[Thriller - Misteri - Action]
Ersa dihadapkan dengan dendam masa lalu kakaknya, sosok yang Ersa kira menghilang tanpa jejak pada 2015 kembali muncul dengan segudang misteri. Serentetan pembunuhan yang Ersa sangka sudah berakhir lima tahun lalu kemb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lima tahun lalu, nama Naira Ersa masih diberi label murid baik-baik. Aku lebih pendiam dan tertutup ketimbang Talia. Sebuah perbedaan yang begitu mencolok di antara kami, adalah sifat yang sangat bertentangan. Talia sosok periang, murah senyum, ramah, tomboi, dan cerdas. Sementara diriku sosok pendiam, membenci keributan, cenderung menghindari suasana sosial, dan lebih feminim. Gambaran ini membuatku menjadi versi perempuan dari Talia.
Lima tahun lalu, aku mendapatkan akses menuju kedewasaan yang semua gadis pasti dapatkan. Hormon bertumbuh cepat dan aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Mari bicara secara terang-terangan bahwa bentuk tubuh remaja yang baru saja balig bisa tumbuh pesat, dan untuk perempuan khususnya, bentuk jam pasir itu sangat umum terjadi.
Lima tahun lalu, saat semua isi kepala remaja adalah kecantikan dan popularitas di sekolah, aku menjadi korban. Baru-baru saja kusadari bahwa diriku versi SMP jauh lebih cantik ketimbang diriku saat ini. Naira Ersa yang feminim dan manis itu sudah hilang setelah gosip abadi antara diriku dan salah satu orang yang sudah meninggal saat ini.
Lima tahun lalu, sekelompok remaja yang mengaku paling populer seantero SMP, merundungku habis-habisan. Tidak ada orang yang menyukai cewek kalem, cantik, dan memiliki bentuk tubuh bagus sepertiku lima tahun lalu. Maka, dibuatlah rencana jahat untuk menyingkirkan diriku.
Lima tahun lalu, di gudang marching band, aku dijebak. Panggilan dari toa sekolah menyerukan namaku agar segera datang ke sana, tetapi yang kudapatkan justru siswa laki-laki yang paling banyak disukai anak perempuan. Penampilannya tak keruan dengan celana dan baju seragam yang nyaris lepas seutuhnya dari badan. Waktu itu aku bertanya, siapa yang melakukan ini padanya, tetapi tangannya keburu mendekapku. Kakinya melingkar di pinggangku dan dia mulai berteriak kesurupan.
Lima tahun lalu, aku berhasil lolos dari jeratan anak laki-laki paling ganteng di SMP dan berlari menghampiri pintu karena takut. Seperti di film horor, pintu tidak mau terbuka dan suasana semakin gelap di dalam menjelang petang. Anak laki-laki yang tidak mau kuingat lagi namanya itu menghampiriku dan memeluk tubuhku dari belakang. Pakaiannya nyaris tanggal seutuhnya, sementara jemari kotor itu berusaha melepas dasi biru milikku.
Lima tahun lalu, aku sekali lagi meronta. Anak laki-laki itu membalik tubuhku agar menghadapnya dengan kasar, kemudian membekap mulutku dengan telapak tangannya agar tidak menjerit. Kepalanya mendekati telingaku dan berbisik dengan suara sejahat Fir'aun sebelum tenggelam. Kami jatuh berdebum di lantai dengan tubuhku di atasnya.
Lima tahun lalu, pintu gudang marching band dibuka oleh sosok guru yang kukira malaikat. Wanita itu nyaris mengeluarkan bola matanya melihatku. Dalam hati, aku sungguh berterima kasih beliau datang dengan harapan aku bisa disingkirkan dari laki-laki gila itu. Namun, di manapun berada, bagaimanapun kondisinya, seberapa besar usaha agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, perempuan akan selalu salah.