BAB II

5 2 0
                                    

Nanda berlari kecil keluar dari kamar nelly, karena acara yang sebentar lagi dimulai. Saat sampai di aula sekitar kolam, nanda langsung berdiri bersama sarah dan rara.
" Lama amat sih, nan. Kamu hampir telat loh!" Bisik sarah ketika nanda sampai.
" Ya maaf mah!" Bisik nanda di dekat telinga sarah. Acara pun sudah dimulai. Dari proses kata sambutan, tiup lilin, acara potong kue, dan kata terimakasih dari kak ryan. Semua sudah dilaksanakan tanpa ada hambatan apapun. Kini, saatnya acara bebas, nanda sedang duduk dengan rara di pinggir kolam karena jika sedang berkumpul seperti itu, maka sarah akan menjadi bagian dari anak anak muda untuk mendengar nasihat dan arahan arahan dari sarah. Di lain tempat pun, ronal tengah duduk bersama nelly sendirian, mereka berdua saling bersenda gurau hingga mata ronal tak sengaja mengarah ke tempat nanda dan rara. " Eh nell!"
" Apa?"
" Itu siapa?" Tunjuk ronal ke arah nanda.
" Yang mana?" Tanya nelly memperjelas.
" Yang gaun pink itu!" Jelasnya lagi.
" Oh..... Dia itu anak bungsunya bu sarah, namanya nanda. Sekelas sama gue!"
" Oh nanda?" Ucapnya.
" Kenapa? Lo suka sama dia?"
" Enggak lah, takut gua!"
" Takut bu sarah?" Goda nelly.
" Ya mana berani gua?"
" Hahahah. Ngomong-ngomong, lo udah daftar?"
" Udah kok, tadi pagi gua  bareng bang fando!"
" Daftar dimana lo?"
" Di SMA GUNANJA!"
" Bareng sama andi dong?"
" Ia, tapi dia baru kelas dua, gua udah kelas tiga!"
" Oh gitu, setahun lagi dong lo!"
" Iya. Setahun lagi kok!"
" Gua sama nanda masih dua tahun lagi!"
" Hahahhaha semangat ya!"
" Alay lo!"

" Yang namanya dewasa itu, harus bisa nyelesain masalahnya tanpa melibatkan orang lain!" Ucap sarah penuh senyuman hangat, saat itu dia tengah dikerumuni banyak anak anak muda, yang tak lain adalah anggota organisasi.
" Gimana kalau orang lain udah terlanjur ikut campur?" Tanya dean penuh serius.
" Yap, itu yang membuat kebanyakan orang lupa akan batasan batasan dalam mengurusi masalah orang lain. Kebanyakan orang, mereka yang mengurusi masalah orang lain. Adalah mereka yang mengangap diri paling benar." Jelas sarah.
" Kenapa bisa gitu bu?" Fando yang melayangkan pertanyaan kali ini.
" Kalian ini sudah dewasa semua, semua yang sudah ibu sampaikan ke kalian sekarang. Suatu saat pasti kalian bakal temuin dalam kepribadian seseorang, entah itu keluarga, kerabat, sahabat, pacar, bahkan orang tua kalian sekaligus. " Sarah menjawab pertanyaan dari fando dengan lembut dan senyuman yang hangat.
" Misi semua!" Sapa ryan secara tiba tiba.
" Sorry udah ganggu waktu santai kalian!" Ucap ryan lagi dengan senyum lebar di wajahnya.  "Aman kok bro!" Sambung dean mengajukan kedua jempolnya. " Gimana ryan?"
Tanya bu sarah.
" Papa, perlu dikit sama ibu!" Jawab ryan penuh sopan.
" Oh, yasudah. Kalau begitu semuanya, Ibu kedalam dulu ya!!" Pamit bu sarah.
" IYA BU!!!"
" THANKS BU!"
ucap semuanya secara serempak sebelum akhirnya mereka bubar dari meja tadi dan kembali menikmati pesta itu. " Lu tau?" Ucap fando pada dean. Hanya mereka berdua yang masih tinggal di meja tadi.
" Apa bang?" Tanya dean.
" Sampai detik ini pun, gue belum bisa lupain yuni. "
" Mau curhat nih?" Goda dean.
Fando menatap wajah dean yang tengah tertawa itu. " Puas lo? Lo belom ngerasa aja ada di posisi gua!" Sambung fando yang kemudian ikut tersenyum.
" Hadeuh..... Bang, dia aja udah gak peduli lagi sama lo. Masih aja susah move on, lagian cewek banyak bang. Bukan cuman di organisasi ini aja!"
" Gampang sih, orang ngomong gitu. Cuman susah gua ngelakuinnya, den!"
" Hmmm... Bingung gua ama lu bang!"
" Apalagi gua!!"
" Apes hidup lu!"
" Gue udah berusaha lupain dia. Tapi gak bisa, semua kenangan tentang dia. Masih nomor satu buat gua!"
" Emang lo gak ada pembahasan lain ya, bang? Bahas bola kek, tinju gitu?" Protes dean.
" Besok besok kita bahas sinetron aja yaa!!"
" Sumpek lo!" Tutur dean sambil ketawa.

"Bang dean bubar sama gue, neng!" Citra menangis dalam pelukan nelly di kamar milik nelly. " Loh, kenapa?" Tanya nelly sambil mengusap usap pundak cewek itu.
" Gak ada kata ' gue sayang sama lo' semua itu udah gak ada, neng. Udah berubah dia, dia suruh aku dewasa. Harus kayak apalagi? Aku sayang banget sama dia neng!" Tutur citra panjang lebar dengan air mata yang terus mengalir. " Nanti nelly bilangin ya sama bang dean!"
" Gak usah, neng. Jangan bicara apapun sama bang dean!" Citra menatap nelly penuh mohon.
" Iya, nelly gak bilang kok!" Nelly terus membujuk citra. Tiba tiba pintu kamar nelly terbuka. " Ne....!!!" Bungkam, nanda langsung bungkam ketika nelly dengan cepat menunjuk isyarat diam ke arahnya. Nanda pun perlahan menutup mulutnya, kemudian diapun keluar dari kamar nelly, meninggalkan mereka berdua.

TERJEBAKWhere stories live. Discover now