Menghapuskan Jarak

1.1K 131 25
                                    

.
.
.
.
.

Shiki memarkirkan mobilnya di rest area yang agak jauh dari kuil dan meminta izin untuk ke kamar kecil. Kesempatan ini tak dilewatkan Suguru untuk memandangi wajah tidur tak berdosa pria di pangkuannya. Walau hanya mengusap pipi serta surai platinanya, Suguru sudah merasa puas untuk saat ini. Alangkah indah jika waktu berhenti sekarang.

Namun, misi tetap harus dijalankan. Ryomen Sukuna adalah entitas yang berbahaya.

Suguru sedikit merundukkan wajahnya. "Satoru.." bisiknya halus di telinga pemilik 6th eyes itu, "Kalau nggak bangun, kuserang, lho."

"Hngh..." Satoru mengusir suara bisikan itu dengan sebelah tangannya sebelum kembali tertidur, "5 me... nit..."

Tangan kanan Suguru menyingkap rambut yang menutupi dahi Satoru, ia mendaratkan sebuah kecupan di dahi, berharap sang empu tidak sadar akan kelakuan dirinya. Sudah lama Suguru memendam perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Namun orang ini tampaknya tidak sadar juga, "Satoru," panggil surai hitam itu sebelum tersenyum tipis, "Bangun, dasar bocah," tangannya yang sedari tadi menahan surai platinanya menjentikkan jari agak keras ke dahi pria di pangkuannya hingga sukses membuat Satoru terbangun.

Pria bersurai platina itu mengaduh dan refleks bangkit dari posisinya, "Ngapain, sih! Sakit tahu, poni ane—" ucapannya terhenti karena wajah pria bermanik biru dan bibir pria bersurai hitam itu hanya terpisah beberapa cm. Ia bisa melihat dengan jelas manik hitam itu terbelalak kaget dan wajah Satoru refleks memerah tanda malu.

Jemari pria bersurai hitam itu diarahkan ke pipi pria dihadapannya dan membelainya lembut. Ingin rasanya detik itu Suguru mengecap bibir ranum di hadapannya, kalau saja Shiki tidak tiba-tiba membuka pintu mobil dan meminta maaf karena membuat Suguru menunggu agak lama.

Satoru langsung membenahi posisinya disamping Suguru dan wajahnya ia benamkan dibelakang headrest kursi pengemudi. Masih mencerna apa yang barusan terjadi dan kenapa ia tertidur di pangkuan Suguru.

Tak dipungkiri jantungnya berdetak kencang, ia memikirkan apa yang akan terjadi kalau Suguru benar benar menghapuskan jarak diantara keduanya. Manik biru itu mencuri pandang ke arah Suguru, selagi kawannya bercakap dengan Shiki tentang informasi wadah Sukuna, sekilas ia melihat ujung telinga Suguru memerah.

"Suguru, apa dia juga..."

Sadar dirinya sedang diperhatikan, Suguru memutuskan untuk menyudahi percakapannya, "Maaf, Shiki, bisa tinggalkan kami sebentar?" ujar Suguru tiba-tiba. Shiki mengangguk dan segera meninggalkan mobil tanpa bertanya apapun.

Suguru menepuk dahinya dan menghela nafas panjang. Manik hitamnya mengerenyit melihat Satoru diambang antara sadar dan tidak, yang ia tahu hanyalah wajahnya masih semerah strawberry. Pria itu berdecak, mencoba menghapus hawa nafsu yang nyaris terkuak keberadaannya,  "Yang tadi... maaf,"

Mata Satoru terbelalak, maaf? Kenapa Suguru meminta maaf kepadanya?

Pikirannya kembali kepada bunga mimpi yang ia lihat sebelumnya, dimana ia melihat 2 sosok yang ia kenal sedang menyesap rokok dan bercengkrama dibalkon.

Suguru dan Shoko.

Dua nama itu yang terus berputar dalam pikiran Satoru. Satu sisi ia ingin menyerah, namun di satu sisi ia tidak bisa menahan gemuruh di dada.

Sakit.

Penerus klan Gojo menggigit bibir bawahnya, menahan amarah dan rasa kecewa yang ingin ia tumpahkan ke pria bermanik hitam, "O-oh, a-aku juga, sori.." ujar Satoru, mencoba tak perduli.

Tanpa ia sadari, matanya memburam, pandangannya tak lagi fokus. Sebulir air jatuh ke pipi dari ujung mata langitnya, meninggalkan jejak basah disana.

"L-lho? K-kenapa..."

Satoru mencoba menahan bulir air itu supaya tak lagi mengalir, namun tampaknya tak berhasil.

Pria bersurai hitam disampingnya kaget melihat pemandangan seorang Gojo Satoru menangis. Suguru bukan diam tanda tak perduli, justru otaknya sedang berfikir kenapa pria bersurai platina yang tidak sedang mabuk bisa pecah tangisnya seperti sekarang.

Padahal maksud hati ia meminta maaf karena merasa Satoru tidak akan suka dan terganggu dengan sentuhan jemarinya. Ia pun mengira Satoru akan membalas permintaan maaf itu dengan cacian dan minimal sebuah kepalan tangan mendarat di wajah Suguru. Namun, tidak.

Ia menangis.

Apakah ini tanda bahwa Satoru juga menginginkannya?

Apakah permintaan maaf barusan diterjemahkan dalam artian lain?

Bolehkah ia berharap walau sedikit?

'Apapun yang akan terjadi, terjadilah. Persetan,'

Dalam sepersekian detik, tangan kiri Satoru ditarik olehnya, membawa pria yang berusaha menghentikan tangisnya itu ke dalam dekapan Suguru. Ia melepas kacamata hitam yang dipakai Satoru, tangan kanannya mengusap air mata yang ingin jatuh di pipi, lalu menarik dagu pemiliknya, menyentuh belah bibir ranum itu dengan bibirnya.

Satoru terperajat kaget. Namun, ia tidak menolaknya. Ia menginginkannya. Tengkuk Satoru diarahkan untuk kecupan yang lebih dalam. Suara desahan tak hayal keluar dari bibir Satoru, membuat lawannya memantapkan diri untuk melanjutkan permainan. Surai platina itu menurut, mengikuti permainan lidah pria bersurai hitam. Satoru terlena dengan ciuman Suguru yang romantis, walau harus ia akui kalau agak kasar karena yang memimpin tampaknya kurang pengalaman.

Satoru melepas ciuman itu untuk mengambil nafas. Manik biru itu tidak berani menatap manik hitam Suguru, aah, betapa pria bersurai hitam itu menyukai pemandangan yang ia lihat sekarang. Jemarinya didaratkan di dagu, ibu jari Suguru mengusap bercak saliva di bibir ranum pria bermata biru itu, "Kalau yang ini, aku nggak akan minta maaf, Satoru,"

Suguru menyunggingkan senyuman yang cukup untuk membuat jantung Satoru berdetak tak karuan. Wajahnya panas, rasa ingin mengubur dirinya sendiri bercampur dengan rasa senang yang tak terukur membuatnya salah tingkah.

"Kalau mau lagi, tunggu sampai misi selesai," Suguru mengecup pipi Satoru singkat sebelum merapikan surai platina yang berantakan dengan jemarinya

"Suguru, kau—! Dasar bejat!" umpatnya tak jujur sembari menepis tangan Suguru dan lari keluar dari mobil. Meninggalkan Suguru yang tertawa disana dan Shiki yang kebingungan melihat Satoru berlari menjauh.
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
Special update karena TANGANKU GEMETAR NULISNYA. Aaah, momen SuguSato ini minta digambar tapi Akoeh Tak Bisa Gambar 🌚 Yang jago gambar silakan lho dibikin Fanartnya www /ngarep/
.
See you on next chap~

[SuguSato] Strawberry And CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang