Bangunan Tua

22 2 0
                                    

Jam waker berdering sangat keras, saatnya membangunkan pemilik jam tersebut. Seorang pria malas mencoba meraih apa yang menganggu tidurnya, mematikan alarm, dan melanjutkan tidur. Telepon genggamnya berdering sekarang, tapi tidak dihiraukan. Berdering lagi, dan lagi. Ia bangun sejenak, mencoba mencari sumber suara. Dapat!. Dilihatnya nama Alex pada layar, dan langsung saja ia meletakkan telepon genggamnya ke dalam laci meja belajar. Lalu kembali tidur.

Tok... Tok... Tok...

Tok... Tok... Tok... Pintu kamarnya diketuk kali ini.

"Ri, bangun, sudah pagi. Hari ini kamu kuliah tidak?"

"Ri..."

"Adrian..."

"Ya Mom, sebentar lagi..." Jawab Adrian.

Adrian tidak dapat mengelak sekarang, dengan mata sayu ia memaksakan bangun dari ranjang. Mengambil ponselnya, membalas pesan singkat, mandi, dan bersiap berangkat.

"Mom, aku berangkat ya..." Sambil meraih roti isi di meja makan dan mengecup kening ibunya.

"Anak itu masih belum berubah juga". Batin ibu Adrian.

"Mom, Kakak sudah bangun?" Tanya adiknya dengan seragam lengkap yang baru sampai di meja makan.

"Sudah, baru saja berangkat". Jawab beliau masih fokus koran paginya.

"Yah, aku mau ikut Kak Adrian..." Ketusnya.

"Sudah kamu sarapan saja, nanti Mama yang antar kamu ke sekolah. Lagipula kampus kakakmu itu berbeda arah". Ucap ibunya santai.

Dengan wajah merengut adiknya melahap roti isi di atas meja.

Adrian menunggangi sepeda motor menuju kampus, di tengah perjalanan ia melihat seorang gadis yang menggunakan almamater yang sama dengan dirinya. Gadis dengan potongan rambut sebahu, menggunakan kacamata, dan sambil memeluk satu buku yang sepertinya tidak cukup dimasukkan ke dalam tas. Dengan sigap Adrian menepi menghampiri gadis tersebut.

"Kamu mahasiswi Universitas Angkasa?" Tanya Adrian.

Gadis itu hanya diam tanpa menjawab sepatah kata.

"Mau ikut bersamaku?" Tambahnya.

Gadis yang ada di hadapnya tetap saja diam dengan tatapan mata kosong, Adrian tidak memaksa lebih padanya. Menarik tuas motornya dan melaju menjauhi gadis tersebut. Sekilas Adrian melihat spion kiri, lalu berhenti, dan menoleh kebelakang. Wujud gadis tadi sudah raib tak berbekas.

"Mungkin sudah naik angkutan umum". Batinnya kebingungan.

Sesampainya di kampus Adrian menaiki tangga menuju kelas. Alex, sahabatnya sejak di bangku sekolah menghampiri dengan wajah kesal. Adrian membuang muka, dan berharap takkan dicecar seribu umpatan.

"Kamu kurang ajar juga tidak menjawab teleponku?". Ketusnya mengawali.

Adrian hanya senyum tak ingin menjawab.

"Bagaimana tugas yang kamu janjikan? Hari ini kita presentase dengan dosen". Tambahnya tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya yang satu ini.

"Sudah selesai semua, kamu tenang saja". Jawab Adrian tenang.

"Kalau nanti nilaiku buruk, aku bisa dibunuh bapakku".

"Memang itu yang aku harapkan. Hahaha..." Ejek Adrian.

"Sial!" Seraya merangkul Adrian.

Waktu semakin berlalu, matahari sudah tepat berada di atas kepala. Kelas yang diikuti Adrian sudah selesai sesi pertama, dan akan dilanjutkan setelah makan siang".

"Dri, ayo kita makan siang". Ajak Alex.

"Traktir ya..."

"Lagi?" Alex bingung menjawab lebih.

"Aku sudah buatkan tugas untukmu, lagipula kamu anak orang kaya. Sekedar makan siang tidak membuat bapakmu jatuh miskin".

"Kalau saja aku tidak mengenalmu sejak di sekolah, mungkin aku terbebas dari belenggu perutmu itu". Alex mendengus kesal.

"Kalau saja kamu tidak mengenalku, bisa saja kamu tidak lulus sekolah". Adrian masih mengejek.

"Sudahlah ayo, aku lapar". Alex sudah tidak sabar.

"Seperti biasa, ayam bakar ya?". Pinta Adrian.

"Tenang saja..." Singkat dari Alex.

Sudah banyak mahasiswa memenuhi meja makan di kantin, Adrian terlihat kebingungan mencari tempat duduk. Dari kejauhan seorang gadis cantik berambut panjang memanggil.

"Adrian, sini! Masih ada tempat kosong". Seru gadis tersebut sambil mengangkat tinggi tangannya.

"Kamu sudah lama di sini?" Tanya Adrian setelah sampai tempat tujuan.

"Tidak, baru saja kami duduk. Oh iya, perkenalkan ini temanku. Dewi". Ucapnya.

"Kamu, yang tadi pagi aku temui di depan gedung tua itu ya?". Ungkap Adrian pada gadis di sebelah Viola dan sekarang sudah duduk di hadapannya.

"Kalian sudah saling kenal?" Viola memotong.

"Bukan, mungkin kamu salah orang". Jawab Dewi pada Adrian.

Adrian mengernyitkan dahi. Tak mungkin ia lupa wajah gadis yang tadi pagi dijumpai, masih terasa segar ingatannya di kepala. Sebentar saja Alex sudah membawa dua piring makan siang menu favorit sobatnya.

"Hai, Alex..." Sapa Viola.

"Hai, Vi..."

"Kalian sudah makan?" Tanya Alex pada dua gadis di hadapannya.

"Belum, nanti saja. Kami sudah tidak ada kelas lagi siang ini. Kami mau ke perpustakaan". Jawab Viola.

"Pesan saja yang kalian suka, hari ini Alex ulang tahun". Ucap Adrian.

"Jangan kau buat bapakku jadi miskin, Dri!". Celoteh Alex hingga tak jadi menyuap makanan ke mulutnya.

"Hahaha..." Mereka tertawa girang.

" Mereka tertawa girang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka Yang Kusebut Hantu 2 (Sekuel) (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang