Kita berjalan di padang
ilalang. Samping kita, harpa-harpa
itu dimainkanDari jauh, kamu menyambutku dengan senyum paling
ranum. Teduh, megapun enggan mengaduhKita saling tatap. Dan harpa
itu mengalun mantapKaubisikkan mantra ampuh,
sampai air mataku jatuh.Tak ada jawaban yang bisa
kuberikan selain, "Iya, aku mau
menemani hari-harimu
sampai maut menjemput
salah satu dari kita."~Edsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Bahagia
PoetryBukan sebab merindu aku hadir di sisimu Bukan sebab ragu aku tak jadi bertamu Hanya saja, susah menebak isi hati yang terlanjur kalut Kadang aku benar, kadang membenarkan, kadang aku sadar itu adalah perkara konyol yang tidak benar untuk dilakukan...