D E L A P A N

1K 157 5
                                    

Nina menempelkan pipi kanannya ke atas meja dengan lesu sementara kakinya bergerak kecil merengek-rengek.  "Semester satu baru jalan berapa bulan tapi tugas udah numpuk aja kayak tanggungan drakor yang belum gue tonton," rengeknya setelah Pak Dandi yang baru selesai mengajar meninggalkan kelas dengan beberapa tugas baru yang harus diselesaikan dalam waktu dekat.

"Sabar, namanya juga kelas 12."

Tatapan Nina beralih pada gadis cantik di samping kirinya yang baru saja menyahut, namanya Thea, teman satu bangkunya sedari kelas sepuluh. Nina mengangkat kepalanya. "Gimana bisa sabar coba kalau tiap hari digempur tugas dari berbagai arah?"

Thea tertawa seraya mengencangkan ikatan rambutnya. "Justru kalau nggak ada tugas malah makin aneh nggak, sih?"

"Ya tapi nggak sebanyak ini juga, lah. Tugas kelompok yang kemarin baru dikasih sama Bu Widya aja belum sempat kesentuh, sekarang udah ada tugas baru lagi. Hadeh," keluh Nina. "Bisa nggak sih langsung lulus aja? Gue udah muak berurusan sama tugas,"

"Emangnya lo udah nentuin mau gimana ke depannya?"

Nina meringis lantas menggeleng pelan. "Belum. Let it flow aja gue mah. Kalau lo gimana? Jadi ambil design?" melihat Thea menggelengkan kepala, sebelah alis Nina terangkat naik. "Lah, kenapa? Bukannya lo dulu pengen banget masuk jurusan itu?"

Thea menghela nafas panjang. "Nggak dibolehin sama bokap. Katanya gue harus masuk manajemen atau nggak administrasi bisnis biar gampang ngelanjutin usahanya,"

Nina menegakkan tubuh, berganti posisi menghadap Thea sepenuhnya. "Udah coba ngomong ke bokap lo kalau lo maunya ambil design?"

"Nggak, malas debat gue sama bokap. Jadi ambil jalan cepetnya aja,"

Kini gantian Nina yang menghela nafas. Tangannya terulur mengusap lengan Thea. "Gue harap lo nggak akan menyesali keputusan yang lo buat sekarang, Yak. Pikirin matang-matang mumpung masih banyak waktu sebelum kita lulus,"

Thea mengulas senyum. "Makasih sarannya. Tapi lo nggak usah khawatir, gue udah pertimbangin semuanya kok."

Nina hanya mengangguk, tidak ada yang bisa dia katakan ketika Thea sudah berkata seperti itu. Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk teman satu bangkunya itu. Sebenarnya ia tidak terlalu mengerti mengapa orang tua seringkali memaksakan kehendak mereka kepada anak-anaknya. Para orang tua selalu menekankan kalau mereka tau yang terbaik untuk anak-anak mereka, padahal seringkali para orang tua tidak tau bahwa pilihan yang mereka pilihkan untuk anaknya juga bisa salah.

Obrolan mereka terputus saat guru pengajar selanjutnya memasuki kelas. Suasana kelas berubah ramai ketika Bu Amel membagi murid ke dalam beberapa kelompok untuk jam pelajarannya kali ini. Bunyi tarikan kursi dan meja yang digabung menggema di ruang kelas 12 IPS 2.



---




Tara menyatukan kedua tangan di atas meja, dalam diam dia mengamati teman-temannya yang sibuk sendiri dengan urusan masing-masing. Mulai dari Aji yang membersihkan sudut mulut Giselle yang kotor karena saus dengan tisu sebelum cowok itu kembali sibuk dengan mangkuk mie ayamnya sendiri, atau Aksa yang diam saja menerima angsuran sayur di piringnya dari Nina sampai Tama yang salah menandaskan minuman milik Ares karena tidak fokus akibat rasa pedas yang menjalar kuat di mulutnya.

Tara berdeham sejenak sebelum bersuara, "Sabtu besok gue mau nonton anak-anak dance lomba. Kalian mau ikut?"

Delapan orang yang berada di meja yang sama dengan Tara kompak menghentikan segala kegiatan yang sedang mereka lakukan. Keheningan lantas menerpa meja mereka, namun tak berlangsung lama karena suara batuk-batuk Bima yang tersedak dimsum yang baru saja dia lahap memecah kesunyian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CoalesceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang