Chapter 11, 'Perjuangan'

540 78 2
                                    

Apgujeong-dong

"Akhir-akhir ini kau sering sekali bersama Sana, apa terjadi sesuatu diantara kalian?" Langkah seorang gadis terdengar berjalan dari dalam ruangan caffe.

"Unnie sudah kubilang berapa kali bahwa aku ingin berteman dengannya" Dahyun mendengus kesal, "Dahyun bukankah unnie sudah bilang kau tidak perlu dekat dengan keluarga Minatozaki" Nayeon mengela napas.

Melihat sebuah mobil yang sangat familiar bagi dirinya membuatnya langsung keluar dan bertemu adiknya, benar dugaannya jika Sana lah yang mengantarkan adiknya.

"Kenapa? Kenapa aku tak boleh bersamanya? Apa karena status keluarganya sebagai 'pembunuh' itu?" Dahyun menekankan kata 'pembunuh' membuat Nayeon menatapnya tak percaya.

"Kau lihat pengaruhnya padamu? Dahyunku dahulu tidak seperti ini"

"Mian unnie aku tak bermaksud buruk dan jangan sangkutkan hal ini dengannya, dia tidak pernah membuatku begini" Dahyun menundukan kepalanya.

Kakaknya yang sangat kesal sekarang akhirnya meninggalkan Dahyun dan pergi dari caffe agar amarahnya tidak semakin memuncak, Dahyun menarik napasnya tak habis pikir dengan dirinya sendiri.

Ponsel terambil dan mencari nama kekasih kakaknya agar bisa menjaganya.

"Jeongyeon unnie bisa kau jaga Nayeon unnie, dia pergi dari caffe dengan keadaan marah tadi" Dahyun memohon pada Jeongyeon.

"Ani gwenchana cukup jaga dia saja sekarang, nanti aku akan jelaskan sisanya"

"Nde terimakasih unnie aku akan kembali bekerja aku mengandalkan dirimu" Dahyun menutup sambungan telepon dan menyimpan ponselnya.

"Dahyunnie" orang yang namanya terpanggil itu reflek menoleh kearah suara, "Wae? Apa kau lelah unnie?" Sana menggeleng pelan.

"Ada apa hmm? Apa kau sedang sakit?" Dahyun meletakan telapak tangannya pada dahi kekasihnya. "Ani, apa kau sedang marah?" tanya Sana menurunkan tangan Dahyun dari dahinya.

"Huh? Apa maksud unnie? Kenapa aku harus marah padamu?" Dahyun balas bertanya.

Kekasihnya menanyakan hal itu karena melihat perubahan Dahyun, dia hanya diam saja sejak datang kerumahnya.

Sana menutupi mukanya dengan lengan Dahyun dan memeluknya erat, Dahyun mengusap rambut kekasihnya pelan.

"Wae? Ada apa? Aku tidak marah unnie percaya lah, bagaimana bisa aku memarahimu walaupun kau melakukan kesalahan pun aku akan menyalahkan diriku." Dahyun tertawa pelan, Sana malah mencubit lengannya.

"Aw unnie sakit sakit hentikan" Dahyun masih saja tertawa, Sana memutar matanya malas. "Kau tidak bisa menyalahkan dirimu atas kesalahan orang lain" Sana mencubit perutnya dan kembali menutup mukanya dilengan Dahyun.

"Kenapa kau diam saja sejak tadi? Apa ada masalah? Aku kira kau marah padaku" ucapnya melas, "Ahh aku hanya berpikir bagaimana cara mengatakan hubungan kita kepada Nayeon unnie mau bagaimana pun juga dia tetaplah orang tua ku sekarang"

"Bukankah kita harus cepat mendapatkan izin darinya? Apa kau tak mau?" tanyanya khawatir.

Sana dengan cepat menatap kekasihnya "Tentu saja aku mau" ucapnya bergetar, "Bagaimana bisa nasibku begitu buruk hingga hanya untuk bersamamu saja aku tak bisa" gadis itu menunduk berusaha menahan air matanya.

"Unnie kau bercanda? Jangan pernah katakan hal seperti itu nde, aku akan menerimamu apa pun resiko terberatnya nanti" Dahyun memeluknya dan mengelus punggung Sana mencoba memberikannya pengertian bahwa dia bangga bersama Sana.

Rasanya hanya bersyukur pada Tuhan tidaklah cukup bagi Dahyun, dia telah diberikan sosok yang mengubah hidupnya dan begitu menyayangi dirinya selain kakaknya, dia sangat bahagia dapat bersama dengannya.

Chance For Saida Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang