The Bride of Mission

THE BRIDE OF MISSION 02

Aku menatap langit langit kamarku. Pikiranku masih kalut pada kejadian sore tadi. Aku meraih Id card pria yang akan ku temui. Jadi apa aku benar benar akan menemuinya atau tidak?. Serius aku bingung.

Hmm tapi yang dikatakan bapaku yang berkamuflase menjadi professor ku itu ada benarnya juga. Mana mungkin aku bisa memecahkan misteri buku itu seorang diri. Aku pasti butuh partner bukan?.

Hahhh masalahnya bagaimana caranya membuat pria itu terkesan? Apa aku mesti pakai pelet jaran goyang?. Hahahah konyol sekali.

Sepertinya aku membutuhkan pencerahan dari milli sahabatku.

Susi similikiti Calling

Baru saja aku ingin menghubunginya ,ternyata dia sudah meneleponku duluan . Mari Kita angkat.

"MILIIIiiiiiiiiiiiiii"

" Astagaa, aku kaget bodoh"

"Miliiiii similikitiiiii aku butuh pencerahan huuhhuuuuu!!!"

"Ckckkkkk nama ku Milli Natalia ,bodohhhhhhhhhhhh"

"APA??? Namamu milli bodoh?? Hahhahhaha"

"YAAAKK  DASAR AZURA SIALAN!!!!!"

"Hahhahhaha..….. galak sekali kaya albert, anjing tetanggga"

" Kau sudah bosan hidup rupanya!!!"

" Ahhhh sudahlah... Mili aku harus bagaimana??? Aku kudu otoke????"

" Berhenti menyerocos tidak jelas!!!"

"Ahh iya iya"

" Jadi bagaimana hasil pertemuanmu dengan professor tadi??"

"Ya baik baik saja sih. Tapi dia menyuruhku menjadi pengganti nya untuk proyek penelitian nya."

" Ahhhh kau jadi asistennya begitu??"

"Molllla aku pushing"

"Jadi keputusanmu?"

" Yahhh aku bersedia. Tapii dia memberi syarat"

"Syarat apa??"

"Dia ingin aku meluluhkan mantan muridnya itu. Agar mau ikut bergabung"

"Wooooww... Itu bagus"

"Bagus ndasmu!!"

"  pikirkan baik baik, professor mempercayaimu untuk meneliti proyeknya . Ituu pekerjaan rumit Azura. Kau belum tentu bisa memecahkannya sendirian. Bukankah itu bagus jika kau mempunyai partner ,  kau bisa bertukar pendapat  dan Apabila terjadi kesalahan kan bisa saling membantu.

Dan berhentilah untuk mempersulit dirimu sendiri. Padahal dia memberimu kumudahan seharusnya jangan kau sia siakan.!!"

" Benar juga. Tapi bagaimana membuat calon partnerku terkesan nyonya??"

"Kau belum memberitahuku siapa
yang  akan menjadi partnermu?"

" Ohhh yahhh.. hmm nama Devano Rafaleon Adhitama. Dia CEO perusahaan mobilesoft global"

" APAA???"

" Yakkkk telingaku sakit bodoh, kenapa harus berteriak begitu sih"

"Kau tidak tau??"

"Maksudnya??"

"Astagaa azura, betapa beruntungnya dirimu huhuuuu aku jadi iri sungguh"

" Bisakah kau jelaskan? Dan berhentilah bertele tele."

" Heiii dia itu pengusaha muda yang tampan dan berkarisma"

" Ohh yahhh... Ku pikir dia pria tua dengan perut buncit"

" Ckckkkkk kau ini. Hei kau tau game mobile yang sedang viral itu? Perusahaan Itu yang meluncurkanya. Banyak apk dan  game  yang mereka buat. Dan semuanya laku keras dipasaran nasional bahkan sampai pasaran internasional.

"Benarkahh??kok aku tidak tau?"

"Tentu saja bodoh. Astagaa aku seperti berbicara dengan manusia purba yang baru keluar dari Goa"

"Yakkk enak saja kau bilang"

"Kau kan memang seperti Itu. Serba tertinggal Berita berita ter up to date. Aku jadi heran apa gunanya smartphone mu Itu??"?"

" Yakkk berhenti mengejek ku!!"

" Hahahahahah azura azura kau bodoh sekali hahahaha"

" Berhenti kubilang!!! Jadi bagaimana penyelesaianya?

" Hahhahhaha baiklah baiklah"

"Sebenarnya aku benci mengakui ini. Kau kan cantik. Tapi ingat kau nomor 2. Aku tetap no 1 paling cantik!"

" Yayyayya terserah.. jadi ??"

"Gunakanlah pesonamu untuk meluluhkanya dan jika perlu ambil juga hatinya. Bukankah professor Arnold akan senang jika murid kesayanganya Itu menjadi menantunya.

" Saran Gila macam apa Itu"

" Hei kaukan sudah lama menjomblo. Memangnya tidak bosan apa apa kau selalu melakukanya sendiri . Berhentilah menjadi individualisme. Kau butuh seseorang yang selalu ada untukmu."

" Kan  ada miliku sayangg"

" Hei aku tidak bisa selalu ada untukmu tau"

"Hahh aku juga ingin tapi memang belum ada yang cocok."

"Berhentilah memilih milih. Kau tidak akan mendapatkannya bodoh. Coba saja saranku Itu . Itu kesempatan langka. Ibaratkan sekali mendayung 2 3 Pulau terlampui."

****