6. Dia Siapa?

17 4 3
                                    

Selamat membaca📖

Kenapa semua kehidupan selalu terselip mistery didalamnya? Bahkan tanpa bisa mengira apa yang akan terjadi kedepannya.

Mistery apa yang pernah kamu pecahkan dalam hidupmu? Atau mistery apa yang tengah kamu alami?

****

'Tok tok tok!'

"Kak?"

Sebuah ketukan pintu dan diikuti panggilan seseorang, membuat gadis yang tengah duduk di depan meja belajarnya cepat-cepat memasukkan note-note yang di temukannya dari berbagai tempat kedalam kotak persegi. Gadis itu memasukkan kotak tersebut kedalam laci meja belajarnya.

Ia menolehkan kepalanya ke arah pintu. "Masuk aja, Bel."

Bella melangkahkan kakinya memasuki kamar Adara sesuai ijin dari sang pemilik. Bellatrix Kartika. Adik dari Adara Senja Haspira. Gadis yang memiliki usia satu tahun lebih muda dari Adara. Memiliki rambut hitam legam sepanjang punggung. Kulit sawo matang. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bibirnya tidak terlalu tipis tapi tidak terlalu tebal.

"Kenapa?"

"Di panggil mama di bawah."

Adara menganggukkan kepalanya. "Hm. Bentar lagi gue turu. Lo duluan aja."

"Iya kak." Bella membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar Adara yang berada di lantai 2.

5 menit setelah Bella meninggalkan kamarnya. Gadis itu keluar dari kamarnya menyusul Bella, ia menuruni tangga secara perlahan sampai tiba di ruang tengah.

Ia menatap seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di sofa dengan tv menyala di hadapannya. Tangan wanita itu memegang remot tv di tangan kanannya.

"Mah," panggilnya. Hena menoleh. "Kata Bella, mamah manggil aku? Ada apa?" tanyanya.

Wanita itu tersenyum. "Iya mamah manggil kamu. Kesini sebentar, sayang." Tangannya melambai, meminta Adara untuk lebih dekat dengan dirinya.

Gadis itu mendekat, duduk di tangan sofa sebelah mamanya. Tangan Hena menyentuh tangan Adara. "Mama denger, katanya kamu habis memenangkan olimpiade fisika, bener itu sayang?"

Adara mengangguk, membenarkan ucapan Hena. "Wah! Mamah ucapin selamat ya atas kemenangannya dan mama juga udah siapin hadiah buat Adara, loh. Tapi mamah lupa bawanya, kamu ambil sendiri aja ya di laci meja kerja papah, sekalian ... kamu panggilin papah buat makan siang. Mama siapin dulu makan siangnya di meja makan, ya sayang. Mama tunggu." Tangannya mengelus lembut rambut cokelat panjang milik Adara, setelahnya berjalan menuju dapur.

Ia memerhatikan Hena yang berjalan menuju dapur. Dara segera beranjak dan berjalan menaiki tangga untuk sampai keruang kerja papahnya.

Sesampainya di depan ruang kerja papahnya. Adara mengetuk beberapa kali pintu itu, tak ada jawaban dari dalam. Gadis itu kembali mengetuk pintu, tetapi masih tak ada jawaban dari Papahnya. Gadis itu kembali mengetuk untuk ketiga kalinya, namun nihil masih tak ada jawaban dari papahnya.

"Pah," panggil Adara. "Papah di dalem? Pah, papah?" Tangan gadis itu menyentuh gagang pintu dan membukanya secara perlahan. Kepalanya melongok kedalam ruangan.

Kosong.

Ia menghembuskan nafas kasar dan memasuki ruangan kerja milik papahnya. Tubuhnya mengitari meja kerja papahnya. Tatapannya melihat frame foto di atas meja papahnya yang terbalik. Ia mengambilnya, mengelus lembut foto itu dan kembali menaruhnya diatas meja dengan keadaan terbuka.

Perlahan tangannya membuka laci paling atas meja kerja papahnya. Disana ada sebuah kotak persegi berwarna army yang terbungkus pita berwarna merah muda. Ia mengambilnya.

Namun, ketika ia akan menutupnya. Ada sesuatu yang membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk menutup laci itu.

Beberapa lembar foto tak berbingkai yang terbalik.

Adara mengambilnya. Kenapa papah tak memasukkan foto-foto itu kedalam frame seperti foto lainnya? Adara pikir ia akan mengambilnya dan berbicara kepada ayahnya untuk membelikan frame, agar foto-foto itu juga bisa ia pajang di ruang tamu seperti foto lainnya.

Ia mematung kala melihat foto pertama yang dilihatnya adalah foto seorang wanita yang tengah mengelus perutnya yang telah membesar, dan ayahnya memeluk wanita itu dari belakang dan ikut mengelus perut wanita itu.

"Ini foto siapa?"

"Ah! Pasti foto mama dulu waktu lagi mengandung aku. Lihat, mukanya aja mirip sama mama Hena," ujarnya menyangkal pikiran buruknya.

Adara kembali melihat foto lainnya. Di foto kedua ada dua bayi yang sangat mirip. Di foto ketiga seorang wanita yang dapat Adara pastikan itu adalah wanita yang ada di foto pertama, di foto itu ia tengah bersama seorang gadis yang memiliki wajah ... sama persis dengan dirinya.

Rambut cokelat panjang. Hidung mancung, alis tidak terlalu tebal, bibir tipis, dan kulit kuning langsat.

Adara menggelengkan kepalanya, memasukkan foto-foto itu kembali kedalam laci dan melangkah mundur secara perlahan. "Siapa dia? Kenapa ada bayi kembar? Dan terus ... siapa gadis di foto itu? Kenapa wajahnya begitu mirip denganku?"

Kepalanya menunduk dengan pandangan mata mengarah pada laci. Otaknya berpikir keras. "Apakah aku pernah berfoto dengan mama sebelumnya? Tapi aku rasa aku tidak pernah berfoto dengan mama."

"Dara?"

Adara menoleh kebelakang. Itu papahnya!

"Adara ngapain kesini?"

"Ma-mamah suruh papah turun kebawah. Katanya makan siang."

Raka mengangguk, tangannya melirik sekilas pada sebuah kotak di tangan Adara. "Bawa apa?"

Adara menggeleng. "Bukan apa-apa. I-ini cuma hadiah dari mamah, katanya karena Adara memenangkan olimpiade fisika kemaren."

Mulut Raka membulat. "Ooh." Raka membalikkan tubuhnya, satu langka menuruni tangga, pria itu menoleh kebelakang. Adara masih diam berdiri disana. "Dara, ayo! Katanya mau makan siang di bawah."

Ia menoleh pada Raka dan mengangguk. "I-iya pah."

****

Hampir setengah jam Adara duduk termenung di depan meja belajarnya. Pikirannya berkecamuk. Siapa wanita di foto tadi? Kenapa papah menyimpan foto wanita itu? Apa papahnya mempunyai wanita simpanan lainnya? Dan siapa gadis didalam foto itu? Kenapa ia memiliki wajah yang sama dengan dirinya?

Ia membuka kotak persegi, tempat dimana ia menyimpan note yang di temukannya dari berbagai tempat. Ia akan menelusurinya satu persatu sampai ia menemukan apa maksud dari note yang di dapatkannya.

Ini seperti potongan puzzle. Membutuhkan banyak waktu. Perlahan dan perlahan. Sedikit demi sedikit. Dan memerlukan kesabaran yang cukup ekstra untuk dapat menyelesaikannya.

****
Siap jadi detektif?

Wah siapa ya yang ada di foto itu. Jadi penasaran:)

See u next part♥️

Salam ka es, stnrmh

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang