04; Her

11 11 0
                                    

***

"aduh!"

"eh itu siapa?" ucap jena, pasrah.

"aku tidak tahu, sebentar aku cek dulu" jimin keluar dari kamar jena lalu melihatku duduk dengan kaki yang di luruskan sembari memijat mijat kakiku yang jatuh tadi.

"JUNGKOOK? kau kenapa?" tanya jimin.

"aku tadi lewat, dan tidak sengaja menginjak benda itu" jawabku sembari menunjukkan benda yang membuatku jatuh.

"jungkook oppa?" itu jena.

"i-iya jena, ini aku"

"kaki oppa kenapa? sebentar aku ambilkan obat" ucap jena, setelah itu dia masuk kamar dan keluar lagi membawa sekotak obat obatan.

"sebenarnya tidak perlu, ini hanya jatuh biasa"

"jatuh biasa dari mananya? lihat ini, sampai membiru" ah iya! aku baru menyadari kehadiran luka yang membiru itu.

"iya, terima kasih"

"tidak perlu terima kasih"

"kau ini sangat ceroboh kook"

"iya, aku tau jim"

"sudah tahu, kenapa masih saja jatuh?"

"takdir"

"tidak perlu berdebat, sudah selesai"

"terima kasih jena"

"jimin oppa, tolong bantu aku membawa jungkook oppa ke kamarnya, dia perlu istirahat" suruh jena, jimin mengangguk dan membantu ku bangun, begitu pun jena.

mereka berdua membantu ku berdiri, lalu segera membawa ku ke kamar.

"terima kasih jena, jim" mereka tersenyum, seperti pasangan serasi, rasanya ingin sekali merebut jena dari jimin.

ya jungkook! kau ini berpikir apa sih? dia itu temanmu.

"yasudah kalau gitu aku balik ke kamar ya, aku belum menghabiskan ramen ku" aku dan jimin mengangguk.

jena sudah keluar dari kamarku, dan tersisa aku dan jimin. jimin menatap ku penuh tanda tanya.

"aku ingin istirahat, keluarlah"

"tidak akan, apa kau tadi menguping pembicaraanku dengan jena, tuan jeon jungkook?"

"tidak"

"bohong"

"apa yang ku ucapkan itu benar"

"aku tidak percaya"

"kau ini! ya sudah kalau tidak percaya, aku ingin istirahat keluarlah, apa yang ku katakan benar adanya." ucapku lalu menarik selimut dan memejamkan mata, ku dengar jimin menghembuskan matanya.

"baiklah maafkan aku, selamat istirahat dan semoga cepat sembuh" ucapnya lalu keluar dan menutup pintu kamarku dengan sedikit kencang, entahlah aku tidak tahu apa jimin marah atau tidak.

THE WAY IS HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang