NANDA SAKIT

2 2 0
                                    

Hari itu, sarah sibuk mengurus nanda yang lemah di atas tempat tidurnya. " Maaah!!" Panggil nanda dengan suara lemah ke arah sarah yang tengah membuat alat kompres untuk menurunkan panas di tubuh anak gadisnya. " Jangan ngomong dulu dek! Istirahat aja!" Suruh sarah sembari menaruh kain kompres di kening nanda. " Kepala nanda berat!" Keluh nanda lagi dengan suara yang lemah.
" Iaaaa, makanya istirahat aja. Mama masih pesenin buat kamu bubur ayam. Bentar lagi nyampe!" Ujar sarah yang terus menerus mengganti kompres nanda agar panas di tubuhnya cepat turun.
" Maaa. Kepala nanda tambah sakit kalau di kompres!" Protes nanda sembari menolak tangan sarah yang tengah memegang handuk untuk kompres.
" Sakit gimana, dek?" Sarah jadi tambah khawatir, karena biasanya, kalau mereka sakit, pasti hanya dikompres saja langsung selesai. Tapi ini, nanda malah  menolak dan berkata kalau kepalanya tambah sakit.
" Mau pecah, mah!" Keluh nanda lagi.
" Yaudah mama pijit, ya!!" Jemari sarah pun mengelus lembut di area kepala nanda.
Saat dilihatnya nanda terlelap, sarah pun memperbaiki selimut yang dipakai oleh nanda dan keluar dari kamar cewek itu, agar dia bisa istirahat.

Sarah berlari menuruni tangga, saat didengar olehnya suara dentingan bel. " Pasti ojolnya udah nyampe!" Ujar sarah sambil berlari kecil untuk membukakan pintu. " Dean?" Mata sarah melihat sesosok cowok yang sangat identik dengan baju kemeja, tengah berdiri didepannya sambil memegang kresek hitam sedang. " Hallo bu!" Sapanya dengan senyum.
" Haduh. Ibu kirain ojol, ternyata kamu?" Ujar sarah, yang langsung mempersilahkan dean untuk masuk dan duduk.
Dean pun duduk di sofa ruang tamu dan hanya tersenyum mendengar penuturan dari sarah.
" Kamu ada apa?" Tanya sarah, saat keduanya sudah dalam posisi yang benar.
" Sebelumnya, ini bu!" Dean menyerahkan kresek hitam yang ia taruh di meja.
" Apa itu?"
" Tadi, pas dateng. Saya ketemu ojolnya di depan. Trus saya tanyain deh bu, katanya ini bubur ayam pesanan ibu? Jadi, saya bayarin deh!" Jelas dean.
" Ya ampun dean. Sudah biar ibu gantiin uang kamu, berapa semua nya?" Tanya sarah sambil mengambil dompet miliknya yang ia simpan di meja kecil dekat sofa, tempat ia duduk.
" Bu nggak usah! Anggep aja, ini hadiah dari saya!" Tolak dean.
" Lah kok, gitu?"
" Saya ikhlas kok, bu. Lagian, saya bakalan senang, kalau ibu terima ini!"
" Ya sudah." Sarah pun tersenyum dan tak menolak permintaan dari dean.
Dean pun tersenyum senang.
" Lalu. Kamu, ada perlu?" Tanya sarah.
" Sebenarnya nggak sih bu, saya yang cuman pengen main aja kesini!"
" Ooo ya sudah. Tapi dean, kayaknya ibu nggak bisa nemenin kamu deh!"  Ujar sarah lagi.
" Nggak papa bu, biar saya main mainin piano di sana!" Ujar dean sambil menunjuk piano putih yang tertera di dekat jendela ruang tamu itu.
" Tapi, kamu nggak apa kan, kalau sendiria?" Tanya sarah.
" Emang, ibu sama siapa di rumah? Atau, ibu lagi mau ngurus kerjaan ya?"
" Aduh dean. Ini kerjaan besar banget!"
" Kerjaan apa bu? Siapa tau, dean bisa bantu?"
" Hehe. Nggak perlu nak, nanda lagi sakit. Jadi ibu harus cepet cepet bawain dia bubur ini dulu ya!"
" Nanda sakit?"
" Iya. Kamu tunggu sini, ya! Ibu mau manasin bubur nya dulu!" Ujar sarah yang sudah beranjak sambil membawa kresek hitam itu ke dapur.

Sarah membawa bubur ayam yang sudah ia panaskan tadi ke kamar nanda. Sampai sana, rupanya cewek itu sedang duduk bersandar pada bantal  sambil memasang headsead di kedua telinganya. Wajah pucat
nanda itu, membuat sarah dengan segera menghampiri nanda dan mencabut headseat yang tertera di kedua telinga milik cewek itu. Nanda sontak kaget dan membuka matanya yang nampak sayu.
" Sakit kok dengerin headseat? " Gerutu sarah.
" Emang kenapa sih, mah?" Ujar nanda dengan nada lemah.
" Ya nggak baik dek! Kamu udah enakan?" Tanya sarah lagi sambil memegang kening nanda yang masih terasa panas.
Nanda menatap lemah.
Sarah menaruh mangkuk bubur di atas meja kamar nanda, kemudian duduk di samping cewek itu dan menatap dia.
" Kalau belum enakan, jangan paksa buat duduk!" Ujar sarah.
" Nanda oke kok, mah!" Dengan nada yang tetap lemah.
" Oke. Oke. Makan dulu!" Celetuk sarah.
Nanda mengangguk.
" Mama suapin?"
" Biar nanda makan sendiri aja!" Pinta nanda yang cekatan mengambil mangkuk di atas meja, kemudian langsung memakannya. Sarah sudah tau, anak gadisnya yang satu ini, biar pun sakit dia akan tetap berusaha untuk tidak terlihat sakit. Tapi dari raut wajahnya, bisa menunjukan kalau dirinya sakit.
" Selesai makan, minum obat!" Ujar sarah saat nanda tengah melahap makanannya yang sudah hampir mau habis.
" Itu, dean yang beliin loh!" Lanjut sarah lagi.
Nanda sontak memberhentikan aksinya sesaat dan menatap sarah.
" Iya. Dean di bawah!" Ujar sarah, seakan tau apa maksud dari tatapan nanda.
Nanda hanya mengangguk dan terus melanjutkan makannya.
" Kalau mama tinggalin kamu sendiri, nggak papa kan? Kasian, dean sendirian di bawah!"
Nanda mengangguk.
" Habis makan, taruh aja mangkuknya di meja!" Ujar sarah lagi.
Nanda mengangguk.
" Mama tinggal ya, nak!" Sarah pun pamit dan beranjak keluar dari kamar nanda.

TERJEBAKWhere stories live. Discover now