[Oneshot] Pandora's Box

312 31 5
                                    

Suasana wisuda kelulusan SMA siang itu nampak ramai oleh ratusan wisudawan berlalu lalang di lahan luas halaman balairung itu.

Prosesi wisuda telah usai. Saat ini, para wisudawan tengah sibuk berfoto bersama sanak famili dan juga teman-teman dekatnya.

Di tengah hiruk pikuk, Metawin berdiri seorang diri dengan pikiran berkecamuk.

Bulir keringat menetes dari pelipisnya.

Bukan hanya karena matahari yang mulai meninggi dan pakaian toga yang membuatnya cukup gerah, namun juga sedang menghitung mundur keputusannya saat ini.

Untuk membuat sebuah pengakuan.

Tangan kanan Metawin merogoh saku celananya, memastikan benda di dalamnya tidak hilang.

Sebuah gelang temali sederhana berwarna eboni. Terdapat sebuah bandul dari pick gitar yang terbelah setengah.

Sedangkan yang sebelah lagi telah menjadi bandul untuk gelang senada yang lebih dulu melingkar di pergelangan tangan kiri Metawin.

Hiasan yang tidak umum, namun uniknya, tidak terlihat aneh juga.

Sepasang manik Metawin tidak lepas dari sesosok wisudawan yang berdiri di seberangnya, tampak sibuk melihat ponselnya.

Satu-satunya pemuda yang berhasil menelisik hati Metawin selama tiga tahun masa sekolahnya.

Bright Vachirawit.

Sang idola sekolah, punggawa ekskul musik dan langganan juara festival band.

Sebuah anomali di hidup Metawin yang rasanya datar-datar saja sebelumnya.

Berawal dari tugas kesenian musik kelas sepuluh yang mengharuskan Metawin dan Bright untuk tampil bersama.

Hingga akhirnya Bright membujuk Metawin untuk mendaftar ekskul musik bersamanya.

Seorang Bright Vachirawit mengisikan formulir pendaftarannya.

Ia bilang, Metawin punya karakter vokal yang lembut dan enak didengar. Sedikit berlatih gitar, maka ia akan menjadi penampil langganan festival sekolah.

Metawin yakin hal itu bukanlah apa-apa. Bright Vachirawit memang ramah dan baik kepada semua orang. Mungkin, terlalu baik.

Hingga Metawin merasa egois menerjemahkannya sendiri ke dalam perasaan khusus yang tumbuh meliar di dalam hatinya.

Metawin memilih mundur dalam senyap, tidak berusaha menggamit situasi yang dapat membuatnya lebih dekat dengan Bright. Membuat dirinya menjadi satu dari sekian teman sekelas Bright, yang kebetulan satu ekskul dengannya.

Berharap rasa itu hanyalah muncul karena terbawa suasana, meski pada akhirnya hal itu tidak kunjung terbukti.

Metawin jatuh cinta sendirian selama tiga tahun masa sekolahnya.

Pura-pura tidak jatuh cinta ternyata hal yang cukup sulit, lebih dari jatuhnya sendiri.

Terkadang hatinya memanas mendengar rumor kedekatan Bright dengan beberapa anak di sekolahnya, walaupun tidak ada satupun yang terkonfirmasi.

Namun hari ini, Win sudah memutuskan. Sekarang atau tidak selamanya.

Membebaskan rasa sesak yang menghantuinya bertahun belakangan.

Apapun jawabannya, ia siap menerimanya.

Maka ia pun membawa langkah kakinya, menuju pemuda yang masih juga sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Bright..."

Sosok yang dipanggil mendongakkan kepalanya, menengok kepada figur Win yang berdiri cukup canggung. Wajahnya pun berbinar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hana, Hanabi  [BRIGHTWIN] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang