HARI JADI

3 0 0
                                    

Semua acara sudah dilaksanakan dengan lancar dan baik,  Seperti bulan bulan sebelumnya. Kini tibalah acara untuk ramah tamah bersama di cafe.
" Lo, udah bener ngelupain citra?" Tanya fando yang tengah duduk bersampingan dengan dean sambil meminum es jeruk.
" Udah!" Singkat dean.
" Lo gak tanya, alasan kenapa dia pacaran sama geri?"
Dean tersenyum sinis. " Udalah bang, gua anggap. Dia bukan takdir gua tapi geri. Geri kan udah suka lama sama dia, pasti ini doa dia yang udah dikabulin sama Tuhan!"
Fando mengangguk paham.
" Lagian, gue emang gak punya perasaan lagi ke dia!"
" Pantesan, lo sante banget!"
" Gak kayak lo ya, bang?" Ledek fando.
" Ck... Sotoy lo!" Fando meninju pelan, bahu dean.
Dean tersenyum geli.
" Eh yan!"
" Hm?"
" Si johan katanya mau bantuin gua!"
" Bang johan?" Dahi dean mengkerut.
" Iya, dia mau bantuin gue ngomong sama yuni!"
" Oh ya?"
Fando mengangguk sambil sedikit tersenyum.
" Yakin bang?"
" Yakin, lagian johan sama gua kan deket!"
" Caranya dia ngomong, gimana?"
" Nggak tau, cuman dia bilang mau bantuin!"
" Kok gua nggak yakin, ya!"
" Maksud lo?"
Dean hanya menatap dan tersenyum, kemudian memukul pelan pundak fando.
" Udalah, tenang aja. Johan baik kok!" Ujar fando, sambil meminum minumannya.

" Woiii cicak!!" Teriak fando tiba tiba sambil tertawa.
Dean seketika mengangkat kepalanya yang tengah tertunduk, dan melihat ke arah orang yang diteriaki oleh fando.

Tampak sorot mata nanda yang sinis menatap ke arah fando.
" Matanya jangan kayak gitu, entar mirip cicak beneran loh!!" Teriak fando lagi, dengan tertawa yang semakin keras.
" Paan sih, bang!!" Gerutu nanda. Suara nya hampir tidak kedengaran, karena suara musik.
Dean hanya tersenyum kecil melihat tingkah mereka berdua. Namun, senyum dean memudar diganti dengan raut wajah penasaran. Lantaran ronal yang tiba tiba saja mengajak pergi nanda entah kemana. Namun dean tidak ambil pusing dan melanjutkan obrolannya dengan fando.

" Kenapa ron, kok ngajak kesini?" Tanya nanda karena dia diajak oleh ronal ke belakang cafe, dekat dengan gudang.
" Aku mau bicara sama kamu!" Ucap ronal serius.
Nanda sedikit gugup. " Mati aku!" Batin nanda.
" Tentang. Hal penting itu, yang mau aku bicarain!"
" Oh. I.... Itu ya?" Ujar nanda sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sesekali dia tersenyum canggung ke arah ronal untuk menutupi rasa gugupnya.
Ronal menatap mata nanda lembut.
Tatapan ronal membuat nanda seperti ingin mati saja, belum pernah dia  ditatap cowok seperti itu.
" Nan!!" Suara ronal pun begitu lembut saat memanggil namanya.
"Hmm??" Jawab nanda, sambil mengangkat alisnya dan menatap ronal dengan mata teduh miliknya.
" Lo. Bersedia, jadi pacar gue?"

Dek.

" Ini cowok kok gak ada gugup gugupnya ya? Atau udah biasa kali? Ini jantung juga, loncat keluar aja lo sekalian! Bikin gua lemah aja nih!!" Gerutu nanda dalam hati.
" Nanda!" Panggil ronal lagi.
Nanda yang kala itu sedikit menunduk, sesaat memejamkan matanya untuk mengumpulkan energi.
" Mikir nanda. Mikir!!" Perang antara perasaan dan otak yang membuat nanda sesaat buntu dan kesasar.

" Oh!!" Nanda mengangkat wajah spontan. Membuat ronal sedikit menarik badan ke belakang dan membenarkannya kembali. Jiwa sok tegar nanda kini sudah kembali.

" Jadi. Apa yang lo suka dari gue? Hal menarik apa, yang buat lo jatuh cinta sama gue? Padahal kan, kita baru kenal. Lagian yang gue denger, mantan pacar lo aduhai semua. Jauh sama gue!" Tutur nanda.

" Good nanda. Pertanyaan lo sesaat membuat lawan tak berdaya, tengkiu jiwa sok tegar. Masih mau hadir dan bekerja sama kembali!!" Batin nanda. Yang sedang melihat ronal mengusap keningnya dengan raut wajah bingung. Hmmm, ada sedikit taburan gugup juga.

" Jadi gini." Ujar ronal.

Nanda menunggu.

Sesaat bungkam.

TERJEBAKWhere stories live. Discover now