• CHAPTER 6 •

2.2K 239 11
                                    

Mommy Jung tidak bisa berlama-lama di kediaman Mark & Haechan katanya ada urusan di kantor dengan Daddy Jung, jadilah tinggal Haechan seorang diri yang merawat Mark. Namun Mommy Jung berpesan jika terjadi sesuatu langsung hubunginya saja, tentu Haechan menuruti perkataan Mommy Jung.

Pagi ini Haechan hanya menyiapkan bubur yang biasa dimakan oleh orang sakit karena siapa pun yang sedang sakit terutama demam akan merasakan malas yang luar biasa untuk sekedar mengunyah makanan.

Membangunkan Mark tujuan utamanya setelah selesai memasak. Haechan tak lupa membawa beberapa obat yang sudah diresepkan Mommy Jung untuk Mark. Memang bukan dokter,
tapi Mommy Jung berkata ini obat yang Mark minum jika sedang sakit.

Belum mengetuk pintu kamar, namun pintu itu sudah terbuka dengan tarikan Mark dari dalam. Haechan kaget, dihadapannya Mark telah berpakaian siap untuk pergi kerja.

Bukannya Mark masih sakit? Tadi subuh Haechan sempat mengecek suhu tubuh Mark dan masih ada pada suhu 40 derajat.

"Hyung kau mau kemana? bukannya masih demam?"

Dengan lancang iya menyentuh dahi Mark dan langsung ditepis oleh Mark. Tubuhnya yang ringan terhuyung ke samping dan menyebabkan mangkuk yang berisi bubur itu tumpah.
Haechan tidak memfokuskan dirinya pada keadaan buburnya itu, dia lebih memilih mencegah Mark untuk tidak pergi ke kantor.

Demi tuhan Mark masih sakit. Ia bahkan masih terlihat sangat pucat, jalannya saja seperti orang yang tidak bertenaga.

"Pergilah! ini bukan urusanmu!"

"Apa sebegitu pentingnya hyung? kau masih dem-"

"Minggir sebelum aku medorongmu"

Haechan tidak bisa membantah, ia pun menggeser tubuhnya agar Mark bisa jalan. Ah Haechan lupa, Mark belum sarapan, jika tidak sarapan setidaknya siapkan bekal ucapnya dalam hati. Ia segera turun ke dapur dan menyiapkan bekal seadanya selagi Mark masih duduk di sofa yang tengah memegang kepalanya. Batu, sudah dibilang masih sakit tapi tetap ingin ke kantor.

Lihat bahkan ia tidak memiliki
tenaga untuk jalan dan berakhir duduk di sofa.

Sibuk dengan menyiapkan bekal Haechan tidak menyadari bahwa Mark telah pergi, ia menyadarinya karena bunyi mesin mobil terdengar.

'Mark hyung pergi? Terus bekal ini gimana? Apa aku harus ke kantor Mark hyung?'

Haechan berpikir sebentar. Apa tidak menggangu Mark jika ia datang ke kantornya?

Ah masa bodo, ia ini istrinya jadi tidak apa untuk sekedar mampir dan memberinya bekal dan tidak lupa obat agar suaminya merasa lebih baik.

°°°

Haechan tiba di lobby kantor Mark. Ini pertama kalinya datang ke kantor luas nan megah milik keluarga suaminya ini. Haechan tau keluarga Mark kaya tapi tidak tau kalau memang SEKAYA ini. Bahkan pegawainya terlihat seperti orang yang finansialnya diatas rata-rata. Karena ia tidak tau dimana letak ruangan suaminya, ia menuju resepsionis.

"Maaf aku mau bertanya. Aku mencari ruangan Mark Sajangnim, disebelah mana ya?"

"Apa tuan telah memiliki janji?"

"Um.. belum"

"Maaf tuan, jika ingin bertemu Mark sajangnim harus memiliki janji dulu."

Bagaimana caranya Haechan meminta izin? Jika kehadiran Haechan saja Mark menolak.

"Ah begitu ya, baik terima kasih." Haechan tersenyum kepada resepsionis cantik tersebut.

Baru ia ingin membalikan dirinya untuk pulang, tangan kanan Daddy Jung menghampirinya. Haechan tentu mengenalinya, orang ini bahkan datang ke pernikahannya dan memberikan doa untuk kebahagian dalam pernikahannya.

PAIN || MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang