Kemaren ada yang minta... "++nya mana?".
Sabar sayang, ini cerita biar beralur dulu. Kalo asal ngasih ++, cerita gabakal asik. gak ngefeel. Masa isinya cuma ++ doang.
Semua cerita ku ++ kok, cuma gak semua part ++.Ono wayahe 🤗
Yaudah yuk mulai!
Kunci pintu kamar !
Matiin lampunya !
Masuk selimut!Selamat membaca❤️
***
Sudah hampir satu bulan Gentala menjalankan rencananya. Tapi bukannya berhasil, dia malah kelimpungan sendiri. Rivalnya, Panji ternyata bukan bocah sembarangan. Panji anak pengusaha asal LA yang sudah terkenal. Belum lagi mamanya yang terus meneror Gentala agar segera mengenalkannya pada Mayang.
Belum ada kemajuan sama sekali, selain mengajak Mayang joging dan makan-makan saja. Rasanya bukan Gentala sekali mengejar wanita. Tapi Mayang itu licin sekali, maksudnya susah sekali ditangkap. Gentala sudah menebarkan pesonanya pada Mayang, Gentala juga kerap melihat raut tersipu Mayang. Tapi sepertinya Mayang ini type wanita yang tidak main-main dalam menjalin hubungan. Makannya Mayang selektif sekali.
Sementara Gentala? Boro-boro pacaran. Minum, tidur sama wanita sexy, kerja, senang-senang. Asal semua kebutuhan terpenuhi dan dirinya senang, yasudah bagi Gentala itu sudah cukup.
"Apa aku harus menembak Mayang seperti yang dilakukan pria bernama Bagas waktu itu?" gumam Gentala.
"Hoi !"
Gentala tersadar dari lamunanya. Ia menatap Anton, sepupunya. Sepupunya itu tak jauh berbeda dengan dirinya, hidup bebas tanpa aturan. Hanya saja Anton mau menjalin hubungan. Masalah gaya, Anton mirip dengan bocah bernama Panji itu, alasan Gentala yang terkadang suka marah-marah tak jelas pada Anton.
"Gue mau jujur, lo akhir-akhir ini kelihatan beda, ada sesuatu yang terjadi?" tanya Anton. Gentala terdiam sesaat.
"Kamu... Gimana caranya membuat wanita mau menjalin hubungan tanpa perlu di sogok dengan hal yang romantis?"
Anton menaikkan satu alisnya, "Maksud lo... Wait. Lo pengin punya pacar tapi gak mau nembak?"
"Hah? Pacar? Saya? Bukan hubungan seperti itu maksud saya--
"Sex?" sela Anton. Gentala menghela nafas lalu mengangguk.
"Saya ingin dia tertarik dengan saya, entah ketertarikan fisik maupun emosional." ujar Gentala
Anton tertawa, "Astaga! Gue pengin lihat cewek yang kayak gimana sih yang bikin sepupu gue galau gini?!"
"Saya gak galau!" elak Gentala
"Oke oke, lo gak galau. Lo cuma bingung aja sama perasaan lo sendiri" Anton menepuk punggung Gentala, yang dibalas dengusan oleh Gentala.
"Jadi, kamu punya saran gak?" tanya Gentala
"Ya gampang sih, kalau dia cewek normal pasti bakal merespon dengan sentuhan lawan jenis. Apalagi yang nyentuh pria macam lo. Mana mungkin nolak, iya gak?"
"Masalahnya saya gak mau buat Mayang jadi benci ke saya!"
Anton menegakkan tubuhnya, "Namanya Mayang?"
Menyadari kebodohannya, Gentala membuang wajahnya.
"Dari namanya aja udah cantik tuh, ada lembut-lembutnya gitu." ucap Anton, Gentala menatap Anton tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA & MAYANG [21+] End
Romance21+ [ Be wise with your reading! ] "Dek." "Dalem mas." Gentala tersenyum, setidaknya ia mempunyai mainan baru di rumah barunya ini.