keturunan dari keluarga kaya yang berpengaruh. tetapi sebenarnya Jeno menyimpan rasa bersalah yang menyiksa seumur hidupnya. Di masa mudanya, Jeno pernah menyebabkan kecelakaan parah yang membunuh seorang sop...