Sepulang sekolah, Giselle mampir ke rumah Nina guna menghindari perselisihan antara dirinya dan sang Mama yang masih belum selesai sejak semalam. Daripada membuang energi untuk berdebat dengan sang Mama yang menurutnya ingin menang sendiri, lebih baik Giselle menghindar.
Sayangnya Karina tidak bisa ikut karena harus menghadiri rapat OSIS. Jadi disinilah Giselle berada sekarang, berbaring tengkurap di atas ranjang Nina sembari bermain ponsel setelah sesi curhat yang panjang bersama Nina. Seragamnya sengaja dikeluarkan dari rok dan terlihat kusut di beberapa sisi tapi ia tak peduli. Di sampingnya, Nina yang sudah berganti pakaian juga melakukan hal yang sama.
"Nin, teman gue ada yang nanyain lo, nih." Giselle berujar.
Nina menoleh cepat dengan raut antusias. "Oh, ya? Ganteng nggak?"
"Banget," Giselle mengarahkan layar ponselnya pada Nina yang langsung berseru kagum melihat foto lelaki yang dimaksud oleh Giselle. "Anaknya minta nomer lo. Kasih nggak?"
Nina berguling ke kiri merebahkan tubuhnya sembari menjawab, "Jangan,"
"Lah, kenapa?"
Nina mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit kamarnya yang bernuansa biru langit. "Ganteng banget teman lo, Sel. Minder gue,"
"Dih? Minder kenapa? Lo juga cantik kali!" Giselle langsung sewot.
Nina menggeleng tak setuju. "Tapi kayak nggak setara gitu, Sel."
Giselle mengernyitkan dahinya bingung. "Nggak setara gimana, sih?"
Nina mendecak, kembali menoleh kepada Giselle. "Tuh cowok gantengnya kebangetan. Kalau jalan sama gue, entar dia malu. Soalnya gue nggak cantik-cantik amat,"
"Nggak cantik gimana, sih? Cantik banget gini kok," bantah Gisele tak setuju.
"Halah," Nina mengibaskan tangannya. "Kemarin ada yang ngatain gue kayak babunya Aksa waktu upload story sama Aksa. Kan sialan," Nina mendengus begitu teringat pada salah satu komentar yang didapatkannya ketika kemarin meng-upload story bersama Aksa di instagram.
Giselle dengan cepat bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk. "Hah? Siapa yang berani ngatain lo kayak gitu? Yang mana orangnya? Tunjukkin ke gue!" emosi Giselle tersulut begitu saja mendengar temannya mendapat komentar tak mengenakan.
"Ada lah. Paling juga fansnya si Aksa. Tapi santai aja udah gue balas kok," berbanding terbalik dengan Giselle yang emosi, Nina malah menanggapi dengan santai. "Gue bilang 'Malah Aksa yang babu gue', terus habis itu gue blokir. Malas nanggapin akun bodong,"
Berteman dekat dengan tiga laki-laki yang memiliki paras tampan sudah pasti membuat Nina sering mendapat komentar-komentar jahat dari para perempuan. Tapi Nina tak peduli, ia sudah kebal dengan berbagai macam komentar buruk yang ditujukan untuknya. Toh, mereka hanya berani berkomentar di sosial media, tidak di hadapan Nina langsung. Hanya saja kalau sudah sangat kesal, ia memilih untuk menonaktifkan komentar di semua sosial medianya agar hidupnya tentram.
"Aksa tau nggak?" melihat Nina menggelengkan kepalanya, Giselle makin emosi. "Kok nggak bilang ke Aksa, sih, Nin? Biar dia bisa kondisiin para fansnya yang kurang ajar itu,"
"Malas, Sel. Gue nggak mau ngeributin hal yang nggak penting,"
Giselle mendecak kesal. "Nggak penting tapi bisa bikin lo insecure,"
Nina mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ya namanya juga manusia,"
"Nggak jelas lo tai," Giselle mendorong pelan bahu Nina yang kini tertawa.
Sebenarnya Nina bisa saja mengadu kepada Aksa tentang komentar jahat yang dia terima kemarin, namun ia memilih untuk mencari aman. Ia tidak ingin membuat kehebohan untuk hal yang menurutnya tidak terlalu penting. Karena sekali Nina mengadu pada Aksa, maka bukan hanya Aksa saja yang turun tangan mencari pelaku pengirim komentar kebencian sampai dapat, melainkan Ares dan Aji juga turut serta. Begitu juga sebaliknya.