Prolog 1 & Trailer (Sean)

393 59 18
                                    

"Hm, What's up?" Nada bicaranya datar serta alisnya menukik tajam saat rungunya mulai mendengar omelan seseorang dari sambungan telponnya.

"I know" ucapnya sambil memandang area perkotaan dari balik jendela apartemennya.

"I'll finish it soon, so don't worry" Ia memutuskan sambungan telponnya secara sepihak.

"Orang-orang itu, selalu saja tidak sabaran. Memangnya itu semudah membuang tinja ke dalam kloset, huh?"

Ia beranjak duduk ke sofa, kedua kakinya menyilang seraya memandang wajah incarannya yang sedang berpidato ria di layar televisi. Sudut bibirnya terangkat ke atas. "Sudah tua bangka, masih saja tidak tahu diri" Gumamnya dalam logat Korea Selatan.

Tak lama kemudian, salah satu anak buahnya datang.

"Kamu sudah menemukannya, Steve?" tanyanya.

Yang diajak bicara pun menunduk takut, "Saya hanya menemukan anak buah mereka di sekitar pusat kota, bos. Tetapi saya tidak tahu pasti dimana pria tua itu berada"

Ia berdiri sembari memutari tubuh Steve. Tangan kanannya tak henti-hentinya untuk mengayun-ayunkan Pocket Watch antik miliknya.

"Hei! Kenapa kamu terus menunduk ke bawah? Apakah aku terlihat sedang memarahimu, Steve?"

"Maafkan saya bos, tolong ampuni saya. Saya berjanji akan segera menemukannya"

Ia mengeluarkan sebuah pelatuk dari saku celananya. Terdengar bunyi 'krek' saat jari-jari tangannya memasukkan peluru di dalamnya.

Steve, anak buahnya itu langsung bersujud tepat dibawah kakinya. Kedua matanya sudah berkaca-kaca seraya memohon ampun untuk diampuni.

"Tolong maafkan saya!!!" teriak Steve di bawah kakinya.

"Berdirilah Steve! Aku akan mengatasinya sendiri. Lagipula pelatuk ini bukan untukmu, aku hanya sekedar ingin mengeceknya saja, aish kau ini!"

Pria itu memutar bola matanya dengan malas, ia membantu Steve untuk berdiri. Lalu kemudian menepuk kedua bahu salah satu anak buahnya itu.

"Jangan merasa bersalah seperti itu, Steve. Aku memaafkanmu. Kamu sudah seperti saudara kandungku sendiri"

Steve tersenyum lebar dan mengangguk,
"Terimakasih, banyak bos"

Sean mengangguk, lalu ia berjalan mondar mandir di depan Steve.

"Dia kabur sejak tadi pagi, dan dinyatakan pergi dari mansion-nya sekitar jam 4 pagi, sedangkan kau menemukan anak buahnya berkeliaran di sekitar pusat kota. ia pasti sudah kembali lagi ke mansion miliknya, karena ia pelupa, maka surat tanahnya tertinggal. Bingo! Aku sangat yakin akan hal itu!" Gumamnya dalam bahasa Korea.

Sedangkan Steve hanya bisa memandang bingung bos-nya, tanpa tahu apa yang sedang dibicarakan oleh pria itu.

"Steve, aku punya pekerjaan spesial untukmu dan ini pasti akan seru. Ikut aku"

Ia menyimpan pelatuknya kembali di balik saku kemeja, lalu melangkah keluar bersama Steve dengan seringaian tipisnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OH LOUVAINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang