Chapter 5: A Flowery 'Date'

297 46 1
                                    

Hari ini, Bright terbangun lebih dulu dari orang-orang di rumah ini.
Mike yang hendak menuju dapur mendapatinya sedang bersiap-siap memakai sepatu dengan setelan yang lebih rapi dari biasanya.

“Hei, tumben sekali kau bangun sangat pagi. Ada kencan?” tanya Mike.

“Hm…iya? Bisa dibilang begitu,”Bright terkekeh mendengar kata kencan.

“Astaga, Bright! Dan kau tidak memberitahuku apa-apa? Siapa orang beruntung itu?”

Mike takjub namun sedikit kesal karena Bright menyimpan hal sepenting ini diam-diam.
Berteman dengan Bright cukup lama hingga Mike tahu, Bright tidak pernah menjalin hubungan romansa sebelumnya.
Jika ada orang yang akhirnya dapat menggerakkan hatinya, tentulah merupakan hal yang luar biasa.

“Nanti aku kenalkan. Dan sebenarnya kami tidak sedang kencan, hanya pergi makan dan mungkin berjalan-jalan sebentar.”

Bright tuntas mengikat tali sepatu. Saatnya pergi.

“Ya ya, semoga berhasil!” Ucap Mike tulus, diiringi dengan anggukan Bright, sesaat sebelum menutup pintu rumah itu.
___________________________________________

Kini Bright telah sampai di depan rumah Meta. Menunggu sang tuan rumah bersiap. Ia sedikit gugup. Pertemuan tempo hari mengantarkannya pada rentetan percakapan dengan Meta di aplikasi pengirim pesannya. Sampai tibalah waktunya mereka bertemu lagi, bukan dengan kebetulan, namun dengan janji yang telah disepakati di hari ini.

Tak lama Meta pun keluar, disusul dengan Nana di belakangnya.

“Bright, jangan terlalu banyak berjalan, seringlah istirahat karena dia sungkan mengaku lelah sebelum hampir jatuh pingsan,”pesan Nana kepada Bright.

Bright pun mengangguk mantap.
Di sisi lain, Meta hanya memutar bola matanya. Kesal diperlakukan seperti anak kecil walaupun ia tidak bisa membantah, yang dikatakan Nana memang benar.

“Terima kasih, Chiba. Kami berangkat dulu,” ucap Bright sembari mengajak Meta berjalan.

Agenda ‘kencan’ tersebut berjalan dengan baik.

Sebenarnya Bright belum menganggap ini adalah sebuah kencan. Begitu pula Meta, yang diam-diam sebenarnya juga menantikan hari ini tiba.
Saat ini mereka telah selesai makan di sebuah warung ramen yang tidak terlalu ramai. Sebenarnya terlalu pagi untuk disebut makan siang. Namun keduanya sama-sama lapar dan memutuskan untuk makan sebelum beranjak ke tempat lain. Lagipula, mereka tidak ingin terburu-buru hari ini.

Sepanjang acara makan mereka berbincang dengan sangat seru. Tidak ada yang berubah dari malam festival itu, semuanya terasa sama dekatnya, sama hangatnya.
Bright bercerita mengenai studinya di Jepang, dan Meta dengan kegiatannya membantu orang tuanya di kedai es krim miliknya.

“Kau hebat sekali, Bright. Merantau ke negeri orang dan harus belajar bahasa baru. Bahasa Jepangmu sangat bagus. Kalau bukan karena namamu yg asing, mungkin aku sudah menduga kau orang Jepang.”

“Tidak, sungguh. Lihatlah dirimu,”tukas Bright mengingatkan kembali pada cerita Meta tentang pekerjaannya di Souri, kedai es krim milik orangtuanya.
Tugas Meta adalah menciptakan rasa baru untuk setiap musim, yang mana selalu berakhir menjadi menu paling banyak dibeli oleh pelanggan.
Usia Meta sekarang dua puluh tahun, terpaut dua tahun lebih muda dari Bright.
Dari kecil ia mengenyam pendidikan homeschooling dan segera lanjut membantu orangtuanya mengurus kedai es krim.
Ia belum ingin berkuliah, namun kalau ada kesempatan Meta ingin belajar menjadi confectioner, seorang ahli makanan manis.

Perbincangan mereka terus mengalir bahkan setelah keluar dari restoran itu.
Mereka berjalan bersisian, menyusuri jalanan penuh dengan toko-toko kecil aneka rupa. Melihat-lihat aneka dagangan yang menarik.
Hingga sepasang mata Bright tertuju pada toko bunga potong.

“Meta, apakah kau alergi serbuk bunga?” tanya Bright.

“Tidak, kenapa?”

“Bagus. Tunggu di sini,”Bright menuju toko bunga tersebut, terlihat berbincang sesaat dengan sang florist sebelum kemudian kembali lagi, membawa buket hydrangea dan lavender ke arah Meta.

Meta berusaha fokus menatap ke arah Bright yang mendekat, kemudian memproses benda yang berada di tangan Bright itu.

“Meta, terakhir kau bilang menyukai suara kembang api. Sedih sekali kalau hanya menikmatinya setahun sekali,”ucap Bright sungguh-sungguh.

“...Lalu?”Meta masih memiringkan kepalanya, berusaha mencerna sendiri maksud Bright.

“Bunga yang ini juga cantik walaupun tidak bersuara.  Ia juga bisa cantik dan menyenangkan, bahkan tanpa dipandang, karena ia....”

“... cantik...dengan  harumnya.”

Meta menyambung lirih, wangi lembut hydrangea dan lavender merasuk rongga napasnya seiring dengan berpindahnya rangkaian bunga itu dari tangan Bright menuju pelukannya.

Meta benar-benar tidak menyangka bahwa Bright begitu impulsif, namun terencana di saat bersamaan.
Haru tak bisa ia sembunyikan tatkala merasa ada orang lain mengingat perkataannya dengan sangat baik, di saat ia sama sekali tak menaruh harap dipedulikan sedemikian rupa.

Meta telah tumbuh bersama kondisinya bertahun-tahun lamanya. Sebenarnya ia juga tidak pernah dikucilkan dengan keadaan ini, mungkin juga karena ia hampir tak pernah terekspos dunia luar. Namun karenanya juga ia tidak memiliki banyak teman, pun bertemu dengan macam-macam orang.
Nana adalah orang terdekat selain keluarganya yang dapat membuatnya merasa aman. Meta berpikir, tujuan hidupnya adalah tetap baik-baik saja demi orang-orang  yang telah melindunginya hingga sebesar ini.

Sebenarnya ia pun tak pernah dikekang, hanya saja ia mawas diri untuk tidak mendekati bahaya, maupun hal-hal di luar kuasanya.

Namun di kali pertama perpotongan garis takdirnya dengan Bright, ada letupan-letupan asing yang menjamah hatinya seiring dengan ledakan kembang api di hari itu. Tanpa permisi, tanpa aba-aba. Semua hadir dan mengalir begitu saja. 

Membuatnya bahagia hingga takut.

“...Meta? Apakah kau sudah kelelahan?”
Nada khawatir Bright menyeruak masuk ke dalam lamunan Meta.

Menyadarkannya bahwa mereka masih ada di kawasan pertokoan kecil itu.

“Aku belum lelah, tapi mari pulang sebelum gelap. Pandanganku semakin terbatas pada malam hari,”ujar Meta yang disetujui oleh Bright.

Hana, Hanabi  [BRIGHTWIN] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang