9

123K 4.3K 266
                                    

Note : untuk part ini bacanya harus pelan² xixi.

***

Tak ada kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya ada kesunyian yang menemani mereka. Mayang mengijinkan Gentala untuk berbicara, jujur ia malu selepas kejadian saat dirinya mengungkapkan perasaannya, sambil menangis pula. Dua minggu dirinya menghindari Gentala, Mayang pikir dengan menghindari Gentala dirinya akan merasa baik-baik saja dan akan kembali seperti semula.

Tapi hal itu justru semakin membuatnya pusing. Mayang bingung dengan sikap Gentala, pria itu masih saja berusaha bertemu dengannya walaupun dirinya menghindar. Memang apa yang pria itu bicarakan? Bahkan saat Mayang mengutarakan perasaannya, Gentala hanya bisa diam.

"Mas kalau ndak ada yang mau dibucaraain, sebaiknya mas Gen pulang aja. Mayang capek mas mau istirahat" ujar Mayang pada akhirnya.

Gentala panik, "Jangan... Maksud saya. Kamu istirahat setelah saya bicara"

"Yasudah mas mau bicara apa?"

Gentala menarik nafas menyiapkan mentalnya, ia mengubah duduknya menjadi menghadap Mayang. Ditatapnya gadis ayu itu dengan lembut. Gentala meraih tangan Mayang.

"Maaf... Saya memang brengsek mainin perasaan kamu. Saya gak ada maksud seperti itu" walau sebelumnya memang iya...lanjut Gentala dalam hati.

"Udah mas... Saya juga ndak mikirin itu lagi. Maaf kalau itu bikin beban buat mas Gen. Lupain aja perkataan Mayang kemarin. Ndak usah di pikiran mas" balas Mayang

Gentala menggeleng, "Bukan begitu Mayang, masalahnya sepertinya saya juga suka sama kamu"

Mayang terdiam mendengar ucapan Gentala. Ia menunduk membuat Gentala bingung. "Mayang?" Panggil Gentala.

Mayang tertawa sebentar lalu menarik tangannya dari Gentala "Yaampun mas...Mayang kemarin emang nangis. Tapi kalau itu bikin mas kasihan sampai bilang kayak gini, namanya keterlaluan banget mas" ujar Mayang

"Apa?" bingung Gentala

Mayang bangkit dari duduknya memhuat pria itu ikut bangkit, "Udah kan mas? Mending mas pula--

Gentala tak membiarkan Mayang menyelesaikan ucapannya, pria itu mencium bibir yang sudah lama ia inginkan. Mayang terdiam karenanya. Itu ciuman pertama Mayang.

Gentala memagut dengan lihai, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri seirama decapan yang pria itu ciptakan. Tangannya menangkup pipi Mayang, sementara itu Mayang tak bisa berbuat apapun.
Tak munafik, ciuman yang Gentala berikan memang tak bisa ia tolak. Ditambah perasaan sukanya pada pria itu membuatnya sulit untuk menolaknya.

Clap!

Gentala melepaskan pagutan mereka, ia menempelkan dahi mereka. Saling mengatur nafas dan degup jantung masing-masing. Gentala tak pernah merasakan ini sebelumnya saat berciuman dengan wanita lain.

Gentala terkekeh melihat tangan Mayang yang gemetar memegangi lengannya.
"Apa kamu masih ragu? Saya suka kamu Mayang, itu memang benar saya rasakan. Saya gak pernah merasakan hal romansa seperti ini, ini hal baru bagi saya. Tapi apa rasa takut kehilangan bisa menjelaskan perasaan saya sama kamu?"

Mayang menatap manik mata Gentala yang tajam. Bibirnya terbuka dan tertutup kembali seakan hendak berucap tapi Mayang menahannya.

Gentala yang gemas melihatnya, akhirnya kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini keduanya memejamkan mata menikmati sensasi yang berbeda. Ciuman mereka semakin dalam, Gentala menuntun tubuh Mayang untuk bersender di sofa. Pria itu kini berada di atas tubuh Mayang, Gentala menaikan level ciumannya, ia memainkan lidahnya mengajak gadis polos itu untuk ikut bermain dengannya. Mayang yang belum paham dengan hal baru itu tentu saja bingung harus melakukan apa. Tapi dengan perlahan ia mengikuti hal yang Gentala lakukan. Dengan ragu Mayang ikut menggerakkan lidahnya bersentuhan dengan lidah Gentala.

GENTALA & MAYANG [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang