3. Do you hear the BOOM!

183 39 43
                                    

"Hidup manusia memang tak jauh-jauh dari ketamakan. Kekayaan yang banyak tidak bisa menjamin hidupmu akan selalu bahagia. Bahkan uang triliunan pun tidak bisa membayar semua cinta yang kau dapat dari orang-orang yang menyayangimu."

- Louvaino

•> •> •> <• <• <•

"Ada apa Lisa-ya?" Sean bertanya.

Lisa, gadis itu menghubungi Sean begitu dirinya sedang dalam perjalanan pulang dari mansion Alvin. Begitu melihat nomor sang gadis terpampang jelas di layar ponselnya, Sean langsung mengangkatnya tanpa banyak bicara. Lalu, ia memasang airpod miliknya di telinga kiri.

"Kau tidak merindukanku?"

"Aku merindukanmu" Sean menghembuskan napasnya dengan kasar, sebelum menjawab pertanyaan Lisa dengan singkat.

Sean tidak begitu menyukai sifat manja Lisa. Hanya saja Sean terlalu malas jika harus berdebat dengan Lisa. Gadis itu pasti kembali mengomel saat menelpon dan kupingnya akan terasa panas saat mendengarnya.

"Tumben sekali" Lisa terkikik.

Wanita memang selalu saja benar, dan lelaki selalu salah, bukan? Sean hanya tak mengerti jalan pikir seorang wanita. Jika Sean mengatakan dia tidak merindukan Lisa, maka gadis itu akan marah padanya. Sean akui, Lisa telah merebut semua pikiran Sean. Bahkan setiap kali Sean akan menjalankan tugasnya, bayang-bayang Lisa yang mengomeli dirinya selalu menghantuinya.

Gadis itu memang melarang Sean untuk membunuh. Lisa pikir, jika ada hukum, maka Sean tak perlu bersusah payah untuk mengotori tangannya dengan darah para keparat negeri.

Perlu diketahui bahwa Sean tidak sepenuhnya percaya pada hukum yang berlaku. Uang? Bahkan hukum pun sekarang bisa dibeli dengan uang. Bukankah itu sama saja hukum tidak akan bisa membuat para keparat-keparat itu jera?

Sean tidak peduli jika tindakan yang dilakukannya ilegal. Toh, nyatanya mereka juga melakukan hal yang sama dengan cara membeli hukum.

Tentang Lisa yang selalu memenuhi pikirannya, Sean tidak mengerti. Selama ini Sean hanya menganggap Lisa adiknya. Saat mendengar gadis itu berbicara, Sean tidak merasa benar-benar merindukannya. Sean tak mengerti mengapa hatinya masih tertutup sampai saat ini. Bahkan Lisa yang kini sudah menjadi tunangan-nya pun, belum mampu membuatnya jatuh hati.

Hey! Sean masih pria normal. Ia bahkan tak jarang meneguk ludahnya sendiri saat melihat wanita-wanita seksi bak gitar Spanyol di bar. Untung saja Sean masih memiliki akal yang sehat saat wanita-wanita itu menggodanya untuk melakukan one night stand bersama.

Sean pun tak segan-segan untuk menolaknya dan beralasan 'Kamu terlalu murah untuk aku gagahi. Dan Aku tidak ingin barang bekas' ia berkata dengan angkuhnya. Saat itu pula wanita-wanita itu pergi dengan rasa malu dan tak berani menggoda Sean lagi.

"Sean, kau masih disana?"

"Ya, aku sedang menyetir sekarang"

"Kau membunuh lagi, kan?"

Sean menghentikan laju mobilnya di tepian jalan, menatap tajam jalanan lurus yang ada disana. Seakan-akan mereka adalah objek yang membuat Sean mulai naik pitam

"Darimana kau tahu? Kau tidak sedang memata-mataiku, bukan?"

"Sudah kubilang jangan pernah membunuh lagi, kau tidak mendengarkanku? Dan satu lagi, kau tidak perlu tahu, darimana aku mengetahuinya. Nyatanya, aku tahu segalanya tentangmu, Tuan Oh"

OH LOUVAINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang