Seseorang itu kini telah kecewa. Yang dulu hatinya berdebar, kini terkapar. Ia sekarat oleh harapannya sendiri yang pernah tinggi diindahkan. Sekali lagi, kisah yang terlukis di kepalanya, perlahan memudar. Kuas yang dahulu menyapu kanvas dengan indah, sekarang punah.
Perlahan, jarak membunuh rasa. Meski kadang harap masih sesekali mampir dalam mimpi jua sepetak puisi, namun pada akhirnya rasa itu padam.
Selamat, hari ini harimu patah.
Edsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Bahagia
PoetryBukan sebab merindu aku hadir di sisimu Bukan sebab ragu aku tak jadi bertamu Hanya saja, susah menebak isi hati yang terlanjur kalut Kadang aku benar, kadang membenarkan, kadang aku sadar itu adalah perkara konyol yang tidak benar untuk dilakukan...