Selamat membaca📖
=======
"Ibarat orang bisu ngomong sama orang tuli, ngga akan pernah di denger!"
=======
Langkah cepat dan tegas, tatapan tajam, dan kedua tangan yang mengepal kuat disisi tubuhnya mengiringi setiap langkah Adara di koridor 1. Nafasnya begitu memburu yang terlihat begitu jelas dari dadanya yang naik turun tak beraturan.
Ia menghentikkan laju langkahnya diantara Bintang dan pelajar lain. Adara menunduk dan menatap tajam Bintang yang tengah memungut sampah-sampah yang berserakan ditanah. "Berdiri!"
Adara berdecak ketika Bintang tak mengikuti perintahnya. "GUE BILANG BERDIRI YA BERDIRI, BINTANG!!" Tangannya mencengkram kuat lengan pemuda itu dan menariknya untuk berdiri. Pemuda itu menoleh pada Adara yang tengah menatapnya tajam. "Lo ngga denger gue bilang apa?! Lo tuli?!"
Gadis itu menatap lurus kedepan. Beberapa pelajar telah bergerombol menonton kejadian apa yang tengah terjadi di koridor 1. "Selagi gue bertanya baik-baik, gue mau disini semuanya jujur. Siapa yang buang sampah sembarangan disini dan asal merintah anak orang untuk memungutnya dan membuangnya ke tempat sampah?!"
Semuanya diam.
"Masih diem juga! Atau mau gue seret kehadapan gue?!"
Bintang kembali berjongkok memunguti sampah-sampah di tanah. Adara menunduk dan mendengus. "Bintang! Gue bilang BERDIRI!"
"Engga, Ra. Ini emang pekerjaan gue," sahutnya lirih
Adara yang geram tak mendapati pelaku yang kunjung maju kehadapannya, melangkahkan kakinya menuju kerumunan dan menyeret seorang siswa kehadapan Bintang. "Lo yang dengan sengaja membuang sampah dengan sembarangan ini, kan?"
Siswa itu menoleh. "Bukan gue. Lagian itu kan emang pekerjaan Bintang sebagai babu di sekolah ini. Ngga ada salahnya juga kita buang sampah sembarangan?! Itu tandanya kita baik udah kasih dia pekerjaan biar ngga memakan gaji buta!"
Adara melirik name tag pemuda itu. "Rama Ardiansyah." Adara tersenyum tipis dengan kedua tangan yang bersilang manis di depan dadanya. "Gue kira anak pejabat dari keluarga ArdiCompany itu ngga akan melakukan hal serendah ini. Tapi nyatanya? Mereka ngga punya hati, ngga punya harga diri!"
Pemuda itu melangkah satu langkah lebih dekat dengan Adara. Jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Adara. "Eh! Jaga mulut lo, ya!"
"Setinggi-tingginya jabatan seseorang. Jika mereka ngga bisa menghargai orang lain, mereka bukanlah orang hebat. Orang hebat adalah mereka yang bisa menghargai orang kecil. Karena mereka sadar, mereka dapat sehebat dan sesukses sekarang menjadi pejabat tinggi berkat orang bawah. Tanpa orang bawah mereka bukanlah apa-apa,"
Setelah mengatakan kalimat panjang itu yang membuat pemuda bernama Rama itu terdiam di tempatnya. Gadis itu menunduk dan mencengkram kuat lengan Bintang, ia menariknya dan membawanya menjauhi kerumunan. Langkahnya terhenti di ujung koridor. "Kenapa lo ngga ngelawan? Mereka salah. Lo cowo, jangan jadi orang lemah. Jangan mau harga diri lo di injak-injak sama orang yang ngga punya hati!"
"Tapi itu memang pekerjaan gue."
"Itu memang pekerjaan lo, tapi lo ngga boleh diem kaya gini kalo harga diri lo di injak-injak kaya gitu!"
"Lo ketus osis, harusnya lo bisa memberantas hal kaya gini! Seorang pelajar itu dilarang keras merundung teman atau pelajar lainnya. Kalo lo sebagai ketua osis aja ngga bisa jaga diri lo sendiri, gimana bisa lo melindungi dan menegakkan peraturan sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Teen Fiction(Jangan lupa untuk follow terlebih dahulu sebelum membaca) Ini kisah tentang 5 remaja dalam mencari jati diri dan menggapai mimpi mereka. Pahitnya kehidupan di usia remaja harus mereka telan. Satu persatu masalah selesai, dan satu persatu masalah ke...