⚠️ WARNING 17+ ⚠️
🚫TERDAPAT KATA KATA KASAR DAN TINDAK KRIMINAL YANG BERAKIBAT FATAL, TIDAK UNTUK DITIRU🚫
JADILAH PEMBACA YANG BIJAK, BISA MEMBEDAKAN MANA YANG POSITIF DAN NEGATIF, AMBIL SISI POSITIF DARI CERITA INI DAN BUANG SISI NEGATIFNYA.
CE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______
______
16.27
Nicollette dan Samuel turun dari mobil bersamaan di ikuti oleh beberapa petugas polisi lainnya mereka langsung menghampiri kerumunan orang yang penasaran dengan penemuan mayat.
Nicollette menaikkan lengan kemejanya sebatas siku kemudian memakai sarung tangan medis begitu juga Samuel yang juga memasang sarung tangan medis di tangannya agar tidak merusak bukti ataupun jasad yang ada di TKP ( Tempat Kejadian Perkara ).
Nicollette berjongkok di hadapan jasad seorang perempuan yang sudah terlihat tak berbentuk, begitu banyak luka tusuk di tubuhnya, tengkorak kepalanya terlihat sampai remuk, kelamin perempuan itupun juga rusak parah seperti habis di pukul dengan benda tumpul, terdapat luka sobek dari perut hingga ke arah dada.
"Jantung, hati, ginjal, bahkan paru paru korban tidak di temukan, kemungkinan ini adalah kasus perdagangan organ dalam dan perempuan ini adalah salah satu korbannya " jelas seorang penyidik.
"Identitas korban?" Samuel bertanya pada penyidik untuk memastikan.
"Untuk saat ini kami masih belum bisa memastikan identitas korban, kami akan melakukan tes DNA karna wajah korban yang sudah rusak parah hingga sulit di kenali" jelas penyidik itu.
"Lakukan secepatnya, jika hasilnya sudah keluar langsung hubungi aku" ujar Nicollette angkat bicara.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu"
Samuel dan Nicollette menatap pada satu titik yang sama di mana ada beberapa wanita dan pria yang kini tengah menangis memohon pada para polisi penjaga untuk membiarkan mereka lewat.
"Katakan jika itu bukan Vio anak ku, ku mohon hiks dia bukan Vio kan hiks hiks"
Samuel dan Nicollette berjalan mendekat ke arah mereka semua "kami tidak bisa berkata jika jasad itu bukan milik anak kalian, ataupun jasad itu memang anak kalian, karna wajahnya rusak parah hingga sudah tidak dapat dikenali lagi, jadi tim forensik akan melakukan tes DNA, jika hasilnya sudah keluar aku sendiri yang akan mengabari kalian, harap bersabarlah sejenak" Nicollette berucap panjang memberikan penjelasan pada beberapa anggota keluarga yang datang.
"Sabar? Kau bilang bersabar.. KAU TIDAK MERASAKAN APA YANG KAMI RASAKAN, BAGAIMANA JIKA KAMU ADA DI POSISI KAMI APA KAMU AKAN DIAM SAJA HUH?" bentak seorang pria sembari menunjuk nunjuk wajah Nicollette.
Perkataan pria itu seolah lelucon di telinga Nicollette hingga membuat gadis itu terkekeh "aku? Di posisi kalian? Huhh.. aku sudah pernah merasakannya bahkan lebih menyakitkan dari yang kalian rasakan saat ini... Setidaknya saat ini kalian masih memiliki harapan dari para petugas, kalian masih bisa mengandalkan mereka sedangkan aku hanya bisa berharap pada keajaiban saat itu, namun tidak ada! satu keajaiban pun tidak pernah terjadi pada hari itu, aku kehilangan seluruh keluarga ku tepat pada hari ulang tahunku, aku berteriak pada polisi jika orang tuaku mati karna di bunuh namun tak ada seorang pun yang peduli bahkan mereka berkata jika aku bukan anak dari kedua orang tuaku.." jeda sejenak.
"Aku masih bisa bersabar hingga saat ini, kalian masih punya harapan belum tentu jasad itu adalah anak kalian.. kalian harusnya membantu penyelidikan bukan memojokkan para polisi dan mempersulit pekerjaan mereka" lanjut Nicollette menjelaskan tanpa sedikitpun meninggikan suaranya.
"Bagaimana jika dia adalah salah satu dari keluarga kami?" Seorang wanita bertanya dengan mata sembabnya.
"Maka aku akan menyeret pelakunya ke hadapan kalian dan memberikan hukuman paling berat dari yang pernah ada" balas Nicollette dengan yakin.
"Kalian harus percaya, kami tidak akan lepas tangan begitu saja" ujar Samuel ikut menyuarakan isi pikirannya.
"Sekarang pulanglah, tak ada gunanya tetap diam di sini" ujar Nicollette sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka semua.
_____
_____
22.08
Suara detak jarum jam di dinding menjadi pengisi suara satu satunya yang ada di ruangan bernuansa hitam-abu itu.
Hening. Tanpa ada sedikitpun pergerakan terlihat seorang perempuan sedang berkutat dengan laptop di hadapannya tak begitu peduli dengan rasa kantuk yang mulai menyerang nya.
Seolah itu bukan apa apa, seolah apa yang ia kerjakan sekarang jauh lebih penting dari kesehatannya yang mungkin akan terancam.
Dia Diana, si perempuan berwajah imut yang sedang sibuk bekerja agar besok dia bisa langsung menyerahkan hasil laporannya pada Nicollette juga supaya dia masih punya waktu untuk memeriksa laporannya sebelum di berikan.
"Semua datanya tersembunyi, aku tidak bisa membukanya tanpa password" ucap Diana pada seseorang yang tersambung melalui ponselnya.
"Apakah kau tidak bisa meretasnya atau membobol keamanan data itu?" Pertanyaan itu terdengar dari ponselnya.
"Sulit, data ini mempunyai tingkat keamanan yang sangat tinggi sangat sulit untuk ku meretasnya Jeon" jawab Diana dengan nada suara yang terdengar frustasi.
"Dan juga data itu memiliki virus yang secara otomatis akan menghancurkan semua data yang ada di komputer milik ku jika aku tetap berusaha memaksa membobol keamanan data itu" lanjut Diana.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Lagi Jeon bertanya.
"Besok akan kita bicarakan semua ini dengan Nicollette dan Samuel, kepala ku sudah sakit karna dari siang hanya menatap layar komputer" keluh Diana.
"Baiklah, sebaiknya sekarang kau beristirahat biar besok saja kita cari jalan keluarnya bersama yang lain" usul Jeon yang di setujui oleh Diana.
Panggilan pun berakhir, Diana akhirnya beranjak dari meja tempatnya bekerja kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar menyegarkan tubuhnya.
Setelah selesai ia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan rambut yang masih basah.
"Dari mana Nicollette tau jika pria itu adalah pelakunya?"
______
______
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.