Mayang sudah rapih, ia bersiap untuk berangkat kerja. Mayang bekerja sebagai guru SMP di umur 24 tahun. Seragam dinasnya ia pakai melekat di tubuh cantiknya.
Ia menatap bayangan dirinya di cermin, lagi-lagi ia menghela nafas. Semalam bahkan ia tak bisa tidur nyenyak, ia terus mengingat kejadian dengan tetangga barunya itu.
"Kenapa ndak sopan banget toh?" dengusnya sambil menyiapkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Mayang..."
"Dalem bu" Mayang menoleh kearah pintu, Ibunya berdiri dengan spatula di tangan kanannya.
"Loh, udah rapih toh? Ibu tadi mau bangunin kamu. Ini masih pagi banget loh nduk" ucap Ibu melihat putrinya yang sudah cantik.
"Ndak papa bu, biar ngasih contoh yang baik buat murid-murid Mayang" balas Mayang.
Ibu Mayang mengangguk paham, tapi matanya kembali menyipit meneliti penampilan Mayang. Lalu Ibu Mayang melangkah mendekati putrinya.
"Kamu tuh lebih pantes pakai rok nduk, cah wedok biar ayu. Jangan keseringan pakai celana. Ganti ganti"
Mayang menahan helaan nafasnya, ia tersenyum. "Iya bu Mayang ganti"
"Kalau sudah, turun. Sarapan sama Ibu"
Mayang mengangguk mengiyakan perintah Ibunya. Begitulah Ibunya, terlalu mengatur jika masalah penampilan. Mayang dituntut untuk menjadi wanita yang anggun.
Mayang tak berani menolak permintaan Ibunya, ia begitu menghormati Ibunya. Selepas ayahnya meninggal karena penyakit, Ibunya membesarkannya sendiri tanpa mengeluh. Perjuangan Ibunya, dapat Mayang saksikan sendiri hingga ia sadar betapa besar jasa Ibunya.
Mayang merasa belum bisa memberikan apa yang Ibunya mau, sehingga ia akan melakukan hal-hal kecil asal bisa membuat Ibunya bahagia. Seperti tadi, ia tak menolak jika Ibunya mengomentari penampilannya.
Bukan tanpa alasan Mayang sering memakai celana ke tempat kerjanya, Mayang merasa tak nyaman saat memakai rok karena bodynya terlalu jelas jika memakai rok panjang itu. Memang sudah aturan kerjanya, tapi Mayang merasa tak nyaman.
Setelah selesai berganti rok, Mayang turun untuk sarapan. Mata Mayang berbinar ketika ia melihat masakan kesukaannya di meja.
"Wah, Ibu masak oseng kangkung!" Mayang segera duduk dan mengambil nasinya ke atas piring.
"Jangan banyak-banyak nasinya nduk"
Mendengar peringatan Ibunya, senyum Mayang menipis. Ia mengangguk lalu menyisihkan sebagian nasinya ke tempatnya lagi.
Mayang mencium aroma terasi dan bau pedas dari cabai di kangkung yang mengkilap di garpunya. Ia melahap dengan senang sarapannya.
Satu hal lagi, Ibunya selalu mengontrol makanan untuk dirinya. Mayang lagi-lagi menurut saja. Toh memang ada benarnya juga, walaupun terkadang dirinya merasa sedikit kesal ketika Ibunya melarang-larang pasal makanan.
Sering dirinya ingin makanan yang berkalori tinggi, ia tahu jika membawa makanan tersebut pulang dan memakannya di rumah. Pasti Ibunya akan berbicara banyak. Jadi Mayang sering makan diluar diam-diam.
"Loh Ibu masak apa lagi? Ini udah banyak kok. Buat bekal Mayang yah?" heran Mayang saat Ibunya memasukan beberapa makanan pada kotak makan.
Ibu menaruh kotak-kotak tersebut di meja depan Mayang, "Enak aja, kamu udah makan banyak kok. Ini buat tetangga baru kita. Rumah itu sudah lama ndak ada yang nempatin, jadi tolong kasih dia ini yah. Biar dia betah"
Iiih, Mayang malah gak mau dia betah bu! Mesum banget! . Batin Mayang tak suka.
"Iya bu... Ibu nanti pulang jam berapa toh?" tanya Mayang, Ibunya ini memang memiliki butik kebaya yang cukup terkenal.
![](https://img.wattpad.com/cover/260613264-288-k573097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA & MAYANG [21+] End
Romance21+ [ Be wise with your reading! ] "Dek." "Dalem mas." Gentala tersenyum, setidaknya ia mempunyai mainan baru di rumah barunya ini.