Bendera Kuning

7 1 0
                                    

Bermodalkan informasi dari rekan-rekannya, mereka berlima sudah hampir sampai di kediaman Pak Darmawan. Hanya tinggal berjalan beberapa langkah saja melewati jalan kecil dan sempit di pemukiman padat penduduk ini. Merasa buntu Danu menanyakan alamat pada warga yang dilihatnya.

"Permisi, Pak. Kami mau tanya rumah Pak Darmawan".

"Pak Darmawan petugas keamanan?". Sahut lelaki paruh baya.

"Iya betul, kami dari kampus tempat Pak Darmawan bekerja". Ucap Viola dengan senyum manisnya.

"Dosen ya?". Tanya seorang wanita gemuk yang mungkin adalah istrinya pria tadi.

"Bukan, kami mahasiswa di sana". Alex melanjutkan.

"Oh, kalian sudah tidak jauh dari sini. Setelah lurus, belok kiri, lalu kanan. Ada bendera kuning di rumahnya".

*****

Malam itu menjadi hal yang mencekam untuk Pak Darmawan dan keluarganya. Bagaimana tidak, ia dihampiri makhluk yang mengenalkan diri sebagai Nyi Ageng Ayu Sukma Ningrum hanya karena menolong Dewi. Padahal ia tidak mengenal siapa arwah tersebut, terlebih lagi Pak Darmawan tidak pernah mengganggu keberadaan mereka.

Batuk yang diderita Pak Darmawan tak kunjung berhenti, beberapa obat sudah ia minum sebelumnya. Lebih parah lagi batuknya kini mengeluarkan darah. Bukan hanya dari mulut, darah itu juga keluar dari hidungnya.

"Nyi Ageng niku sinten, Pak?"*

"Uhukk... Uhukk..."

"Uhukk... Uhukk..."

"Kulo mboten ngertos, Bu"** Jawab Pak Darmawan disela batuknya.

"Kalau Bapak ndak tahu, kenapa Nyi Ageng itu menghampiri kita?". Istrinya masih penasaran.

"Tidak perlu berurusan dengan mereka, Pak. Eling anakmu lan bojomu"***

Tanpa menjawab Pak Darmawan bangun dari ranjangnya menuju toilet, batuknya semakin parah sekarang.

"Uhukk... Uhukk..."

"Uhukk... Hoooeek..."

"Hoooeek..."

Terasa seperti ada yang mengganjal, Pak Darmawan merogoh tenggorokan dengan jarinya sendiri. Dapat. Ia menariknya. Seutas rambut gimbal keluar dari dalam mulutnya. Pak Darmawan terus menariknya, seperti tanpa ujung. Terus, dan terus menariknya.

Tiba-tiba rambut yang ada di hadapannya bergerak melilit lehernya sendiri. Ia mencoba berontak melepaskan, tetapi ikatan tersebut semakin erat dan kuat. Bahkan ketika teriak, tak ada suara yang keluar sama sekali. Tenaga Pak Darmawan semakin melemah, tidak berdaya melawan ikatan di lehernya. Petugas keamanan itu mati tercekik.

*****

"Assalamualaikum..."

"Wa Alaikumusalam..."

"Dengan Ibu Darmawan?".

"Iya betul dengan saya sendiri".

"Kami mahasiswa dari kampus tempat Bapak bekerja, kami turut berduka cita atas meninggalnya suami Ibu". Zahara membuka percakapan.

"Maafkan suami saya jika selama bertugas punya salah ya, Nak..."

"Pasti Bu, lagipula Bapak orang baik. Pasti banyak yang mendoakan. Semoga arwah Bapak diterima di sisi Tuhan, dan ditempatkan di Surga terbaik". Viola mewakili yang lain.

"Amiiin..."

"Maaf kalau tidak keberatan Bapak mati kenapa ya, Bu?"

Adrian, Zahara, Danu, dan Viola menatap jengkel Alex. Dalam batin mereka mengumpat kata yang sama persis.

"Kau adalah manusia paling bodoh di dunia ini, Alex!".

*****

*Nyi Ageng itu siapa, Pak?
**Aku tidak tahu, Bu.
***Ingat anak dan istrimu.

***Ingat anak dan istrimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka Yang Kusebut Hantu 2 (Sekuel) (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang