Agape Dan Eros

1.1K 137 25
                                    

.
.
.
.
.

Malam hari ini cukup dingin dan sunyi. Tak banyak orang yang melakukan kegiatan jam 1 pagi di pinggiran kota Tokyo. Sesekali bahkan dapat terdengar suara lolongan anjing liar di kejauhan.

Pria bersurai hitam menyesap rokoknya dari balkon asrama, melamun memandangi bintang yang berkelip diatas sana. Indah, begitu pikirnya. Asap yang ia hembuskan terbawa angin dingin yang menerpa, tubuhnya bergidik, menyesal karena tak memakai sweater yang lebih tebal. Tiba-tiba sebuah jaket berwarna cokelat gelap tersampir di bahu seolah tahu apa yang dibutuhkannya sekarang.

"Makasih, Shoko," ujarnya sambil menawarkan sebatang rokok untuk wanita berambut bob itu, ia mengambilnya tanpa ragu, "Satoru sudah tidur?"

Shoko mengangguk, jemarinya menyalakan pemantik berwarna merah, "Sudah lewat jam tidur anak kecil, kan?" Pandangannya ia arahkan ke pria bersurai platina yang sudah bertandang ke alam mimpi di kasur milik Suguru. Empunya kasur hanya tertawa kecil, memikirkan dimana ia akan tidur nantinya.

"Jadi, mau curhat apa?" Shoko langsung membuka pembicaraan tanpa ragu. Ini adalah tahun kedua ia bersama dengan Satoru dan Suguru. Wajarlah kalau ia paham gerak gerik mereka dalam sekali pandang. Seperti kali ini, jika Suguru sengaja berlama-lama menyesap nikotin, pasti ada hal yang mengganjal di pikirannya.

"Waah, aku nggak bisa menyembunyikan apapun darimu, ya," Pria bermanik hitam itu tertawa, lalu menghela nafas panjang, "Shoko, pernahkah kau jatuh cinta?"

Shoko terbatuk mendengar pertanyaan Suguru, "Kaget aku, ternyata kau bisa jatuh cinta juga?" Ia menutup pintu pada balkon karena agaknya cerita Suguru akan memancing perseteruan kalau kalau pria yang sedang tertidur pulas itu mendengar curhatan Suguru.

"Jahat sekali," gerutu Suguru sambil terkekeh. Tangannya memanggil Shoko supaya mendekat kepadanya, ia menyampirkan jaket cokelat tadi pada wanita itu.

"Mungkin aku nggak bisa bantu banyak, tapi setidaknya aku bisa jadi pendengar yang baik," ujar Shoko sembari memposisikan dirinya disamping Suguru. Tangannya menjentikkan abu rokok ke asbak besi yang Suguru bawa.

Suguru tersenyum, sejujurnya Shoko adalah orang yang tepat untuk diajak bertukar pikiran kali ini. Pria bermanik hitam itu menarik nafas sebelum memulai percakapannya, memantapkan hati mungkin kalimat yang tepat.

"Aku... menyukai seseorang yang bukan ditakdirkan untukku. Bahkan mungkin dia tidak sadar kalau aku menaruh hati padanya. Awalnya kupikir perasaan ini hanyalah kekaguman, sebatas Phileo. Kenyataannya, aku tidak bisa membohongi diriku kalau aku mencintainya.

Kuakui aku tidak sepadan dengannya. Aku ini menjijikkan, Shoko. Manusia pemakan gumpalan kutukan yang rasanya seperti muntahan di kain pel. Bahkan aku... mungkin sudah tidak bisa disebut manusia. Menjijikkan,"

Shoko menaruh kepalanya di bahu Suguru, seolah berkata untuk jangan membenci dirinya. Pria yang sedang berkalut itu tersadar, "Maaf, aku.."

"Keluarkan saja semuanya, Suguru,"

Suguru mengangguk, ia melanjutkan ceritanya. Mulai dari bagaimana ia bertemu dengan cinta pertamanya, gerak geriknya yang kadang membuat Suguru kesal, namun ia tak dapat membencinya hingga membahas semua kekonyolan dari sosok itu.

"Aku ini lelaki egois yang ingin memiliki dia seutuhnya. Ya, hanya milikku seorang,"

Ungkapan tak biasa itu membuat Shoko bergidik geli. Ya, tapi namanya saja sudah jatuh cinta, hal bodoh pun akan terdengar romantis.

Shoko membalikkan badannya, menyender ke balkon sambil melihat ke arah pria yang masih terlelap di dalam kamar dari balik pintu kaca, "Kalau kau egois, kenapa tidak coba tembak saja si Satoru? Aku yakin dia punya perasaan padamu, kok,"

"Hahaha, nggak mungkin, sih. Dia hanya melihatku... Sebentar, kok tiba-tiba bawa nama Satoru?"

Wanita itu mengerenyitkan dahi, ia memijitnya beberapa kali sebelum mematikan rokok yang ia pegang ke asbak disampingnya, "Justru aku yang harusnya kaget kalau tidak tahu, Sug," tangannya dibawa bersedekap, "Satoru melihatmu lebih dari sahabat. Tapi, mungkin kau tidak sadar karena terlalu dekat,"

Pria itu diam sambil menatap wajah Shoko, "Kau nggak sedang bercanda, kan?" tanyanya serius.

"Sayangnya nggak. Sudah kubilang, kau saja yang tidak sadar. Satoru itu ada rasa untukmu, bodoh. Kemanapun kau pergi, dia selalu mencari sosokmu. Aku tahu karena akupun sama—," Shoko menghentikan ucapannya, dalam dia ia mengutuk dirinya sendiri karena terbawa suasana. Shoko sudah berjanji dengan dirinya sendiri, perasaan itu tidak boleh ia curahkan.

Suguru menatapnya bingung, "Sama?"

Shoko tidak langsung menyahut, ia mengambil kotak rokok bertuliskan Camel dari saku celana, namun naas rokoknya habis. Sebelum sempat Suguru menawarkan rokoknya lagi, wanita dengan surai cokelat gelap itu bertanya, "Hei, kau tahu konsep agape?"

"Iya, kenapa memang?"

"Itu jawabanku untuk pertanyaanmu tadi," ujarnya pelan, ia tersenyum menatap Geto Suguru, sosok yang ia sayang melebihi seorang sahabat. Butuh sepersekian detik untuk seorang pria seperti Suguru menyadari maksud dari ucapan wanita di depannya. Sebelum ia sempat berucap, Shoko memotongnya, "Go get him, I'll cheers for you,"

"Shoko..." Pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Should I say thanks instead of sorry?"

Shoko melemparkan sunggingan jahil pada Suguru. Tak satupun garis kekecewaan yang timbul pada paras wajahnya. Ia mengucapkan selamat malam sebelum beranjak meninggalkan pria bersurai hitam itu sendiri di balkon. Manik hitam Suguru kembali menatap langit, kali ini dia yang menyunggingkan senyuman, sesekali terkekeh kecil.

Agape.

Sebuah cinta yang tidak mengharapkan balasan. Cinta tanpa syarat. Cinta yang tak egois.

Ia berharap bisa seperti Shoko, namun
itu tidak mungkin terjadi. Perasaan miliknyapun bukan Phileo, melainkan Eros.
.
.
.
To be continue
.
.
.
Eaaa, kali ini SuguSato-nya gaada🚪🏃🏻‍♀️💨
Apa ya, salah satu titik balik SuguSato menurutku disini sih. Jadi, mau ga mau harus kumasukin. Maaf banget buat yang berharap SuguSato di chap ini🥲
Tunggu di chap depan ya🙏🏼
Ngomong2, Phileo itu kasih sayang antar sahabat. Sementara Eros itu kasih asmara. Bukan judul lagunya Yuri On Ice ya 😂✨👌🏼

Thank you for reading💕

[SuguSato] Strawberry And CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang