2. The nice drama

215 42 25
                                    

Tak perlu merepotkan diri sendiri, karena manusia sudah diciptakan dengan dramanya masing-masing.
— Louvaino

•> •> •> <• <• <•

"Sekarang katakan padaku, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Steve?" Sean menatap serius wajah Steve yang ada di hadapannya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain sesekali Sean melirik orang yang telah disandera-nya di ujung sana.

"Sudah kubilang, aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Aku hanya tak sengaja lewat apartemen-mu. Dan aku melihat ada beberapa orang yang mencurigakan masuk. Aku ingin mengejar dan memergoki mereka, namun aku lupa membawa handphone dan senjata.

—Kupikir kamu masih tidur, dan aku hendak memberitahumu. Tapi kelihatannya mereka penjahat profesional, dan itu sangat berbahaya bagiku jika aku lewat jalan yang semestinya. Jadi aku putuskan untuk memanjat dinding apartemen-mu. Tetapi aku terlambat, kamu sudah lebih dulu bertindak cepat daripada aku" jelas Steve panjang lebar.

Sean mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kudengar tadi kamu berteriak padaku menggunakan Bahasa Korea Selatan. Sebenarnya, siapa dirimu?"

"Aku hanya spontan mengucapkannya. Karena aku sering melihat drama-drama dari negaramu, maka dari itu, aku mulai terbiasa mengucapkan bahasamu"

"Benarkah?" Sean bertanya lagi. Kedua tangannya bersedekap di dadanya. Bahkan satu alisnya pun ikut naik, menuntut penjelasan dari Steve.

Steve mengusap wajahnya dengan gusar, ia terlihat agak frustasi.

"Apa aku terlihat berbohong? Tentu apa yang kukatakan itu benar"

"Tumben kamu tidak memanggilku dengan sebutan bos?" Kali ini Sean terkekeh pelan melihat wajah Steve yang sudah merah padam karenanya.

"Maafkan saya, bos" Steve menunduk.

"Aku hanya bercanda" Sean menepuk-nepuk bahu Steve.

Dalam hati Steve sangat acakadul akibat ulah Sean yang mengerjainya. Jika Sean bukan atasannya, maka Steve akan membuang Sean ke dalam Palung Mariana. Jika itu mungkin. Nyatanya Steve tidak berani melakukannya. Sejujurnya ialah yang harus takut jika Sean marah besar padanya, lalu membuangnya ke laut lepas berisikan hiu-hiu besar yang siap menyantapnya kapan saja.

Membayangkannya saja sudah mengerikan, apalagi jika hal itu benar-benar terjadi. Steve benar-benar akan mati.

Sean mengalihkan pandangannya kembali ke arah orang yang sudah di sandera-nya tadi. "Urusi dia, mulutku serasa berbusa menanyai orang bisu macam dirinya. Buatlah dia berbicara, aku akan membuat kopi dulu"

Steve mengangguk patuh, "Baik, bos" Ia bisa bernafas lega saat Sean tidak menginterogasi dirinya dengan berbagai macam pertanyaan lainnya.

Sean pergi ke dapur, sedangkan Steve berjalan menuju sudut apartemen Sean.

Ia membuka solasi yang menutup rapat mulut orang itu. Namun, Steve membiarkan penutup matanya untuk tetap tertutup, tanpa berniat membukanya.

"Siapa yang menyuruhmu?" Steve memulai pembicaraan.

"Kupikir aku tidak perlu mengatakannya karena kamu sudah tahu" ujar orang itu dengan sinis.

OH LOUVAINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang