Kita yang berada diambang, kerap bimbang akan pilihan-pilihan yang silih berganti datang.
Betapa semesta memang kerap membuat takjub, mengirim tubuh pada situasi yang membuat jenuh. Penuh peluh.
Yang lelah ingin menyerah, lebih baik rebah daripada harus sakit berparah-parah. Lebih baik tinggal daripada harus tegak; dengan kaki yang ingin segera tanggal. Lebih baik ... katanya.
Ah, lebih baik apalagi? Kalau kita sendiri tak pernah mau mencicipi. Apa yang ada di depan, dikira genangan penuh bahaya, padahal maju saja kita tidak pernah mencoba.
Lalu perlukah kita diam diambang ketidakjelasan? Ayolah, kamu lebih mengerti jawabannya. Dan aku tak harus menjawabnya.
Edsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Bahagia
PoesiaBukan sebab merindu aku hadir di sisimu Bukan sebab ragu aku tak jadi bertamu Hanya saja, susah menebak isi hati yang terlanjur kalut Kadang aku benar, kadang membenarkan, kadang aku sadar itu adalah perkara konyol yang tidak benar untuk dilakukan...